Apa itu kekuatan ? Apa itu bakat ? Dan apa itu keistimewaan ? Jika kamu memiliki kekuatan besar atau bakat dalam dirimu, apa yang akan kamu lakukan ? Menggunakannya untuk kebaikan, atau sebaliknya ?
"Memiliki kekuatan besar maka datanglah tanggung jawab yang besar." kurang lebih seperti itu kata-kata dari Ben Parker, meskipun hanya karakter fiksi, tapi kata-katanya sangat tidak biasa. Dan sekarang, cerita ini akan menceritakan kisah orang-orang yang luar biasa.
Note : update 2 hari sekali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ryn_Frankenstein, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16 : Goldwing, Chapter 03.
.
Setelah melihat 2 mobil polisi mengejar truk barusan, Indra hanya menghela nafasnya, karena tindakan yang ia lihat sudah tak asing lagi. Tanpa perlu di tebak lagi, melihat kedua mobil polisi itu sedang mengejar truk tadi, sudah tak asing baginya, karena sedari dulu kejahatan tak mudah diberantas hingga habis. Karena tak ingin membuang waktu, Indra segera melanjutkan perjalanan ke kota D.
Baru saja Indra pergi dari minimarket, tiba-tiba di depannya terlihat banyak sekali kendaraan terparkir tak karuan di jalan raya, entah itu macam-macam mobil dan motor. Semua ini pasti perbuatan truk tadi, lalu ia melihat seseorang terluka yang tak jauh dari pandangannya.
Tak hanya itu, hampir semua pengendara motor juga terluka semua, parahnya ada yang tak sadarkan diri. "Gila...!! Yang benar aja, kejahatan macam apa ini, bisa-bisanya punya banyak korban kaya gini." Indra bergumam dalam pikirnya.
Disaat tengah berjalan, tiba-tiba di depannya terlihat banyak darah di jalan raya. Seketika pria itu membeku melihatnya dan langsung menghentikan motornya. Benar, seseorang tengah tewas, lebih tepatnya seorang anak kecil berseragam sekolah terbaring di tengah jalan sembari dipeluk oleh seorang wanita muda.
Wanita itu menangis sambil memeluk anak itu, bisa dikatakan bahwa dia adalah ibu dari anaknya. Lalu ada banyak orang berdatangan dan membantunya berdiri dan yang lainnya membantu membawa jasad anak itu agar segera mereka amankan dari jalan raya. Mungkin itu baru satu saja, tapi bisa jadi ada korban yang lainnya yang sama.
Indra menggiring motornya ke tepi jalan raya dan berhenti, dia terlihat melamun dan sedikit menunduk, kedua tangannya mengepal kuat. Lalu ia menghela nafasnya. "Ini tak bisa dibiarkan, ini benar-benar keterlaluan." gumamnya.
Lalu ia berlalu dan membawa motornya ke arah jalan gang kecil. Setelah beberapa saat kemudian, ia menemukan sebuah rumah kosong, dengan cepat Indra masuk ke dalamnya dengan motornya. Setelah ia matikan mesin motornya, ia segera mengeluarkan sesuatu dari dalam bagasi motornya. Terlihat celana berwarna coklat berloreng hitam jaket hitam dengan kerah berbulu.
Setelah ia menggantikan pakaiannya, lalu mengeluarkan slayer untuk menutupi wajahnya, dan tak lupa memakai kacamata hitam. Setelah selesai persiapan, ini penampilannya cukup aneh bila ada orang yang melihatnya. Setelah siap, tiba-tiba dari cahaya emas muncul di punggungnya dan cahaya itu pun membentuk sepasang sayap. Tubuh Indra pun mulai terangkat setelah mengepakkan kedua sayapnya.
Indra terbang di langit dan matanya fokus mencari inti masalah kejadian kali ini. Sebenarnya ia bukan pertama kalinya ia melakukan seperti ini, ia sesekali melakukan disaat keadaan darurat atau tertentu. Dan ia lakukan secara diam-diam, karena tak ingin jadi pusat perhatian. Disamping itu juga, kalau dia terlalu sering melakukannya, bisa-bisa dirinya mudah ditangkap, karena ia sudah paham tentang negara kelahirannya yang merupakan negara hukum.
