NovelToon NovelToon
Mencintaimu Adalah Luka

Mencintaimu Adalah Luka

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kisah cinta masa kecil / Bad Boy / Enemy to Lovers / Idola sekolah
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: Jaena19

Kania gadis remaja yang tergila-gila pada sosok Karel, sosok laki-laki dingin tak tersentuh yang ternyata membawa ke neraka dunia. Tetapi siapa sangka laki-laki itu berbalik sepenuhnya. Yang dulu tidak menginginkannya justru sekarang malah mengejar dan mengemis cintanya. Mungkinkah yang dilakukan Karel karena sadar jika laki-laki itu mencintainya? Ataukah itu hanya sekedar bentuk penyesalan dari apa yang terjadi malam itu?

"Harusnya gue sadar kalau mencintai Lo itu hanya akan menambah luka."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jaena19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dua puluh

Tahu di mana keberadaan Kania saat ini?

Jawabannya adalah istana terbesar bagi seorang Laras yang seolah sudah menjadi miliknya juga. Ruangan yang hampir seluas lantai 2 rumahnya itu merupakan kamar Laras Pradipta, gadis yang merupakan anak bungsu dalam keluarga kecil Jaya Pradipta. Ruangan bernuansa putih dan emas itu seakan memberi kesan mewah yang membuat Kania nyaman berada di dalamnya.

Jika ditanya ke mana si pemilik kamar, jawabannya adalah dia sedang membilas tubuhnya.

Hari ini, setelah pulang sekolah tadi, ia meminta izin pada Farhan untuk menginap di rumah Laras selama beberapa hari. Tentu hal yang jelas tidak mudah dilakukan tapi nyatanya ia berhasil setelah melewati beberapa perdebatan. Ia memberikan alibi bahwa ada sebuah proyek besar di kelasnya yang harus diselesaikan dalam waktu singkat. Farhan sudah menawarkan diri untuk mengantar jemputnya saja dari rumah Laras, tapi ia bersikeras untuk tetap berada dalam rencana.

Kalau saja kakinya tidak semakin memburuk, mungkin ia baik-baik saja pulang ke rumah. Tapi berhubung kenyataannya berbeda, Jadi ia lebih memilih beralibi dan menenangkan diri di rumah Laras. Karena tanpa perlu ditanya lagi, ia sudah dapat melihat amarah Elia jika melihat keadaan kakinya saat ini.

"Kania!"

Suara nyaring yang menggema dari satu titik itu membuat perhatian Kania teralih dari ponselnya. Kedua matanya mengikuti kemunculan Laras dengan badan yang hanya diselimuti oleh handuk baju dengan sebuah ponsel yang tergenggam pasti di tangan gadis itu.

"Apa?"

"Karel booking table-"

"Ya ampun! Cowok gue kenapa nggak tahu waktu banget sih!"  Kania mencebik jengkel." Masa iya gue datang pake sendal jep-"

"Emang gue ngajak lo?" Laras seketika bersuara rendah." Kan enggak," lanjutnya tanpa dosa.

"Terus Lo mau ninggalin gue di rumah Lo gitu?!"

Dan lagi, tanpa dosa Laras mengangguk.

"Emang ya! Sekeluarga nggak ada yang tahu terima kasih!" desis Kania jengkel.

"Lo dimana, Kan?"

"Kamar lo-"

"Apa gue telepon Om Farhan aja ya, kasih tahu anaknya lagi bohong!"

"Benci banget gue sama lo!" Kania kembali menyahut. Ia tidak serius mengatakan itu. Itu hanya hasil luapan emosinya yang tidak terima akan ucapan Laras. Tidak perlu diambil pusing.

Seakan tidak memperdulikan ucapan Kania, Laras membuka lebar lemari besarnya itu. Kalau Karel sudah memberitahukan bahwa laki-laki itu membuka meja di sebuah klub malam, artinya ia harus datang apapun halangannya, termasuk Kania.

"Lo serius mau ninggalin gue?" Kania bersuara parau.

"Sebentar! Tiga jam aj-"

"Itu gak sebentar, Laras!" Kania membalasnya dengan gemas.

"Kalau Lo lapar, tinggal keluar ke meja makan. Kalau lo bosen, minta asisten rumah tangga gua. kalau Lo takut-" Laras seketika menghentikan ucapannya. Ia kemudian menatap Kania dalam diam sebelum menyadari sesuatu." Teman lo nggak kelihatan semua sih ya! Jadi gak bakal sepi," lanjutnya.

"Seriu-"

"Serius! Sebentar doang! Janji!"

Tidak ada balasan lagi. Karena ketika Laras mengatakan segala sesuatu dengan yakin, itu artinya gadis itu akan melakukannya. Sudahlah, kapan lagi bermalam di rumah teman yang bahkan temannya tidak ada di rumah.

_____

Hingar-bingar malam yang seperti sudah menjadi makanan seorang Karel berhasil membawa kesenangan pada pengunjung lain. Malam ini tidak hanya anggota khusus yang memenuhi klub malam milik Dewa. Ada beberapa anak sekolah lain yang merupakan kenalan Karel juga Raden bergabung di tempat ini.

