Bunga itu telah layu sejak lama, menyisakan kelopak hitam yang berjatuhan, seperti itulah hidup Hanna Alaya Zahira saat ini, layu dan gelap.Hanna adalah seorang sekretaris yang merangkap menjadi pemuas nafsu bosnya, mengantungi pundi-pundi uang dalam rekeningnya, namun bukan tanpa tujuan dia melakukan itu. Sebuah rahasia besar di simpan bertahun-tahun. Pembalasan dendam.. Edgar Emilio Bastian bos yang dia anggap sebagai jembatan mencapai tujuannya menjadikannya simpanan dibalik name tag sekretarisnya, membuat jalannya semakin mulus. Namun, di detik-detik terakhir pembalasan dendam itu dia justru terjerat semakin dalam pada pria itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bukan Sekedar Sekretaris
Hanna mendudukkan dirinya di kursi kerjanya, dia baru saja datang sebab mengantar Naomi lebih dulu ke sekolah.
"Kamu terlambat," kata Edgar. Pria itu baru keluar dari kamar mandi. Pantas saja Hanna tak melihatnya saat masuk.
"Tugas saya sekarang bukan cuma sekedar sekretaris, Pak." Hanna menyimpan tasnya di meja lalu menatap berkas yang menumpuk. "Sepertinya aku juga bakalan lembur hari ini." Hanna menghela nafasnya. Belum lagi di jam makan siang nanti dia harus menjemput Naomi kembali.
Pekerjaan yang sungguh melelahkan. Tapi bukankah ini pilihannya?
Edgar menyeringai. "Siapa suruh kamu di sukai Naomi. Dia hanya mau di antar kamu."
Hanna mencebik. "Aku bahkan sangat tidak sopan, tapi bagaimana lagi, tidak ayahnya, tidak anaknya suka sekali menggunakan aku."
Edgar tertawa, lalu menyimpan ballpointnya dan berjalan ke arah Hanna. "Kamu lelah?"
Hanna mendongak da tersenyum. "Boleh bantu ini?" Hanna menepuk berkas di mejanya. Hanna memberikan senyuman manisnya pada Edgar.
"Aku akan menaikan gajimu." Edgar mengelus rambut Hanna.
"Ini bukan soal gaji, Pak. Aku jadi gak memiliki waktu luang untukku sendiri. Belum lagi di malam hari aku harus kerjakan hal lain." Edgar terkekeh. Tentu saja dia tahu pekerjaan apa yang Hanna maksud.
"Jadi, apa mau kamu?"
"Anda harus memutuskan. Cari sekretaris lain, atau cari pengasuh lain."
Edgar mengerutkan keningnya. Naomi hanya ingin Hanna yang menjadi pengasuhnya, hanya saja dia juga membutuhkan sekretaris.
"Baiklah." Edgar menghampiri Hanna yang masih duduk di kursinya. Berdiri di depan Hanna lalu menundukkan wajahnya untuk meraih bibir Hanna.
Mereka berciuman intens dan menggebu, namun Hanna yang menyadari dimana mereka saat ini menahan dada Edgar.
"Kamu masih datang bulan?"
Hanna mengangguk. "Aku bilang satu minggu kan?"
Edgar menghela nafasnya lalu menegakkan tubuhnya.
"Kamu bisa tinggal di rumahku, dan jadi pengasuh Naomi?"
"Eh?"
"Naomi maunya kamu."
"Pekerjaanku?"
"Kamu tetap sekretarisku. Bedanya kali ini kamu merangkap jadi pengasuh."
"Apa maksudnya itu, aku sudah bilang, anda harus pilih salah satu, Pak. Lagi pula kalau aku harus tinggal di rumah anda, bagaimana kalau istri anda tahu tentang kita."
Edgar terkekeh. "Kamu takut?"
"Aku masih sayang nyawaku."
"Sungguh?" Edgar menatapnya penuh ejekan.
Hanna memalingkan wajahnya. "Aku kurangi kerjaan kamu. Tugas kamu hanya menyenangkan aku dan merawat Naomi." Edgar meraih pinggang Hanna dan membawanya lebih dekat, untuk kembali mencium bibir Hanna.
Hanna melingkarkan tangannya di leher Edgar lalu merapatkan tubuh mereka. Dari balik punggung Edgar Hanna tersenyum. Mulai sekarang dia semakin mudah melakukan misinya. Karena lebih dekat dengan Siska.
Hanna juga bisa memastikan bagaimana Siska saat tahu suaminya bercinta dengannya di rumahnya sendiri. Seperti yang wanita itu lakukan. Bercinta dengan Ayahnya di depan ibunya.
....
Hanna menarik kopernya memasuki rumah Edgar, dia berhenti saat melihat Siska duduk dengan kaki berselonjor di sofa dengan seseorang di bawah kakinya dan mengecat kuku kakinya.
"Selamat malam, Nyonya," sapa Hanna pada Siska.
Siska mendongak dan mengerutkan keningnya. "Hanna?"
"Hallo, nyonya. Mulai sekarang Pak Edgar memerintahkan saya untuk menjadi pengurus Naomi."
"Edgar? Kenapa dia tidak bilang padaku?"
"Anda bisa mengkonfirmasikan pada Pak Edgar, sekarang."
Siska menengadahkan tangannya ke arah pelayan dan seketika ponsel di meja berpindah padanya.
Siska menekan tombol di ponselnya dan langsung tersambung dengan nomer ponsel Edgar.
Baru saja membuka mulutnya, Siska mengeryit saat mendengar suara perempuan di seberang sana.
"Hallo?"
"Siapa kamu! Dimana Edgar?" tentu saja Siska menegakkan tubuhnya saat mendengar suara seorang wanita menjawab ponsel Edgar.
"Edgar sedang mandi..."
"Sial!" Siska mengumpat, dan langsung mematikan panggilannya.
Tatapannya terlihat penuh amarah, lalu menoleh pada Hanna yang masih berdiri dengan mengeryit.
"Apa selama ini suamiku memiliki simpanan?"
....
Waduh, siapa tuh yang terima panggilan Siska🤔
Apakah ada simpanan lain selain Hanna?