Walaupun sudah berhati-hati, para penegak hukum Indonesia terus mengincarnya, dengan alasan dirinya bertindak main hakim sendiri. Ia lakukan karena harus ia lakukan sebelum semakin parah. Yang terpenting, jika urusan keadilan versinya telah selesai, ia segera pergi secepat mungkin. Sebenarnya ia tak ingin melakukan ini, tapi karena keadaannya sudah parah, mau tak mau ia tak bisa diam saja dan segera menyelesaikan kekacauan ini, disamping itu juga ia tak ingin korban terus bertambah.
Tiba-tiba pandangannya menangkap truk tadi, meski jaraknya jauh, dengan pandangannya yang tajam, ia bisa melihatnya. Lalu ia segera meninggikan terbangnya, setelahnya ia pun menukik atau terjun ke bawah dengan kecepatan tinggi. Ia bisa melihat jelas kalau para polisi dan tentara tengah bekerja sama, tapi mereka sedang kesusahan.
Sayangnya mereka tak bisa bergerak dan hanya bertahan, karena 2 penjahat yang naik truk itu kini tengah menembak asal-asalan dengan brutal. Senjata mereka bukan main-main, melainkan senapan AK-47. Melihat salah satu dari mereka mengisi peluru baru, dengan cepat Indra terbang turun ke arahnya, bersamaan ia mengumpulkan tenaganya di tangannya.
Braaakkk...!!
Bugh...!!
Belum sempat melihat siapa yang tiba-tiba muncul di dekatnya, sebuah hantaman keras mengenai wajahnya dan membuatnya terdorong beberapa meter. Tak hanya bisa memiliki dua sayap, tapi dia juga memiliki kekuatan fisik diatas rata-rata manusia. Melihat apa yang terjadi pada rekannya, berhasil membuatnya terbelalak, dia segera mengarahkan senapannya ke arah Indra yang tiba-tiba datang dan memukul temannya.
Belum sempat menekan pelatuk senapannya, tiba-tiba sebuah hantaman keras menghantam tubuhnya, dan itu berhasil membuatnya terdorong beberapa meter. Dan benar saja, penjahat ini merasakan rasa sakit yang laut biasa pada tubuhnya, karena ia tak mengira akan mendapatkan serangan seperti itu, yang dimana ia dihantam salah satu sayap orang jadi-jadian ini.
Sementara disisi Indra menghela nafasnya karena lega, karena serangan hantaman sayapnya berhasil mengenai targetnya. Aksi kejahatan telah usai, banyak orang yang memperhatikan dirinya. Setelah yakin melihat kedua penjahat itu telah tumbang tak sadarkan diri, saat akan mengepakkan kedua sayapnya, indra pendengarannya menangkap suara keras kepadanya. "Tuan burung, diam ditempat...!!"
Indra menghela nafasnya, ia pun melihat sekelilingnya, banyak sekali pandangan dari segala arah, entah dari orang-orang biasa hingga polisi dan tentara. Dan ia bisa melihat ada sebagian besar dari anggota kepolisian mengarahkan senapan mereka ke arahnya. Tak ingin berlama-lama lagi, ia langsung mengepakkan kedua sayapnya dan melesat terbang ke langit dan pergi secepat mungkin.
.....
Di sebuah tempat rahasia di salah satu kota Indonesia, terlihat seorang pria dewasa tengah membaca laporan dari layar komputernya. Laporan yang ia baca adalah kasus yang terjadi pada hari ini. Karena beberapa jam yang lalu terjadi sebuah kejahatan perampokan yang dilakukan oleh 2 orang dengan menggunakan truk dan membuat kekacauan yang cukup para di sebuah daerah.
Ia juga membaca laporan atas kedatangan pria bersayap dan bisa terbang. "Lagi-lagi dia." gumamnya.
Pria itu sedikit tak suka tindakan seseorang yang main hakim sendiri untuk mengadili kejahatan. Sudah sangat lama, mungkin sudah belasan tahun orang ini telah bertindak main hakim sendiri, bukannya diam saja dan memberi penjelasan, dirinya malah pergi tanpa meninggalkan sepatah kata pun.
Jika disimpulkan dari laporan dan pengamatan yang ia kumpulkan, orang ini tak akan muncul bila itu hanya kejahatan ringan saja. Tapi bila keadaan sudah semakin parah, maka manusia yang ia anggap siluman burung ini akan muncul dan menghentikannya. Dan hal ini sudah terjadi selama belasan tahun, lebih tepatnya 15 tahun.
"Meski banyak yang menganggapnya siluman burung, dia memang luar biasa, tapi tindakannya diluar kendali penegak hukum." gumamnya lagi.
