“Mama, dadan Luci atit, nda bita tatan ladi. Luci nda tuat..."
"Luci alus tatan, nda ucah bitala dulu. Abang Lui nda tuat liat Luci nanis,” mohon Rhui berusaha menenangkan adik kembarnya yang tengah melawan penyakit mematikan.
_____
Terasingkan dari keluarganya, Azayrea Jane terpaksa menghadapi takdir yang pahit. Ia harus menikah dengan Azelio Sayersz, pimpinan Liu Tech, untuk menggantikan posisi sepupunya, Emira, yang sedang koma. Meski telah mencintai Azelio selama 15 tahun, Rea sadar bahwa hati pria itu sepenuhnya milik Emira.
Setelah menanggung penderitaan batin selama bertahun-tahun, Rea memutuskan untuk pergi. Ia menata kembali hidupnya dan menemukan kebahagiaan dalam kehadiran dua anaknya, Ruchia dan Rhui. Sayangnya, kebahagiaan itu runtuh saat Ruchia didiagnosis leukemia akut. Keterbatasan fisik Rhui membuatnya tidak bisa menjadi pendonor bagi adiknya. Dalam upaya terakhirnya, Rea kembali menemui pria yang pernah mencampakkannya lima tahun lalu, Azelio Sayersz. Namun, Azelio kini lebih dingin dari sebelumnya.
"Aku akan melakukan apa pun agar putriku selamat," pinta Rea, dengan hati yang hancur.
"Berikan jantungmu, dan aku akan menyelamatkannya.”
Dalam dilema yang mengiris jiwa, Azayrea harus membuat pilihan terberat: mengorbankan hidupnya untuk putrinya, atau kehilangan satu-satunya alasan untuknya hidup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom Ilaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13. KAMBUH LAGI
Mobil Arzen tiba di rumah Pak Ezton. Kemudian, Rea mengajak Ruchia dan Rexan masuk ke rumah. Rea kira rumahnya sudah sepi, tapi ia tak sangka kini di depan mereka ada Selina dan satu wanita tua yang sangat Rea benci, Tante Luna.
Tante Luna melipat tangan di dada tanpa ekspresi. Sebaliknya Selina tampak kesal. Meskipun begitu, Tante Luna mulai memindai Arzan yang berdiri di samping Rea.
Tanpa bertanya, Ruchia berdiri di hadapan Ibunya, guna melindungi Ibunya, sedangkan Rexan bersembunyi di belakang Rea sebab bocah itu sudah tahu siapa dua wanita di depannya. Dua wanita yang sangat membenci Rexan dan itu membuat Rexan takut. Tapi dalam hati, ia heran mengapa Rea datang ke rumah Ibunya.
“Sudah lima tahun berlalu, akhirnya anak yang kabur dulu sudah pulang,” ucap Tante Luna tersenyum manis tapi jelas terlihat dipaksakan.
“Kalau kalian mau berdebat, jangan sekarang dulu. Aku baru saja dari perjalanan panjang. Anak-anakku butuh istirahat sekarang, Tante,” kata Rea dengan nada acuh. Ia tak mau meladeni mereka.
“Tunggu!” Dengan gerakan cepat, Tante Luna merentangkan satu tangannya.
“Apa lagi yang Tante inginkan?” tanya Rea dengan tajam.
“Tante hanya ingin tahu siapa pria ini? Apa hubungan dia dengan anak-anakmu?” Tunjuk Tante Luna pada Ruchia dan Rexan yang ditutup masker.
“Dia suamiku.”
Ruchia dan Rexan sontak melihat ke atas. Dua anak itu kaget mendengar pengakuan Rea. Mereka makin terkejut setelah Rea melanjutkan perkataannya.
“Dia juga Ayah dari anak-anakku, Tante.”
“Oh ya?” Tante Luna bergumam tak percaya.
“Apa buktinya mereka anak dari suamimu ini?” tanya Selina juga tak yakin sambil menunjuk Arzan.
