Ini kelanjutan kisah aku istri Gus Zidan ya, semoga kalau. suka🥰🥰🥰
****
"Mas, saya mau menikah dengan Anda."
Gus Syakil tercengang, matanya membesar sempurna, ia ingin sekali beranjak dari tempatnya tapi kakinya untuk saat itu belum mampu ia gerakkan,
"Apa?" Ia duduk lebih tegap, mencoba memastikan ia tidak salah dengar.
Gadis itu menganggukan kepalanya pelan, kemudian menatap Gus Syakil dengan wajah serius. "Saya bilang, saya mau menikah dengan Anda."
Gus Syakil menelan ludah, merasa percakapan ini terlalu mendadak. "Tunggu... tunggu sebentar. mbak ini... siapa? Saya bahkan tidak tahu siapa Anda, dan... apa yang membuat Anda berpikir saya akan setuju?"
Gadis itu tersenyum tipis, meski sorot matanya tetap serius. "Nama saya Sifa. Saya bukan orang sembarangan, dan saya tahu apa yang saya inginkan. Anda adalah Syakil, bukan? Anak dari Bu Chusna? Saya tahu siapa Anda."
Gus Syakil mengusap wajahnya dengan tangan, mencoba memahami situasi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon triani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20. Ingin membuktikan apa?
"Oh itu...., aku lagi buat kado."
Syakil mengerutkan keningnya, "Memang siapa yang ulang tahun?" tanya Syakil penasaran.
Sifa mengambil cuwilan kertas dari tangan Syakil membuangnya ke lantai, bersiap hendak menarik selimutnya kembali, "Kepo ...., sudah malam. Aku tidak mau terlambat besok." ucapnya sembari menenggelamkan kepalanya di balik selimut. Setelah menunggu beberapa menit, Sifa tidak lagi melakukan pergerakan dan Syakil pun menyerah, ia pun kembali merebahkan tubuhnya dan menutup tubuhnya dengan selimut sebatas bahu, menatap Sifa yang tertutup selimut dan perlahan matanya terpejam karena sudah begitu mengantuk.
***
Sifa terbangun karena tenggorokannya yang terasa begitu kering, ia membuka matanya perlahan dan meraih botol kaca di samping tempat tidurnya dan segera meneguknya.
"Ahhhh, lega ..," ucap ya sembari mengusap tenggorokannya yang sudah basah oleh air putih. Sifa kembali meletakkan botol minum yang sudah kosong itu ke meja kecil di samping tempat tidur dan hendak bersiap untuk tidur kembali, tapi rasa penasarannya membuatnya mengurungkan niatnya, ia menoleh dan masih mendapati Syakil yang tertidur pulas dengan wajah yang menghadap padanya,
Jadi semalaman dia menatapku ..., batin Sifa. Ada rasa aneh yang menjalar saat membayangkan semalaman pria yang telah menjadi suaminya menatap wajahnya yang tengah tidur. Ini untuk pertama kalinya saat ia bangun ia bisa menatap wajah suaminya yang tengah tertidur pulas.
Meskipun tidur, dia tetap ganteng..., ada rasa yang menggelitik. Tentu ini hal langka karena pria itu belum bangun meskipun ia terbangun, Sifa pun tertarik untuk melihat ke arah jam dinding.
Masih jam 02.35, pantes aja belum bangun ..., Sifa pun kembali merebahkan tubuhnya, kali ini bukan menutup wajahnya dengan selimut tapi ia lebih tertarik memiringkan tubuhnya, menyanggah kepalanya dengan tangan kirinya dan menatap wajah tampan sang suami, wajahnya putih sekali, apa dia juga pakai skincare? Kenapa bisa halus kayak gitu? Hidungnya juga mancung, alisnya tebal, dagunya selancip itu, rahangnya berbentuk gitu ya ...
Tiba-tiba bibir yang sedari tadi ia amatin membetuk lekukan senyum,
Bagaimana dia bisa tidur sambil tersenyum kayak gitu ...., ihhhh menyebalkan sekali, dia terlalu tampan ....
Dan tiba-tiba gerakan cepat menarik tubuhnya hingga membuatnya begitu mendekat,
AHHHH
Sifa hampir saja berteriak karena terkejut tapi wajah tampan yang sedari tadi ia amati telah membuka matanya,
"Kamu nggak tidur?" tanya Sifa masih dalam lingkungan Syakil.
Syakil tersenyum, "Tidur." jawabnya dengan singkat kemudian menggunakan tangan satunya untuk menyentil kening Sifa, "Tapi sudah bangun." ucapnya lagi.
Sifa yang merasakan keningnya kebas segera mengusapnya, "Sejak kapan?" tanya Sifa mulai panik.
"Sejak kamu bangun." jawab Syakil dengan santainya membuat Sifa melebarkan matanya dengan sempurna.
Jadi dia tahu sedari tadi aku menatap wajahnya....,dia benar-benar curang..., keluhnya kesal. "Jadi kamu tahu kalau aku_,"
Syakil segera menganggukkan kepalanya masih dengan senyum yang tidak pudar dari bibirnya.