Ia mengakui kalau tindakan orang ini baik, tapi buruknya tak mematuhi aturan hukum negara. Ia pun memandang langit ruangannya dan menghela nafasnya dan berkata. "Yang kuharapkan semoga dia bukan ancaman untuk negara ini."
.....
Sangat lega rasanya karena Indra masih bila lolos dari kejaran para penegak hukum tadi. Tentu saja mana ada para penegak hukum itu tak bisa terbang untuk menangkapnya, kecuali kalau memang mereka juga bisa terbang. Begitu selesai dia langsung kembali ke kendaraannya, setelah ia hilangkan sayapnya dan ganti baju, tanpa basa basi ia langsung menancapkan gasnya.
Dan sekarang dirinya sudah sampai di kota D, dan sekarang dirinya baru saja sampai di parkiran salah satu rumah kost-kostan. Sebelum datang, ia mencari informasi dari orang-orang yang ia temui, karena ia ingin tempat kostnya tak begitu jauh dari tempat kerjanya. Dari kostnya yang sekarang jaraknya kurang lebih 1 kilometer, tak seperti sebelumnya, yang jaraknya hampir 3 kilometer lebih, itupun terpaksa karena harga sewanya yang murah.
Karena sudah sampai, ia segera masuk dan membereskan barang-barang bawaannya, setelahnya mandi dan tidur. Lagi pula hari masih di tengah siang, dan untuk urusan makan, nanti saja, karena saat ini ia hanya ingin cepat-cepat istirahat.
.....
Beberapa hari kemudian, sudah 5 hari berjalan semenjak kepindahan Indra di kota D, dan selama 5 hari ini ia bekerja sebagai supir dengan lancar. Hanya saja sudah 5 hari ia menjadi supirnya Deni, bukan supir anaknya, itu karena baru lulus kuliahnya anaknya di luar kota, dan sekarang dia belum pulang. Tak masalah, mau jadi supir siapapun, yang penting kerja, karena cari kerja zaman sekarang susah.
Hari sudah sore, dia baru selesai mengantarkan Deni ke rumahnya. Setelah ia parkiran mobil atasannya, ia segara berjalan ke arah motornya yang terparkir di dekatnya. Baru saja naik motor maticnya, tiba-tiba terlihat mobil honda jazz putih datang dan terparkir di sampingnya, Indra diam dan sedikit memperhatikan siapa yang datang.
Terlihat seorang gadis muda yang cantik berpenampilan modis keluar dari mobil itu, sejenak gadis itu memperhatikan Indra yang sedang mengenakan motor matic. Karena tak ada kaitannya sama sekali, gadis itu pergi masuk begitu saja tanpa basa-basi. Sedangkan Indra, ia segera menyalakan mesin motornya, di dalam pikirnya ia menebak, kalau gadis barusan anaknya Deni yang baru pulang dari luar kota.
Setelah menyala, Indra segera pergi dari tempat itu dan tak lupa berpamitan kepada satpam yang berjaga. Sambil mengendarai motornya ia menikmati perjalanannya, tiba-tiba pandangannya melihat ke arah salah satu pedagang kaki lima yang berjualan sate, dengan segera ia berbelok dan memarkirkan motornya.
Setelah selesai membeli, ia segera melanjutkan perjalanannya. "Mantap, pulang-pulang beli sate." gumamnya sambil tersenyum di balik kaca helmnya.
.....
Hari sudah malam, selesai sudah makannya, ia segera pergi tidur. Baru saja akan menutup kedua matanya, tiba-tiba ponselnya berbunyi, dengan sedikit terpaksa ia pun menjawab telefon itu karena panggilan dari atasannya yang tak lain Deni.
"Selamat malam, Indra. Apa kamu sudah tidur ?"
"Iya pak, selamat malam, saya baru selesai makan malam." jawab Indra, dalam hatinya ingin sekali jawab ingin akan tidur, tapi tak nyaman bila memberi jawaban seperti itu kepada atasannya.
"Begini, aku ingin minta tolong, besok kamu datang ke tempat saya lebih awal dari biasanya, bisa ?"
Indra mengerut dahinya. "Lebih pagi dari biasanya begitu, pak Deni ?" tanyanya memastikan.
"Iya, bisa ?"
"Bisa pak."
"Ya sudah kalau begitu, maaf sudah ganggu jam tidurmu ya ?"
"Hehe, gapapa pak."
Akhirnya mereka pun mengakhiri telefonnya, Indra menghela nafasnya dan ia bergumam. "Sultan mah bebas." ia pun segera merebahkan tubuhnya dan tidur.
.....
