NovelToon NovelToon
Suamiku Om Om

Suamiku Om Om

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / CEO / Cinta setelah menikah / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Mutia Lastari

Seorang Gadis manja bernama Alena baru saja di usir oleh orang tuanya, mereka meminta agar anaknya bisa hidup mandiri dalam waktu tiga bulan. Namun tidak disangka semua ini sudah direncanakan oleh seorang CEO muda, yang ternyata sudah menyukai Alena sedari kecil namun tidak diketahuinya.
Bagaimana rencana selanjutnya sang CEO untuk mendapatkan hati gadis manja ini? ikutin terus up terbaru novel ini ya💜

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mutia Lastari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Misi Cari Kunci

...Sudah punya istri masih menyimpan barang peninggalan mantan, apa itu kalau bukan gamon? ~ Alena...

...🍒...

•"kalian berdua!!." Ujar kepala pelayan mengagetkan mereka berdua yang daritadi mengendap endap.

"Apakah ada sebuah kemungkinan kalian membutuhkan kunci untuk membuka pintunya?.", tanya kepala pelayan.

Alena berdekhem lalu merapihkan bajunya yang sedikit acak acakan. meski membutuhkan, Alena tidak mau terlihat harga dirinya jatuh.

"Kalau begitu, berikan padaku kuncinya." Alena mengadahkan satu tangannya dengan ekspresi dingin

"Eeeee atauu, apakah kalian berfikir kalau pintu kamar ini tidak bisa dibuka karena sengaja dikunci agar kalian berdua tidak bisa masuk?." Kepala pelayan itu berusaha agar mereka tidak masuk kedalam.

"Gimana ini, pasti om seokjin memintanya untuk menghalangi kita agar tidak bisa masuk kedalam." Bisik Irene.

Alena lalu menarik nafas panjang sambil menggigit bibir, dia sedang memikirkan cara agar kepala pelayan itu mau memberikan kuncinya.

"Aaaaaaaa kepala pelayan baik hati mari kita bernegosiasi, ayolah izinkan aku masuk ummm." Alena bertingkah seperti anak kecil dengan bibir yang mengerucut.

Tapi berbeda dengan Irene, dia mencoba berakting sebagai wanita tegas yang sedang marah.

"Lalu bagaimana jika kami ingin tetap masuk?" Teriak Irene

"Kalau begitu, aku rasa aku harus memanggil tuan seokjin untuk mengurus ini." Jawab pelayan itu.

Dua wanita itu sudah mulai pasrah sekarang, tidak mungkin mereka meminta langsung pada seokjin untuk masuk ke kamar itu.

"Oke, maaf sudah mengganggu." Ucap Irene dan Alena kompak.

Mereka kembali ngibrit dari depan kamar itu, karena takut seokjin mengetahui aksi mereka.

Dan ternyata, tanpa sepengetahuan mereka. Seokjin sudah berada di dalam kamar itu daritadi, diapun keluar dengan mengendap endap dan mengintip di pintu.

Dia lalu memberi kode kepada kepala pelayan untuk mendekat.

"Pastikan pintu ini benar benar terkunci, aku yakin mereka tidak akan langsung menyerah untuk membuka pintu ini." Ucap seokjin pelan pelan.

Dia lalu mengambil kunci yang di sembunyikan di kakinya, dan memberikannya kepada pelayan itu.

//

//

Dikamar Alena,

"Aku yakin, dikamar itu pasti tersimpan rahasia besar yang sedang di sembunyikan, om seokjin pasti tidak mau kita mengetahuinya. Kalau tidak ada apa apa, kenapa dia menguncinya?."tanya Alena heran

"Benar, besok setelah om seokjin berangkat kerja, kita akan mencuri kunci itu dari kepala pelayan. Setelah itu kita masuk dan lihat, lalu cari tau lebih jauh tentang ruangan itu." Ungkap irene.

Irene lalu memilih keluar dari kamar Alena untuk beristirahat. Sedangkan Alena memilih untuk tidur juga.