Sesuai janji Dewa kemarin, Karel berhak mendapatkan tujuh botol minuman tanpa perlu membayar. Bagaimana Karel tidak semakin semangat untuk berada di tempat ini.

"Laras-"

"Jangan digodain!"Karel lebih dulu bersuara tajam ketika kedua mata laki-laki yang berada di hadapan yaitu memperhatikan kehadiran Laras yang berada di pintu utama klub malam.

" Kenalan doa-"

"Gak ada!" Karel menyahut cepat." Gua bilangin abangnya kalau lo berani macam-macam!" tajamnya.

"Gak akan pacaran ju-"

"Coba aja!" Balas Karel seketika berubah menjadi suara penuh tantangan dan berhasil membuat laki-laki dari sekolah lain itu membungkamkan mulutnya.

Jika ditanya mengapa Karel melarang laki-laki itu untuk mendekati Laras, jawabannya hanya satu yaitu Karel tidak akan mengizinkan seorang pemain untuk bermain dengan sepupunya. Kalau berani, maka baik dirinya, atau bahkan anggota keluarga Pradipta yang lain, siap untuk maju. Yang pasti, air mata laras adalah sesuatu yang berharga bagi Pradipta. Jadi, ketika satu orang ditemukan sebagai salah satu alasan Laras menangis, maka anggota Pradipta lain siap untuk menghabiskan nyawa si pelaku.

"Baju lo nggak ada yang lebih kurang bahan?" Karel berujar sinis ketika Laras dengan santainya menyambar botol minuman di hadapannya.

Laras mengangguk." Cuma takut diomelin sama Dewa," balasnya tanpa beban." Si Kania di rumah gue, Rel." Lanjutnya membuka topik pembicaraan.

"Gue gak nanya-"

"Orang gue cuma ngasih tahu!" Laras membalas." Lo mana pernah nanya tentang Kania?" Sinisnya yang kemudian menuangkan botol dalam genggamannya ke  gelas baru.

Kedua matanya mulai ia edarkan, mencari sesuatu yang bisa menarik perhatiannya untuk menikmati minuman malam ini. Tidak ada yang begitu spesial, tidak ada Kania juga, maka sepertinya janjinya untuk pulang tiga jam pada Kania akan ia tepati.

"Fabian mana?"

"Sama Zafran tadi cabut," balas Karel yang kemudian menghisap selinting rokok.

"Dewa?"

"Mana gue tahu! Adik Lo, kenapa jadi nanya gue!" Sahut Karel.

Sebenarnya, Laras lebih senang jika Dewa tidak hadir di klub milik laki-laki itu. Ia lelah harus bermain kejar-kejaran setiap saat hanya karena pakaiannya yang terbilang modis ini.

"Baju lo bener-bener ya!"

Suara berat yang kemudian disusul dengan bahunya yang seketika terasa hangat itu membuat desahan malas terdengar pelan. Giliran tidak ada Dewa, maka ada Raden yang siap menggantikan posisi kakaknya itu.

"Panas ih!"keluhnya tanpa dosa kembali menyibakkan jaket kulit Raden.

"Pakai apa gue bilangin Dewa?!" Ancam Raden dengan tajam.

"Dih! Bilangin aja!" Tantang Laras. Masalahnya, kalau ucapan dewa saja bisa ia kalahkan, maka ucapan Raden juga sepupunya yang lain bisa ia kalahkan dengan mudah.

Raden berdesis, membiarkan jaket kulitnya tetap berada di dekat Laras, sebelum menarik botol yang baru saja harus tuangkan isinya.

" Kania mana? Kok tumben nggak ngikutin lo?"

"Kakinya keseleo-"

"Gara-gara udah mau kemarin?"tebak rada yang tepat sasaran.

Laras tertawa kemudian mengangguk." Hidup gue lebih penting dari hidup dia."

"Tadi Raihan nanyain."

"Emang beritanya ke sebar ya?!" Laras berubah menjadi panik.

Dengan ragu Raden mengangguk." Emang harusnya nggak?" tanyanya bingung.

" Lo-nya bego! Anak orang udah bantuin, bukannya bantuin balik!" Karel berucap dengan sarkas.

"Emang gue ngapain?" Laras bersuara tidak terima.

Tidak ada jawaban, Karel kembali memilih menyambar gelasnya dan membiarkan Laras berdesis akan ulahnya. Bagi Karel, seharusnya hal itu sudah laris ketahui tanpa perlu ia beritahu lagi.

_____

Sesuai dugaan Laras, Kania tidak akan berdiam diri di kamar selama malam menjemput. Jam di kamar Laras menunjuk pada angka sepuluh malam sesaat kakinya memilih turun dari atas kasur mewah gadis itu.

Bukan ia tidak bisa diminta untuk beristirahat. Tapi jika tidak ada yang menemani, bagaimana ini bisa betah di suatu tempat yang bukan merupakan areanya?