Keesokan harinya, di pagi hari, dan benar saja sekarang Indra tengah ber buru-buru mengendarai motornya, entah apa yang ada di dalam mimpi tidurnya sehingga dirinya telat untuk bangun. Bisa-bisanya ia bangun di pukul 06.30, padahal biasanya ia bangun jam 6 pagi. Tanpa beli nasi bungkus untuk sarapan, ia langsung berangkat ke lokasi.
Tak peduli ia diklakson oleh kendaraan lain, karena mau bagaimana lagi, biasanya ia sudah sampai di jam setengah 8 pagi, dan sekarang sudah jam 7 pagi. Ingin sekali menggunakan kekuatannya, tapi harus ia tahan karena saat ini status dirinya sabagai manusia siluman dicap buronan, maklumlah negara Indonesia, main hakim sendiri yang ada di tangkap.
Beberapa lama kemudian, akhirnya ia telah sampai di lokasi, tak disangka rumah atasannya cukup luas, karena baru masuk pintu gerbang saja, ia harus masih jalan masuk untuk sampai depan halaman rumahnya. Sampai sudah di depan rumah atasannya, ia segera berlalu meninggalkan motornya yang sudah ia parkir.
"Kau sudah datang juga." ucap Deni yang tiba-tiba keluar dari dalam rumahnya sambil membawa tas kantornya.
Indra langsung terdiam, ia tersenyum kaku, ia melihat Deni berjalan ke arahnya.
"Ayo kita berangkat." kata Deni mengajak Indra.
Sudut bibir kanan Indra berkedut, baru juga sampai, atasannya ini dengan enaknya langsung mengajaknya pergi. Maklumlah sultan, seenak jidatnya, dan ia hanya mengiyakan saja dan mengekori atasannya. Kini mereka sudah di depan mobil pajero sport hitam, yang tak lain mobil milik Deni.
"Di dalam sudah ada putri saya, dan sekarang adalah hari pertamanya kerja. Jadi mulai besok, kamu jadi supirnya." kata Deni menjelaskan.
"Baik pak." sahut Indra menjawab.
Mobil pajero sport di tahun ini memang masih banyak penggunanya terutama Deni, sebagai seorang pengusaha, ia memilih kendaraan berbahan bakar bensin dari pada listrik. Baginya karena sudah lebih nyaman kendaraan berbahan bakar bensin.
Sebelum masuk, Deni pun memberikan kunci mobilnya seperti biasanya. Begitulah, saat akan berangkat Deni memberikan kunci mobilnya, jika sudah pulang kerumah, maka Indra mengembalikan kuncinya ke Deni sebelum ia pulang ke kostnya. Mereka pun masuk ke dalam mobil bagian kiri depan.
Baru juga masuk, tiba-tiba terdengar suara gadis di belakang yang membuatnya terkejut. "Pah, kenapa lama sekali sih? Aku sudah nungguin 15 menit."
"Kan papah sudah bilang, banyak dokumen yang harus papa bawa." jawab Deni dengan santai disertai dengan senyumannya.
"Kamu sudah bawa keperluanmu ?" lanjut Deni untuk bertanya.
"Sudah." jawab putrinya dengan singkat.
Indra memilih fokus tanpa melihat ke belakang, ia tak ingin dinilai kepo dengan sosok seseorang yang sedang duduk di belakang. Yang jelas, ia bisa menebak kalau gadis itu adalah anak dari atasannya yang duduk di sampingnya. Dengan hati-hati Indra membawa mobil atasannya dan berjalan menuju tempat tujuan.
.....
Hampir memakan setengah jam perjalanan, mobil yang dikendarai Indra telah sampai di sebuah gedung perusahaan. Sebenarnya sebagai pemimpin perusahaan, ini baru salah satu cabangnya, dan untuk gedung pusat perusahaan masih jauh lagi. Karena hari ini Deni ingin mengantar anaknya ini ke tempat kerjanya di salah satu cabangnya.
Jadi, untuk seharian ini, Deni akan berada di tempat setelah ia mengurusi keperluan putrinya di tempat ini, jika sudah, maka akan ia serahkan semuanya ke salah satu bawahannya. Tentu saja, ia tak ingin putrinya itu langsung jadi pemimpin salah satu cabangnya, karena ia ingin membuat putrinya itu harus melangkah dari bawah. Sementara Indra, ia hanya cukup stand by saja di parkiran, menunggu perintah kapan ia akan Berkendara lagi.
.
.
.
.
.
.
Bersambung.....