"Ihhh curang ....," gerutu Sifa dan segera melepaskan diri dari kungkungan Syakil, ia bersiap menenggelamkan diri di balik selimut tapi tangan Syakil segera menahannya lagi.
"Mau ngapain?" tanya Syakil kemudian.
"Nggak lihat masih jam berapa!? Ya mau tidur lah." jawab Sifa kesal, ia ingin segera menyembunyikan wajahnya yang memerah.
"Sudah jam tiga."
"Bodo amat," ucap Sifa lagi dan kembali hendak menenggelamkan tubuhnya ke balik selimut, tapi sekali lagi Syakil menahannya.
"Bantu aku ke kamar mandi, aku mau sholat."
Kali ini Sifa menghela nafas dengan sempurna dan duduk bersila, "Kamu nggak tahu waktu ya? Ini masih jam 3, masih waktunya orang buat tidur. Sholat subuh juga masih satu jam lagi. Jangan menyusahkan orang deh ....," cerocos Sifa kesal membuat rasa kantuknya mendadak hilang.
"Sholat tahajjud." jawab Syakil masih dengan wajah tenang.
"Sholat apa lagi itu? Harus ya tengah malam banget?"
"Hmmm," Syakil menganggukkan kepalanya, "Sholat tahajjud dilakukan di sepertiga malam terakhir dan harus setelah tidur, jadi ini waktunya sudah tepat banget dan sebentar lagi sholat shubuh, kenapa nggak sekalian aja sholat tahajjud, Fadilah nya juga banyak."
Sifa mengerutkan keningnya mendengar penjelasan Syakil, "Siapa Fadilah? Jangan-jangan mas Syakil punya cewek ya? Atau calon istri mas Syakil yang gagal nikah itu?"
Sebenarnya kata-kata gagal nikah itu membuat Syakil mencelos tapi tertutupi dengan kepolosan Sifa berhasil membuat Syakil tersenyum, "Kamu ada-ada aja. Ayo cepetan bantu aku."
"Masss...., aku serius." ucap Sifa sembari berkacak pinggang tapi Syakil seolah tidak peduli, ia menyingkap selimutnya dan bersiap untuk turun.
"Aku juga serius.ayo cepetan bantu aku."
Sifa hanya mendesah kesal dan segera turun dari tempat tidur, berjalan cepat dengan kaki yang sesekali ia jejakkan ke lantai dengan keras seolah ingin menunjukkan kalau ia sedang marah dan nyatanya itu tidak mempan bagi Syakil.
***
Kini Sifa dan Syakil sudah berdiri di depan sebuah rumah sakit daerah. Sifa sudah bertekad ingin memeriksakan jantungnya, beruntung ayahnya tidak memblokir kartu BPJS miliknya jadi ia bisa berobat gratis ke rumah sakit manapun dengan biaya bulanan di tanggung oleh ayahnya karena masih belum keluar dari kartu keluarga sang ayah.
"Kamu yakin?" tanya Syakil lagi memastikan karena ia tidak melihat tanda-tanda Sifa tengah sakit.
Sifa menganggukkan kepalanya mantap, "Nanti kalau benar aku kena penyakit jantung dan hidupku tinggal beberapa bulan lagi, mas Syakil harus cari istri baru ya mas." ucap Sifa sembari berjongkok di depan Syakil membuat Syakil merasa gemas.
Cletukkk
Sebuah sentilan mendarat di kening Sifa, "Jangan bicara sembarangan. Jangan sampai apa yang kamu ucapkan jadi doa."
Sifa mengerucutkan bibirnya dan berdiri , melipat kedua tangannya di depan dada, "Mas Syakil kan pasti senang kalau aku mati, mas Syakil bisa nikah lagi, sama gadis-gadis berhijab yang taat agama, nggak kayak Sif_,"
Belum sampai Sifa menyelesaikan ucapannya tiba-tiba Syakil menarik tubuh Sifa hingga membuat Sifa terduduk di atas pangkuan Syakil, dan dengan cepat pula bibir Syakil mendarat di bibir Sifa. Meskipun sebentar tapi seolah mampu menghentikan waktu.
Setelah menyadari mereka berada di tempat umum, dengan cepat Sifa melepaskan diri dari Syakil,
"Mesum banget sih mas, ini tempat umum." keluh Sifa sembari celingukan melihat sekitar berharap apa yang baru saja mereka lakukan tidak menjadi pusat perhatian, beruntung tempat itu masih sepi dan mungkin tidak ada yang melihatnya.
Tapi dari lantai dua rumah sakit itu, seseorang tengah berdiri di balik jendela kaca besar tengah memperhatikan mereka.
"Ini bukan mesum, hanya ingin membuktikan saja." ucap Syakil dengan enteng dan kemudian melakukan kursi rodanya membiarkan Sifa yang masih terdiam di tempatnya.
Bersambung
malu 2 tapi mau🤭
saranku ya sif jujur saja kalau kamu yg nabrak syakil biar gak terlalu kecewa syakil nya
pasti dokter nya mau ketawa pun harus di tahan....
krn gak mungkin juga lepas ketawa nya...