NovelToon NovelToon
Love Delayed Mas Santri

Love Delayed Mas Santri

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari dari Pernikahan / Konflik etika / Pemain Terhebat / Romansa / Kontras Takdir / Enemy to Lovers
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: Lina Handayani

Sekuel Sincere Love My Husband.

"Jika mubtada saja membutuhkan khobar untuk membuat sebuah kalimat, maka Azura juga membutuhkan A Mahen untuk dijadikan imam dunia akhirat," ucap Azura dengan senyuman manis di bibirnya.

"Belajar dulu yang bener! Baru bisa menikah," cetus Mahen dengan wajah datar tanpa ekspresi.

Patah hati mampu membuat seorang laki-laki berparas tampan rupawan itu kehilangan jati dirinya. Mahendra Dirgantara dihadapkan dengan kenyataan, jika dirinya dikhianati dan dibuat patah hati oleh seorang wanita yang dicintainya.

Perginya Rima di dalam hidupnya, seakan membuat Mahendra hancur, sampai nekad mengakhiri hidupnya. Namun berhasil dicegah, tetapi laki-laki itu malah menjadi berubah drastis. Cuek, dingin, menyeramkan. Itulah dirinya sekarang.

Sampai suatu hari, Mahendra dipertemukan dengan seorang wanita cantik di masa kecilnya yang berusaha keras, meluluhkan hati yang sudah terkunci itu.

Akankah Mahen luluh oleh Azura? Atau memilih Rima kembali? Ikuti kisahnya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lina Handayani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 4 : Bertemu Kembali Gadis Kecil

..."Seluruh dunia bisa berkata iya, jika takdir mempertemukan dua orang yang telah terikat oleh sebuah janji. Namun, keadaaan bisa berkata tidak, jika takdir itu telah membawanya jauh ke dalam keterpurukan yang amat menyakiti diri."...

...~~~...

Kedua retina hitam pekat itu saling menatap satu sama lain. Keduanya hanya bisa terdiam dalam keadaan yang membuat keduanya bertemu kembali.

Debaran jantung terdengar begitu kuat, bagaikan irama lagu yang sangat sahdu. Sama-sama menggentarkan jiwa yang sudah mati, karena takdir yang seakan tidak adil.

Mahendra pun, sampai tidak menyangka bisa bertemu dengan gadis kecilnya yang tidak lain adalah sepupunya sendiri. Di mana, sejak dari umurnya tujuh tahun, Azura sudah begitu dekat dengan dirinya. Sampai pamannya---Ibrahim yang memutuskan untuk tinggal bersama istrinya, di rumah sang mertua, sehingga keduanya tidak bisa bertemu lagi.

Tanpa disadari, Azura terus memandangi wajah tampan yang nampak jelas di hadapannya itu, sampai melupakan pertanyaan yang telah diajukan oleh Mahendra kepada dirinya.

"Hey, kenapa diam saja Azura?" ucap Mahen dengan menyadarkan gadis cantik itu dari lamunannya.

"Eh, iya A Mahen. Azura lagi, eemm ... main ke Bandung. Kebetulan kita ketemu di sini," jawab Azura cepat dengan mencari alasan agar Mahendra tidak lagi bertanya.

Kening Mahen sedikit berkerut, karena merasa heran, dengan jawaban dari Azura yah seakan berbeda dari, apa yang tengah dilihatnya itu.

"Oh cuman main ya?" tanya Mahendra dengan menatap penampilan Azura, serta melihat kegugupan yang tersembunyi di balik wajah cantiknya itu.

Azura langsung mengangguk, tanpa menyadari penampilan dirinya yang masih menggunakan pakaian pengantin.

"Iya, A Mahen. Azura lagi main ke sini, terus enggak nyangka bisa ketemu di sini sama A Mahen," ucap gadis itu dengan sedikit tersenyum tipis agar Mahendra percaya kepada dirinya.

"Lantas, kenapa kamu memakai pakaian pengantin gitu? Dengan keluar dari mobil pick up yang membawa kasur dan lemari ke pesantren ini? Dan mana pengawal juga mobil Paman Ibrahim? Kok enggak datang bersamamu, Azura?" tanya Mahen bertubi-tubi, dengan menatap lekat wajah gadis kecilnya dulu yang sekarang sudah nampak dewasa.

"Eeemm ... itu di belakang, tadi mogok. Jadi, Azura ikut sama mobil bapak ini. Kan biar cepat juga sampainya." Azura kembali membuat alasan agar lepas dari Mahendra.

Belum sempat Mahendra kembali bertanya, seorang supir yang mengantarkan perlengkapan asrama santri, nampak menghampiri Azura kembali.

"Oh ya, maaf Neng. Bukannya lancang, tapi bapak lihat tadi Neng mau dikejar penjahat bukannya mau jalan-jalan ke sini," ujar bapak supir itu kepada Azura.

Deg.

Gadis itu langsung menatap kepada sopir mobil itu. Nampaknya, Mahen mulai curiga kepada dirinya. Dan ia tidak bisa lagi untuk melakukan apa-apa.

Azura sampai menggigit bibirnya karena mulai tertangkap basah tengah berbohong kepada adik sepupunya itu, walupun umurnya lebih muda dari pada Mahendra. Akan tetapi, abinya adalah kakak dari Alaska---babanya Mahendra, sehingga hubungan keduanya tetap saudara sepupu hanya beda dari segi umurnya saja.

"Kamu berbohong, hem? Jangan bilang, kamu kabur dari orangtuamu itu?" tanya Mahendra yang langsung mengintrogasi Azura.