Sang pemilik rumah, yang tidak lain dan tidak bukan orang tua waras memang sedang tidak ada di rumah, itu juga sebabnya kalian bisa seenaknya malam ini. Kalau saja kedua orang tua gadis itu tidak sedang berada di luar kota, artinya nasib rumahnya berbahaya. Jelas, karena pasti akan ada omelan Elia tiada henti.

Jika ditanya dimana keberadaannya saat ini, jawabannya adalah halaman luas tepat di belakang rumah Laras. Tidak ada selinting rokok yang bisa menemani kebosanannya. Ia masih tahu tempat juga, tidak mungkin merokok di tempat yang bukan areanya.

Ditemani dengan secangkir susu panas buatan asisten rumah tangga Laras, kalian mendengarkan beberapa alunan musik yang sudah kunjung berganti.

Jam di ponselnya sudah menunjukkan angka dua belas malam, dan itu tandanya dia sudah dua jam berada di luar sana. Tidak ada yang dia lakukan selain minum susu, melihat ponsel dan berakhir pada terdiam bingung tak tahu harus melakukan apalagi.

"Loh, Kania?"

Suara berat yang seketika merebut perhatiannya itu berhasil membuat kedua alisnya naik sempurna. Seperti kata lara sebelumnya, perkiraan Dewa pulang lebih dulu dibanding gadis itu adalah lima persen, tapi kenapa laki-laki yang merupakan kakak Laras itu malah muncul lebih dulu dari Laras?

Ia menampilkan deretan giginya, merasa tidak enak dengan kehadirannya di rumah ini tanpa Laras." Udah pulang bang?" tanya Kania basa-basi.

"Gak ada kerjaan lagi," Dewa membalas, kemudian melangkahkan kakinya pasti pada Kania." Kaki-"

"Udah enakan, bang," Kania menyahut dengan cepat.

"Dewa! Haus!"

Suara berat lain yang muncul dari belakang bawah kembali merebut perhatian Kania. Astaga, kami hanya berharap malas cepat pulang sekarang.

"Eh? Siapa nih?"

Laki-laki dengan mantan kaos hitam juga celana pendek berwarna senada itu bersuara tenang ketika matanya bertemu dengan kedua manik mata Kania.

" Kania, temannya Laras." Dewa membalas cepat." Lo mau naik apa di sini?" tanya Dewa pada laki-laki bernama Angga itu.

"Sini bentar deh, sebatang dulu," Angga membalas sebelum memastikan langkahnya untuk mendekat pada Kania.

"Gue mandi bentar deh," Dewa berujar." Lo jangan macam-macam!"ucapnya tajam sebelum melangkah.

Bagi Kania, ada Dewa saja canggungnya setengah mati. Lalu sekarang? Sudah Dewa tidak ada, teman cowok itu malah duduk dengan jarak satu meter darinya. Jelas Kania semakin merasa canggung.

"Laras mana?"Angga bersuara tenang setelah mengeluarkan kotak rokoknya.

"Main kak " balas Kania sopan.

Angga terkekeh." Ditinggal?"

Mendengar pertanyaan itu, Kania menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sebelum akhirnya mengangguk.

"Kaki kamu kenapa?" Angga bertanya sembari memperhatikan perban elastis yang masih melilit sempurna di kakinya.

"Kecelakaan kecil."aku Kania tidak seratus persen benar. Mana ada kejadian kemarin dianggap sebagai kecelakaan kecil? Hidupnya bahkan menjadi taruhan!

"Udah kenal Laras dari kapan?"

Ini kenapa gue berasa diintrogasi ya? Kania menggerutu dalam hati.

"Dari SMP-"

"Udah lama ya,,"Angga menyahut. Ia kemudian mengeluarkan ponselnya, menyodorkan benda itu kehadapan Kania dan berhasil membuat kerutan benang terlihat jelas dari dahi gadis itu.

"Bagi Instagram lo dong? Biar lebih kenal aja,," Angga bersuara tenang." Aneh sih,,, tapi lebih aneh kalau kenal tapi nggak diterusin kenalannya," lanjutnya.

Meski ragu Kania tetap mengambil benda itu, seumur hidup baru kali ini hanya menemukan laki-laki yang terang-terangan meminta sosial medianya, bahkan tanpa basa-basi sebelumnya.

"Ngomong-ngomong lo jangan mikir yang aneh-aneh ya. Gue sukanya sama Laras soalnya," kekeh Angga yang lebih terdengar seperti pengakuan tanpa beban.

"Ini,," Kania menyerahkan kembali ponsel itu pada Angga.

"Kania Wijaya-" gimana Angga seketika terhenti. Matanya menyipit, kembali mencerna nama yang baru saja ia baca itu." Nama belakang kamu Wijaya?"

Kania mengangguk kaku." Kenapa?"

Angga menggeleng. Ia kemudian menekan ikon berwarna biru dilayar ponselnya, sebelum ke posisinya dan memilih terdiam sejenak.

Wijaya,, ia kembali berguman dalam hati. Kenapa kedengarannya gak asing?

1
Suryani Tohir
nice
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!