Rea meraih tangan Ruchia dan Rexan lalu tersenyum.
“Kalau kalian butuh bukti, tinggal lakukan tes DNA saja. Simpel, kan?”
Selina mendecakkan lidah. Nada bicara Rea yang angkuh membuatnya jengkel. Ia mengulurkan tangan, berencana menarik rambut salah satu anak Rea untuk dijadikan sampel tetapi Rea dengan cepat menampar tangannya sambil mengancam.
“Berani kau sentuh anakku, aku tak akan segan-segan membakar rumah ini." Rea tak main-main membuat Arzan sedikit bergidik. Rasanya ingin bicara, tapi Rea memintanya untuk tetap diam saja.
“Rea! inikah caramu membalas kami setelah kami susah payah menghidupimu selama ini, hah?” Tante Luna murka. Urat-urat di wajah terlihat jelas sangat kesal.
Namun Rea tak peduli, wanita cantik itu membawa anaknya dan Arzen ke lantai atas.
Menghidupiku? Konyol sekali. Justru dari harta yang Ibuku tinggalkan, kalian bisa hidup enak sekarang!
“Ma, bagaimana ini? Rea semakin kurang ajar, Ma.” Selina mengigit kuku. Ia gelisah karena Rea hanya gadis lemah dulu, tetapi sekarang wanita itu sangat berbeda.
“Tenang saja, Selina. Mama punya rencana! Sini ikut dengan Mama!” Tante Luna mengajak putri sulungnya ke dapur.
Selina yang penasaran rencana apa yang akan Ibunya jalankan, kini terkejut melihat serbuk dimasukkan ke dalam empat gelas susu putih. Itu bukan susu, hanya air yang diberi pewarna.
“Mama, jangan-jangan Mama mau meracuni mereka?” bisik Selina agar pembantu rumahnya yang sedang cuci piring tak mendengar percakapan mereka.
“Ck, ini pilihan bagus! Hanya setetes saja, racun ini bisa membunuh mereka hanya dalam hitungan detik. Setelah mereka mati, kita tinggal kubur mereka di satu kuburan di belakang rumah kita,” pungkas Tante Luna berbisik disertai seringai di wajahnya.
Selina agak ragu dan takut, tapi melihat ibunya yang sangat yakin, ia pun menyuruh asisten rumahnya membawa empat gelas itu ke kamar Rea. Kebetulan Rea berada di kamarnya, sementara Arzan sedang di balkon menghirup udara segar dan memandangi alam sekitar yang indah. Siapa sangka ada taman bunga di belakang rumah itu.
Melihatnya, sebuah ide bisnis langsung terlintas di benak Arzan. Membuka toko bunga. Tanpa menunda, ia bergegas ke kamar Rea untuk membicarakannya.
Sebelum asisten rumah mendekati kamar Rea, langkah asisten itu terhenti setelah sebuah tangan menangkap lengannya dan Arzan muncul dari sampingnya dengan tatapan curiga.
“Apa itu?” tanya Arzan.
“Susu untuk anak kembar Nona Rea,” jawabnya.
“Siapa yang bikin?” tanya Arzan lagi. Ia mengambil satu gelas kemudian mencium aromanya. Matanya membulat sempurna seketika itu. Racun?
Tanpa menunggu jawaban, Arzan mengambil nampan itu dari tangan asisten. Asisten kaget melihat Arzan yang melemparkan nampan itu ke luar jendela di sampingnya. Dan ia semakin kaget melihat rumput yang terkena air itu mendadak mati terbakar.
“Maafkan saya, saya tidak tahu isi airnya.” Asisten itu langsung membungkuk, takut dilaporkan, tapi Arzan tak semudah itu emosional. Ia tahu dan paham asisten itu tak bersalah lewat eskpresinya yang terguncang hebat.
