Persahabatan antara Celine dan Damian harus ternoda karena kesalahan satu malam yang mereka lakukan.Mereka harus memulai "hubungan" baru tanpa direncanakan dan tanpa rasa cinta.
Cerita ini hanya hayalan author aja yaa,dan karya pertama dari author receh ini.
Mohon dukungannya, saran dan kritiknya.
Terimakasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ichapurie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32
"Ayah sama ibu cuma ingin yang terbaik untuk kamu Sen."
"Nanti kita akan bicarakan lagi Yah." Arsen melihat kearah Stella, memberi kode agar Stella bicara.
"Betul om tan, nanti kita bicarakan lagi." ucap Stella, dan mendapat anggukan dari Ayah dan Ibu Arsen.
Suara adzan magrib terdengar.
"Alhamdulillah sudah magrib, ayo sebelum makan malam, kita sholat magrib dulu."
Sudah menjadi kebiasaan di keluarga Arsen kalau mereka beribadah jamaah.
Stella tertegun mendengar ajakan Ayah Arsen, mungkin memang bukan hamba yang taat, tapi bukan berarti dia tidak pernah melaksanakan ibadah, kedua orangtua Stella pun tidak pernah mengajak Stella ibadah bersama.
"Ayo Stel." ajak Arsen.
"Iy..iya"
"Stella wudhu dulu, ini mukenanya tante taruh di sajadah ya." ucap ibu Arsen
Stella mengangguk dan tersenyum, sambil menuju tempat wudhu.
Mereka sudah siap di Musholla kecil di kediaman Arsen, yang terletak di taman belakang.
Arsen pun sudah siap di posisi imam.
Degg...
Ditengah sholatnya Stella sedikit tertegun dengan lafaz bacaan Arsen, ternyata sahabatnya si kanebo kering dan mulut cabe setan, begitu bagus dalam menjadi imam sholat.
Stella selama ini tak mengetahui ibadah Arsen, padahal Arsen memang dididik di keluarga yang cukup agamis.
Setelah selesai sholat, Ayah, Ibu, Arsen dan Stella duduk di meja makan.
"Stella, ini makanan kesukaan Arsen, gurame asam manis, sama cah brokoli."
"Ibu....." ucap Arsen
"Ya tidak apa-apa Sen, supaya Stella tahu tentang kamu, begitu juga kamu harus tahu apa yang disukai dan tidak disukai Stella, sebentar lagi kan kalian menikah."
Arsen tersedak, Stella pun reflek memberi air putih kepada sahabatnya itu.
Ayah dan Ibu Arsen saling pandang kemudian mereka tersenyum, melihat tindakan manis Stella kepada Arsen. Mereka tidak tahu saja kalau di belakang layar Arsen dan Stella seperti kucing dan tikus.
Makan malam pun selesai,Stella pun berpamitan untuk pulang, karena waktu sudah menunjukan pukul 8 malam. Arsen pun mengantar Stella pulang.
Di tengah jalan Arsen menepikan mobilnya dipinggir taman kota.
"Sen kok berhenti?" tanya Stella kebingungan.
"Tadi kan elo udah ketemu Ayah Ibu, begitu pun gue udah ketemu Bokap Nyokap elo, dan intinya mereka pengen kita menikah, menurut elo gimana Stel?" Arsen memasang wajah serius.
"Gue juga bingung Sen, gue gak mau dijodohin, tapi masa iya untuk menggagalkan perjodohan itu gue nikah sama elo."
"Ya sekarang solusinya apa, gue juga gak mau kalau sampai bokap gue nekat, masukin Raisha jadi sekretaris gue."
"Terus seandainya ya Sen kalau kita nikah, apa kita nikah kontrak kayak di novel-novel gitu?"
"Itu elo namanya mainin janji suci pernikahan, saat ikrar akad itu terucap, malaikat dengar, masa kita buat mainan, lagian elo kebanyakan baca novel, jadi kebawa-bawa.
"Pak ustad malah ceramah." Stella mencebik.
"Seandainya kalau kita nikah, apa ada ritual kayak pengantin lainny?" tanya Stella lagi.
"Maksudnya?" Arsen menyatukan alisnya.
"eemm maksud gue itu first night kayak pengantin sungguhan Sen." Stella menjawab pelan.
"Elo mau nikahnya, sederhana apa mewah, mau cincinnya berlian apa imitasi, mau maharnya la kadarnya apa bebas milih?" Arsen malah balik bertanya.
"Ya gue anak tunggal maunya nikah ya gak harus mewah banget tapi ya jangan sederhana juga kali, cincin juga gue maunya berlian, mahar pun gue gak mau asal ya."
"Nah itu hak elo, gue suami juga punya hak, termasuk malam pertama."
Wajah Stella langsung pias, saat mendengar.
"Tapi tenang aja, gue gak akan grasak grusuk minta, kecuali elo sudah siap, lagian body elo dimata gue gak semenarik itu, boncel, kecil kayaknya." ucap Arsen sambil menatap kearah ke dada Stella.
"Sial lo, ujung-ujungnya ngebully, buruan jalanin mobilnya, besok gue masuk pagi harus ketemu sama dokter BTKV dari RSUP."
Arsen hanya tertawa melihat ekspresi Stella, dia pun menjalankan mobilnya, menuju rumah Stella.
Pagi menyapa, pasangan pengantin baru Damian dan Celine sedang berkemas untuk keberangkatan bulan madu mereka.
"Hun bawa mantel minimal 3, legging heather, sarung tangan ya."
"Iya by, siap."
Damian tiba-tiba memeluk Celine dari belakang.
"Kamu senang gak hun, kita mau honeymoon?"
"Hubby, aku lagi beberes jangan gangguin ih."
"Jawab dulu hun"
"Senang, happy banget aku by, lebih bahagia lagi karena kamu suami aku, sahabat yang posesif banget, dan punya mertua yang baik seperti orang tua sendiri."
Celine mengecup pipi Damian.
"Istri aku udah pintar ya sekarang, boleh lah ya 1 ronde, sebelum ke bandara." Damian mengedipkan matanya.
"Nggak ada by, yang ada kita telat."
Damian dan Celine turun keluar kamar, di meja makan sudah ada Papi Wisnu dan Mami Sarah.
"Selamat pagi Mi, Pi." salam Damian dan Celine.
"Pagi, sudah beres packingnya?"
"Sudah mi."
"Yaudah, nanti biar dibawa sama supir aja bawaan kalian, habis sarapan langsung berangkat aja, gak apa-apa nunggu di bandara, daripada telat."
Mereka pun menikmati sarapan, selesai sarapan Damian dan Celine pamit kepada Papi Wisnu dan Mami Sarah.
"Hati-hati kalian, Celine jangan terlalu lelah nak."
"Iya pi, papi mami kami berangkat dulu ya."
Mobil Damian dan Celine pun meninggalkan kediaman Wisesa.
Damian dan Celine sudah di dalam pesawat yang akan membawa mereka ke kota pusat mode dunia. Sebelum pesawat take off Celine menyempatkan menelepon kedua orang tuanya untuk berpamitan.
Kedua tangan Damian dan Celine saling bertautan, saling menatap mereka melempar senyum.
Akhirnya pesawat pun lepas landas yang akan membawa mereka ke tujuan pertama bandara Charles De Gaulle.