SEMUA GARA-GARA PARIJI
Ini Novel harusnya horor, tapi kenapa malah komedi, saya yang nulis juga bingung, tapi pasti hororlah.
KOK dengan huruf yang terbalik, ya semua serba terbalik di dalam novel ini, tidak ada yang sesuai dengan semestinya, dan jangan berpikir dengan nalar, karena nggak akan masuk di otak kita.
Jangan dipikir dengan otak normal, karena akan bikin kram otak.
kebalikan adalah keasikan, ingat baliklah hidup kalian agar mengalami sesuatu yang luar biasa!
KOK,
Kalok dibilang time travel kok rasanya nggak jugak, tapi ada yang hilang dan bertambah di dalam diriku.
KOK gini rasanya, KOK aku ada disini, KOK aku diginiin, KOK aku harus ada di sini, KOK sakit gini, KOK KOK KOK KOK semua harus KOK.
Jangan takot, gitu kata orang yang aku temui, tapi KOK rasanya takot tapi enak dan menyenangkan..
Itulah KOK yang dibalik
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak Bashi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20.LHO KOK MATI
Aku terdiam sejenak ketika pak Wito memanggil aku dan Celenk.
Aku masih nggak percaya kalau orang di depan kami yang sedang menggali makam itu adalah pak Wito. aku bahkan nggak tau makam siapa yang sedang digali pak Wito itu.
Bau busuk dari jasad yang digali kuburnya pun mulai masuk ke hidungku. Aku nggak bisa bayangkan kalau aku ada di depan mayat itu.
Dari bauknya ini perkiraanku udah sekitar semingguan jasad itu dikuburkan.
“Ayo sini bantu mbah angkat mayat ini, ini penting buat kalian berdua lho” ujar pak Wito dengan suara yang tenang dan santai
“Ji, gimana ini?” bisik Celeng mulai bergetar
“Logikane kita nggak bisa kemana-mana Lenk, mau lari juga nggak tau harus lari kemana, jadi yang terpaksa kita ikuti apa yang dimaui mbah Wito”
“Ente yakin yang disana itu mbah Wito beneran JI?”
“Wis percuma, Ayo kita ke sana ae Lenk, ikuti saja dulu permainan ini, kita wis terlanjur masuk ke dalam permainan aneh ini, dan sementara ini korbanya adalah aku cok”
Aku dan celenk berjalan pelan menghampiri mbah Wito yang masih berdiri menanti kami. Kupikir percuma juga kalau kita pergi atau melarikan diri dari sini, kita nggak tau ada dimana dan harus kemana.
Bau bangkai busuk semakin menusuk hidung, beberapa kali aku dan Celenk sempat mual, tapi mau gimana lagi, kita sudah masuk ke lingkaran mbah Wito.
“Kalian jangan muntah gitu, disini tidak bau sama sekali, disini malah wangi, makanya jangan jauh-jauh dari mbah agar kalian tidak merasakan bau busuk, ayo cepat sini” kata mbah Wito dengan nada tidak bersalah
“Wong iku asline gendeng Ji” bisik Celenk
“Ssst diemo, awakmu mau ta di kutuk jadi kuntila” bisikku
Semakin kami berjalan ke arah mbah Wito, bau busuk itu semakin menyengat hidungku, dan semakin membuat aku nggak tahan lagi. Beberapa kali aku dan Celenk pun mual dan akhirnya muntah.
Jarak kami tinggal sekitar empat hingga lima meter dari mbah Wito yang masih menoleh ke arah kami. Tapi anehnya sekarang semakin dekat dengan jasad yang mau diambil, bau bangkai itu semakin berkurang!.
Dan lambat laun aku mencium bau wangi, eh bukan wangi, tapi seperti bau aneh yang pernah aku cium sebelumnya.
“Aku pernah cium bau seperti ini Lenk” bisikku
Celenk hanya diam saja, dia tampaknya juga sedang menikmati bau yang nggak bisa aku jelaskan, memang agak wangi, tapi bukan wangi dan bau itu menenangkan otaku.
Eh aku baru ingat, bau ini kan yang aku cium waktu di ruangan pak Ruslan!. Iya aku ingat bau ini ketika ada di ruangan pak Ruslan.
Kuperhatikan Celenk, sepertinya dia juga sedang menikmati bau ini, wajah dia sudah terbiasa, sudah nggak hoegh byor lagi. Jadi nggak cuma aku aja yang menikmati bau yang aneh namun enak ini.
Kami berdua berhenti ketika jarak kami mungkin sekitar tiga meter dari lubang yang digali mbah Wito.
