Kisah seorang gadis bernama Selina yang terpaksa harus menikah dengan seorang pria tampan nan kaya yang bernama Lazuardi, menikah bukan karena cinta melainkan karena terjadinya sebuah accident yang tak terduga menimpa keduanya.
Akankah mereka bahagia...akankah mereka dapat membina rumah tangga seperti yang di harapkan setiap orang...????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ennita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 15
❤️ Happy Reading ❤️
Ke empat wanita dari keluarga Cakrabuana telah sampai di mall bersama seorang bocah tampan plus pengasuhnya.
Mereka mulai masuk ke satu persatu toko yang ada di sana...entah saat ini apa lagi yang ingin mereka cari pikir Selin.
Ternyata mereka mencari souvernir untuk acara pernikahan Selin dengan Lazuardi.
Entah kenapa jadi seribet ini, padahal pernikahan mereka pun di adakan secara tertutup.
''Kamu capek sayang?'' tanya Selin pada Langit yang saat ini di gandengnya.
''He'em.'' jawab Langit sambil menganggukkan kepalanya.
''Sini mami gendong.'' kata Selin lalu meminta alat gendong yang di bawa oleh pengasuh Langit.
''Biar saya saja nyonya muda.'' kata Nina sang pengasuh yang merasa tak enak hati.
''Gak apa-apa mbak...biar aku saja.'' kata Selin yang mulai menggendong Langit.
Setelah mendapatkan apa yang mereka mau, mama Mega memutuskan untuk mengajak mereka makan siang terlebih dahulu.
Dirinya tak mau lagi mendapatkan omelan yang suami serta sang putra karena lupa mengajak Selin untuk makan seperti tempo hari, apa lagi saat ini ada Langit bersama mereka.
''Maaf ma...apa belanjanya sudah selesai?'' tanya Selin saat mama Mega mengajak mereka mencari makan.
''Iya sayang...urusan kita di mall sudah selesai.'' jawab mama Mega.
''Apa kita bisa cari tempat makan di luar...em yang ada tempat makan lesehannya?'' tanyanya. ''Karena menurut Selin...akan lebih nyaman untuk Langit duduk.'' imbuhnya.
''Tentu saja sayang.'' jawab mama Mega yang senang karena ternyata calon menantunya itu begitu mengutamakan kenyamanan cucunya.
Mereka akhirnya memilih mencari makan keluar dari mall dan pilihan jatuh pada restoran yang ada tempat lesehannya sesuai dengan keinginan Selin.
Langit di dudukkan di samping Selin sedangkan pengasuhnya juga supir mereka juga diajak makan di sana walaupun mereka berdua menolak untuk di ajak satu meja karena merasa tak enak...tapi tak apalah yang penting mereka juga makan.
Restoran yang mereka kunjungi saat ini adalah restoran dengan menu-menu makanan Nusantara.
Selin memilih untuk memesan sup ayam kampung untuk Langit dan dirinya.
Selin pun meminta mangkok dan sendok lain untuk mengambilkan makanan buat Langit, bukan karena apa-apa tapi karena porsinya untuk orang dewasa jadi terlalu banyak untuk anak seusia Langit.
Dari pada banyak yang tak termakan jika sudah bekas Langit, jadi lebih baik langit di ambilkan sebagian saja jadi yang sebagian masih bisa di makan sama yang lain.
''Pelan-pelan sayang...'' kata Selin sambil membersihkan sisa nasi yang menempel di sudut bibir Langit.
Sengaja Selin tak menyuapi bocah itu, agar dia lebih mandiri serta bisa melatih otot-otot tangannya.
''Mau mami suapi?'' tawar Selin begitu melihat Langit sudah sedikit ogah-ogahan memakan makannya, padahal hanya tinggal beberapa suap saja.
''He'em.'' jawab Langit dan Selin pun mulai memasukkan sesuap demi suap ke mulut mungil itu dengan sangat telaten.
''Habis...'' kata Langit.
''Iya habis.'' sahut Selin. ''Pinternya anak mami...makannya habis.'' puji Selin.
Jika anak telah melakukan sesuatu atau menyelesaikan sesuatu...seperti contoh kecil makannya habis, mau mengucapkan maaf jika salah p juga mau mengucapkan terimakasih, terus membereskan mainannya sendiri...sebaiknya sebagai orangtua sedikit memberikan pujian, bila perlu reward yang sederhana saja supaya mereka merasa senang plus merasa usahanya di apresiasi, sehingga hal itu akan membuat mereka lebih semangat melakukannya dan mencipta suatu kebiasaan yang baik.