“Baiklah, tapi tolong lain kali perhatikan tingkah kedua majikanmu,” pesan Arzan demi keselamatan si kembar dan Rea. Asisten itu mengangguk dan berjanji akan lebih berhati-hati. Namun esoknya, asisten itu malah dipecat karena gagal melakukan rencana. Tante Luna dan Selina semakin dibuat kesal oleh tingkah Ruchia yang sesuka hati memberantakkan rumahnya.
Tapi itu yang memang diinginkan Rea. Sementara Rexan, bocah itu semakin lengket pada Rea, bahkan mau pipis pun harus ditemani oleh Rea. Sampai-sampai Rea heran pada tingkahnya yang berubah. Kemana putranya yang mandiri? Rea bingung. Putranya mandiri dan berani, kini sebaliknya suka manja dan penakut. Apalagi bicaranya juga semakin hemat alias jarang ngomong. Ekspresinya pun tidak seceria dulu.
“Lui, kamu kenapa, sayang?” tanya Rea.
Rexan menunduk dan hanya memeluk Rea. Sementara Ruchia sedang main logo bersama Arzan.
“Mama, janan tigalin Lejan ladi,” mohon Rexan merasa sudah nyaman bersama Rea.
Hm, Lejan? Nama siapa yang dia sebutkan?
Rea terheran-heran. Tapi demi anak itu ceria, Rea pun mengajak Rexan, Ruchia dan Arzan jalan-jalan. Tanpa ia sadari, Tante Luna dan Selina diam-diam mengikuti mereka dengan penyamaran serba hitam yang modis. Tak lupa kacamata mereka.
BRAK!
Azelio yang masuk ke ruang perpusnya, pria dingin itu mematung dalam keheningan melihat ruangannya yang porak-poranda. Buku-buku di lemari berceceran di lantai. Bahkan semua rak lemari yang berjumlah puluhan dan awalnya tertata rapi, kini bak kapal pecah yang diterjang ombak laut alaska.
Sorot mata Azelio menajam melihat robot kecil di atas mejanya. Ia melangkah cepat dan mengambil robot itu yang seharusnya tak berada di sana. Tapi berkat robot itu dan tanpa lihat rekaman cctv, ia tahu perbuatan ini adalah pemilik si robot mainan yang tak lain adiknya.
*JEREMY*!
Suara Azelio melengking membuat burung-burung di dahan pohon beterbangan sejauh mungkin. Ditambah rumah serasa bergetar oleh gema suaranya. Hal itu membuat Mama Azura dan Papa Joeson yang sedang bersantai di kamar mereka juga terlonjak kaget.
*Apa itu*?
Penasaran dan cemas, mereka cepat-cepat menuju ke tempat Azelio. Kebetulan berpapasan dengan Jeremy.
“Ada apa dengan Kakakmu, Jem?” tanya Papa Joeson.
“Entahlah, mungkin dia kambuh lagi, Pa,” jawab Jeremy.
“Aduh, cucu kita mana ya, Pi?” tanya Mama Azura pada Papa Joeson, mencemaskan cucunya yang tak kelihatan.
Yang dicari-cari tampak ketiduran di sebelah tumpukan buku-buku yang selesai ia baca tanpa sisa.
\_\_\_\_\_\_\_
*Satu berantakin rumah Selina, satunya hancurin perpus Papanya. Kerja yang bagus anak-anak*!
srmoga saja fia mau, wlu pyn marah dan kesal pada kelakuan papa ny
tapi ingin menyelsmat kan putri ny darimaut
maka ny dia marsh sambil ngebrak meja 😁😁😁
songong juga nech si Ron2.
henti kan kegilaan mu Rhui, utk memberi pelajaran dan menghancue kan perusahaan ayah mu
jika bukan Luna dan Celina...
Emira hafis baik, dia tdk akan mauenikah dengan mu, katena ituenyakiti jati afik ny Rea.
paham kamu..
kokblom keliatan.
jarus kuat. pergi lah sejauh mungkin, dan utup indentitas mu, agar yak afa yg bisa menemu kan mu Rea.
biar kita lihat, sampai do mana sifat angkuh nu ny si Azeluo
sama2 farah mafia