Tapi ternyata malam itu fikirannya sangat kacau sehingga dia tidak bisa tidur, pertanyaan Irene tadi siang tentang kenapa dia marah padahal dia tidak menyukai seokjin, menjadi hal yang mengganjal dihatinya.

"Iiiiiiiiiiiii." Alena meracau kesal sendiri sambil memukul bantal

"Kenapa aku begitu marah seperti ini? Apa jangan jangan benar kalau aku suka sama dia?." Ujar Alena.

//

//

Besok paginya, Alena dengan Irene seperti dua orang yang tidak punya kegiatan.

Mereka main tepuk tangan seperti bocah SD,  saat seokjin turun untuk berangkat kerja, Alena dan Irene langsung mengencangkan tertawanya seperti orang gila.

"Hahahahaha." Mereka saling tertawa bersahutan.

Seokjin yang melihat itu sempat bingung, ada apa dengan dua wanita ini? Lalu dia tersenyum sebentar sebelum akhirnya pergi bekerja.

"Eh sudah sudah sudah, kita bisa memanfaatkan waktu saat om seokjin kerja. Ayok kita cepat menuju ke kamarnya." Ajak Irene

Saat sudah sampai di depan pintu itu lagi, Irene sudah menyiapkan beberapa barang yang fikirnya sering digunakan orang dalam keadaan terdesak untuk membuka kunci.

"Apa kamu yakin bisa membuka pintu ini menggunakan semua barang barangmu itu?." Tanya Alena kurang yakin.

"Kamu meremehkan aku ya? Aku itu dari kecil sering menggunakan barang barang ini untuk membuka brankas milih ayahku berkali-kali, dan tidak pernah gagal ." Jawab Irene

Dia memegang sebuah kartu, dan juga sebuah kawat besi kecil.

"Nona Irene, silahkan." Alena mempersilahkannya seperti seorang putri kerajaan.

Pertama, dia menggunakan besi kecil itu untuk mengulik bagian kunci pintu. Alena hanya memperhatikannya tanpa ikut campur untuk membantu.

Saat merasa sudah bisa, dia mulai mencoba membuka pintu. Tapi hasilnya nihil, pintu itu masih tidak bisa dibuka, akhirnya mereka hanya bisa saling tatap.

"Nggak papa, kita masih punya cara lain." Irene mencoba membela dirinya di depan sahabatnya itu.

Lalu Irene kembali mencoba menggunakan kartu yang dia bawa, tapi ya tetap Tidak bisa. Akhirnya Alena tidak percaya lagi dengan kemampuan temanya itu, dia bersidekap melihat kearah Irene.

Sadar caranya sudah tidak mungkin berhasil, akhirnya Irene pun menyerah.

"Hehe, sepertinya jurus andalanku sudah tidak berfungsi lagi sekarang. Mungkin aku harus pensiun dari bidang ini." Irene cengengesan.

"Hehehee." Alena malah meledeknya.

"Kalau begitu bagaimana jika aku yang mencobanya?." Alena menawarkan, dan Irene pun mempersilahkannya

Alena lalu melakukan peregangan badan ringan, Irene yang melihatnya malah bingung. Tidak mungkin Alena akan mendobrak pintu ini dengan tenaganya kan?

Saat dia sudah percaya diri akan bisa mendobraknya, tapi tiba tiba tubuhnya mental dari pintu itu.

"Awwwww." Alena kesakitan karena bahunya barusan terbentur pintu.

Irene lalu membantu mengusap bagian tubuh Alena yang sakit.

"Pintu ini terbuat dari apa sih? Keras banget kaya terbuat dari material Majapahit aja!." Alena mengomel.

"Sepertinya pintu ini memang gak bisa dibuka dengan paksa, tapi cuma bisa menggunakan kunci." Ujar Irene

"Apakah ada kemungkinan kunci cadangan pintu ini ada di ruangan kerja om seokjin?." Irene menerka.

"Yaudah kalau gitu, gimana kalau kita cari di ruang kerjanya. Mungkin saja kunci itu berada disana juga kan?."  Ajak Alena

"Ayo."