''Ma, Selin ijin ajak Langit ke toilet sebentar ya.'' pamit Selin dan di angguki oleh mama Mega yang masih makan bersama kedua putrinya.
Selin membersihkan tubuh Langit di sana, mengelapnya dengan sebuah waslap yang memang ada di dalam tas perlengkapan Langit agar bocah itu lebih segar dan nyaman.
Tak lupa mengolesi badannya dengan minyak telon serta mengganti pakaiannya dengan yang lebih tipis, tak lupa pula menaikan handbody juga minyak wangi khusus anak-anak.
''Loh kok sudah ganti baju sayang...wangi lagi.'' kata mama Mega ketika Selin sudah kembali bersama Langit.
''Iya aku ganti bajunya ma, juga aku lap badannya.'' sahut Selin. ''Kringetan...takutnya nanti bisa kena biang keringat.'' sambungnya lagi.
Tambah lagi nilai plus untuk Selin dari ketiga wanita Cakrabuana.
''Kayaknya kakak itu pengalaman banget ngurus anak-anak?'' tanya Luna.
''Gak gitu, tapi karena kakak aku punya anak jadi aku sering lihat juga sedikit bantuin ngurusnya.'' jawab Selin.
''Kakak itu sudah pas banget jadi maminya Langit.'' sambung Larasati. ''Dan kak Ardi beruntung banget bisa dapetin kak Selin.'' imbuhnya.
''Kalian itu bisa saja.'' sahut Selin. ''Aku yakin di luaran sana banyak wanita yang jauh lebih baik dari aku dan mau sama dia.'' sambungnya.
''Iya banyak yang mau...tapi kak Ardinya yang gak mau kak.'' kata Lula.
''Ngobrolnya di lanjut lagi nanti di mobil, sekarang kita harus pergi ke butik buat pesen pakaian.'' kata mama Mega.
Ya mereka akan memesan pakaian untuk di kenakan pas acara ijab qobul nanti, karena memang tak ada resepsi...hanya pesta kecil di kediaman Satria.
Untuk ukuran pakaian para pria dan anak...desainer butik memang sudah mengetahuinya karena itu memang butik langganan keluarga Cakrabuana, yang perlu di ukur hanya Selin sambil memberikan ukuran keluarganya.
❤️❤️❤️❤️❤️
Sedangkan di rumah, Ardi sangat gelisah di buatnya...apalagi saat ini Langit ikut bersama mereka.
''Sebenarnya apa saja sih yang di beli...alai jam segini belum juga pulang.'' sungutnya yang melihat jam sudah menunjukkan hampir pukul tiga sore.
''Kayak gak tau mereka aja kak.'' kata Rama, suami dari Lula.
''Tapi apa mereka gak ingat kalau sekarang itu merek bawa Langit.'' sahut Lazuardi. ''Gak mikir apa tu anak capek pa gak...'' imbuhnya lagi dengan kesal.
''Paling bentar lagi juga balik kak.'' kata Jonatan...suami Larisa.
Sedari tadi dirinya sudah menghubungi mama serta kedua adiknya tapi panggilannya itu seperti sengaja di abaikan oleh ketiganya.
Tak berapa lama yang di tunggu-tunggu pun akhirnya datang juga...
''Ka...'' kata Ardi.
''Shutt...'' potong mama Mega sambil menempatkan jari telunjuk kanannya di bibir. ''Tuh...'' lirihnya dengan melirik ke arah Selin yang berjalan di belakangnya.
Di sana terlihat sang putra yang terlelap dalam gendongan Selin.
''Sini biar aku bawa ke kamar...'' kata Lazuardi yang sudah berada di depan Selin untuk meminta putranya.
''Gak usah biar aku aja yang bawa ke kamar, nanti malah dia kebangun kalau ganti tangan.'' sahut Selin dengan pelan dan di angguki Lazuardi.
''Pakek lift aja jangan lewat tangga biar kamu gak capek Sel.'' kata mama Mega yang membuat Selin bingung sampai menghentikan langkahnya, karena dia memang tidak tau kalau di rumah itu ada lift...inikan baru kunjungan pertamanya ke sana.
''Ayo aku antar.'' kata Lazuardi yang seakan mengerti dengan pikiran Selin.