“Lho ayo sini, jangan berhenti, ayo bantu mbah. Jangan takut, mbah nggak akan menyusahkan kalian, justru mbah akan bantu kalian”
Pemaksaan dengan kata-kata membantu, ya pemaksaan karena mbah Wito tau kami tidak akan bisa pergi kemana-mana lagi.
Jadi kuputuskan untuk makin dekat dengan mbah Wito dan keanehan yang ada disana. Lagi pula bau busuk ini sudah sama sekali tidak terasa.
Kami sudah ada di samping mbah WIto, dan kupaksakan untuk melihat ke lubang yang tadi digali hanya dengan menggunakan kedua tangan mbah Wito.
Meskipun gelap, tapi aku bisa melihat apa yang ada di depanku ini.
Sesosok mayat, tetapi aku belum tau mayat siapa itu, karena keadaannya kotor dengan tanah kuburan. Tapi yang jelas mayat itu tidak menggunakan pocong. Karena aku bisa lihat bagian kakinya yang memakai celana panjang.
Dan benar dugaanku, mayat itu hanya dikubur sedalam sekitar empat puluh hingga enam puluh centimeter saja dari permukaan tanah.
Hasil dari penggalian kuburan ini hanya bagian kaki hingga sebatas paha atas saja yang sudah nampak, sedangkan bagian paha hingga kepala masih tertutup oleh tanah meskipun mungkin hanya beberapa belas centimeter saja tanah yang masih menempel di anggota tubuhnya.
Mbah Wito tersenyum ke arah kami, senyumnya seperti menunjukan kalau dia sangat bahagia dengan adanya aku dan Celenk disini.
“Nak Pariji dan nak Celenk, kalian pasti tau siapa yang mbah kuburkan disini, coba kalian bersihkan tanah yang menempel di wajah dan kepalanya, mbah capek tadi harus menggali makam ini nak”
“Ayo jangan takut, yang di depan kalian ini bukan orang mati, ayo coba bersihkan bagian tubuh hingga kepalanya agar kalian bisa tahu siapa yang mbah maksud ini”
Yancok, suara mbah WIto ini seperti anak yang sedang bahagia setelah mendapatkan mainan yang dibelikan oleh orang tuanya. Begitu riang, dan renyah didengar, tapi mengerikan.
Celenk melihat ke arahku dengan tetapan penuh keraguan, tapi ya percuma juga mau ragu atau nggaknya, wong kita udah ada di depan mayat yang harus kami bersihkan bagian badan hingga kepalanya
Aku dan Celenk perlahan jongkok di depan lubang yang di dalamnya ada terbujur mayat. Semakin dekat kami dengan mayat itu semakin bau aneh yang agak wangi ini semakin tercium.
“Ayo anak-anak, ayo dibersihkan ya, jangan takut, mbah aja nggak takut, masak kalian yang masih muda gini takut dengan mayat itu hihihihi” suara mbah Wito terdengar mengerikan
“Eh cara membersihkanya jangan bagian kepalanya dulu, dari badannya dulu saja anak-anak”
Perlahan aku dan celenk membuang tanah yang menempel di tubuhnya,
Rasanya aneh ketika telapak tanganku menyentuh tubuh mayat itu. Ketika bagian perutnya nggak sengaja aku tekan untuk membersihkan tanah, ternyata tekanan tanganku mengakibatkan bagian tubuh itu penyok atau terjadi cekungan kecil di bagian yang tertekan oleh tanganku ini.
Aku ingat dulu ketika membersihkan sisik ikan mentah yang sudah beberapa hari ada di kulkas, dan mungkin udah nggak fresh lagi, jadi bagian tubuh ikan itu melesak atau penyok ketika kutekan.
Terus perlahan aku bersihkan tubuh mayat inii, ternyata mayat ini memakai pakain hem lengan panjang, merah muda dan celana hitam. Hem lengan panjang merah muda, seperti siapa ya, aku pernah tau orang yang sering pakai pakaian macam ini.
Setelah sekian lama, akhirnya kami sampai di bagian dada dari mayat ini, aku dan celenk berhenti membersihkanya.
Kami berhenti membersihkan karena tadi di samping dadanya ada benda yang mirip dengan miliku yang sekarang juga kuselempangkan di dadaku. Ya, mirip dengan kuntila yang aku selempangkan di dada.
Kami berdua nggak berani melanjutkan membersihkan bagian kepala si mayat.
“Ayo terus lanjutkan nak, jangan berhenti”
“Nganu mbah, saya kok takot ya” jawab Celenk
“Nggak usah takut nak Celenk, ayo lanjutkan dulu”
seru ,...
mimpi yang sangat panjang ya ji.... mimpi yang nggak pernah bangun-bangun...
Hendrik dalam bahaya dong....
asal nebak hhhhh😁
operasi dimana bisa nyembul gede sana sini...???🤣