Mereka berdua lalu kembali mengendap endap untuk masuk ke ruang kerja seokjin.

//

Mereka sudah sampai sekarang di ruang kerjanya, perlahan Irene membuka pintu ruangan itu.

"Ternyata ruangan kerja om seokjin sebagus ini, mewah banget." Puji Irene sambil melihat ke sekeliling.

Alena buru buru menutup pintu takut mereka ketahuan.

"Haishhh, nanti jika kamu mau. Aku bisa menyiapkan satu ruangan seperti ini untukmu, sekarang cepat cari." Alena memukul bok*ng Irene yang malah fokus melihat barang barang disana.

Merekapun lalu memulai pencarian itu, semua sudut hingga laci, wadah wadah kecil dan lemari tak luput dari jangkauan mereka.

Sedangkan diluar rumah..

Ternyata seokjin baru mau memasuki mobilnya, namun tiba tiba dia berhenti ketika jeon membukakan pintu.

"Tunggu."

"Ada apa tuan?." Tanya jeon

"Aku lupa membawa gelang tasbih ku. " Ucap seokjin

"Bukankah gelang tasbih anda selalu anda pakai setiap saat tuan, biar saya bantu ambilkan," jeon menawarkan.

"Tidak perlu, aku akan ambil sendiri." Tolak seokjin, diapun segera kembali kedalam rumah untuk menuju ruang kerjanya.

Sedangkan di sana, dua cegil itu masih sibuk mencari cari dimana kemungkinan kunci itu berada.

Meski pencarian mereka sedari tadi belum menghasilkan apa apa. Karena lelah, Irene berhenti sebentar dan duduk di sebuah kursi sambil berfikir.

"Alena, kayaknya kita udah salah tebak deh. Mungkin kuncinya tidak ada di ruangan kerja ini." Ucap Irene

"Huh, jadi kuncinya dimana?." Tanya Alena sambil kelelahan juga.

Lalu dengan tidak sengaja Alena melihat keatas sebuah buku, disana terdapat gelang tasbih yang selalu seokjin pakai.

"Bukankah ini gelang tasbih yang selalu dipakai om seokjin? Hih raya yang kasih dia." Alena tiba tiba jutek sambil memberitahu Irene.

Dan Irene hanya bisa mengangguk saja,

"Om seokjin sangat menghargai pemberian orang lain, dia bahkan sampai gak pernah lupa buat bawa gelang ini." Balas Irene

"Sepertinya, di dalam hatinya memang selalu ada raya." Ujar Alena sambil sedikit cemberut

Dengan kesal dia mengambil gelang itu lalu memperhatikannya dengan jeli.

"Gelang ini terlihat biasa saja, bahkan manik maniknya pun dari bahan biasa. Apa yang istimewa sih? Dia saja yang terlalu berlebihan menganggap benda ini sangat berharga." Ucapnya kesal lalu tidak sengaja membanting gelang itu ke lantai.

"Haaaaaa gawat." Irene terkejut saat gelang itu terputus berkeping keping di lantai.

"Dulu pernah ada seseorang yang gak sengaja sentuh gelang ini, om seokjin langsung patahin tangannya. Alena, dia gak akan bunuh kita berdua kan?." Tanya Irene

Tiba tiba suara batuk seokjin yang mendekat keruangan itu membuat Alena dan Irene merasa sangat terkejut.

Mereka panik dan ketakutan karena pertama ketahuan masuk ke dalam ruang kerjanya tanpa izin, kedua karena mereka telah merusak gelang itu.

Dua cegil itu terus berlarian panik karena tidak tahu harus melakukan apa, saat Alena akan keluar dari ruangan itu tiba tiba seokjin sudah lebih dulu membuka pintunya.

"Haaaaaaa." Alena terkejut.

"Kamu sedang apa disini?." Tanya seokjin heran

Hallo...

Emang gak ada habisnya kelakuan dua cegil kita ini😤

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!