"Enggak kok, ini bukan salah Azura. Dengan terpaksa Azura kabur dari rumah, karena ulah Abi sama Ummi juga yang memaksa Azura untuk menikah hari ini," jawab Azura yang akhirnya jujur karena tidak bisa berbohong lagi.

Sejenak Mahen terdiam, dia mulai paham akan kedatangan Azura dalam penampilannya sekarang ini.

"Kalau begitu, ikut Mahen! Biar Mahen yang antar kamu ke rumah Abimu kembali," ucap Mahen yang tidak ingin, jika paman dan tantenya itu khawatir akan Azura.

"Enggak mau! Azura mau di sini saja! Jangan bawa Azura kembali ke rumah Abi!" pinta Azura yang tidak menginginkan kembali ke rumahnya dan menikah dengan Jibril.

"Kalau kamu di sini, nanti Paman Ibrahim sama Tante Safa marah sama kamu. Udah, kita selesaikan saja di rumah Paman Ibrahim ya?" kata Mahen dengan membuat Azura mengerti.

"Enggak! Pokoknya Azura mau tetap di sini. A Mahen jangan bujukin Azura lagi!" tegas Azura sembari meninggalkan Mahen, dengan berjalan masuk ke dalam gerbang Pesantren Darussalam.

"Eh, Azura! Kamu mau ke mana? Jangan dulu masuk!" teriak Mahen yang terkejut akan tindakan Azura.

Dengan segera, Mahen mengejar Azura dan membawanya kembali di depan pesantren, sebelum ada santri lain yang melihat keduanya.

"Enggak, pokoknya Azura enggak mau pulang!" kata Azura sekali lagi, karena Mahen menghentikan pergerakannya.

"Dengerin Mahen dulu ya? Oke, Mahen akan turuti kemauan Azura, tapi selama di sini. Azura harus belajar mengaji di pesantren ini," ucap Mahen dengan memberikan peringanan.

Kedua mata Azura langsung berbinar, mendengarkan perkataan dari Mahen. "Benaran ya, A Mahen enggak bakalan bilang sama Abi dan Ummi soal Azura di sini?" tanyanya untuk memastikan.

"Iya, insya allah. Asalkan kamu mau mondok di sini," sahut Mahen yang sudah biasa membujuk gadis cantik itu.

"Ya udah, Azura mau deh di sini." Gadis yang memakai pakaian pengantin itu menyetujui permintaan dari Mahen.

"Ya udah ayo, kita ke dalam dulu untuk bertemu dengan Kakek," ucap Mahen yang bersiap biasa saja, tanpa adanya senyuman di bibirnya itu. Dan malah melangkah begitu saja, meninggalkan Azura.

"Ih, A Mahen kok gitu sih? Cuek dan dingin banget sekarang, tapi tidak papa deh. Yang terpenting sekarang, Azura tidak jadi nikah sama Jibril, dan bisa lebih dekat lagi dengan A Mahen," batin' Azura berucap sembari tersenyum.

Dirasa Azura tidak mengikutinya. Mahen pun segera menoleh ke belakang dan melihat gadis itu yang hanya senyum-senyum saja, menatap dirinya.

"Kenapa masih berdiri saja di situ? Cepat masuk! Sebelum Mahen hubungi Paman Ibrahim dan Tante Safa nantinya," ujar Mahen dengan menakut-nakuti Azura.

"Eh jangan, A Mahen! Jangan kasih tau Abi sama Ummi. Azura sekarang masuk kok ini," balas Azura cepat sembari berlari kecil, menghampiri Mahendra yang sudah cukup jauh di depannya, walupun kesusahan karena memakai baju pengantin.

"Hem, dasar! Dari dulu enggak pernah berubah," ucap Mahen pelan sembari menggelengkan kepalanya, melihat tingkah Azura yang sama seperti anak kecil, walaupun umurnya sudah terbilang dewasa untuk menikah.

Dan di sepanjang perjalanan masuk ke dalam Pesantren Darusallam. Azura merasa bosen, karena Mahen tidak sama sekali bertanya apapun kepadanya, padahal ini kali mereka bertemu kembali setelah sekian tahun lamanya.

"A Mahen, dari tadi kok diem aja? Jutek banget si. Ngomong dong, atau tanya Azura gitu biar enggak bosen." Gadis cantik itu mulai protes dengan sikap Mahen yang sangat acuh.

"Kalau ngomong, nanti berisik. Udah kanu diam saja!" kata Mahen dengan tidak menanggapi keinginan sepupunya itu.

"Ih, A Mahen nyebelin! Enggak asik ah!" cetus Azura dengan bibir yang sudah mencabik, menandakan jika ia sedang ngambek kepada laki-laki di sampingnya itu.

.

.

.

Aduh, Azura ngambek tuh. Mahen bakalan bisa bujukinnya enggak ya? Penasaran kan? Berikan like sama komentar kalian per babnya yang banyak dulu oke? Jangan sampai kosong loh!

1
Azizah SULAEMAN
cerita yang menarik..
Seuntai Kata: Alhamdulillah, terimakasih kak. 😍🙂
total 1 replies
Riana
semangat update ny
Seuntai Kata: Wah, siap kak. Terimakasih banyak udah kasih ulasan bagus. Semoga betah ya bacanya 😊🙂
total 1 replies
🙃 ketik nama 💝🎀🌈🌴
mampir kakk...
lanjut....
Seuntai Kata: Terimakasih banyak Kak, udah mampir. Semoga suka ya sama ceritanya. Ini sebentar lagi muncul bab barunya.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!