NovelToon NovelToon
Mentri Pertahanan Jadi NPC Bocil

Mentri Pertahanan Jadi NPC Bocil

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Anime / Penyeberangan Dunia Lain / Light Novel
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Rodiat_Df

Update setiap hari jam 07:00
Aditiya Iskandar, seorang Menteri Pertahanan berusia 60 tahun, memiliki satu obsesi rahasia—game MMORPG di HP berjudul CLO. Selama enam bulan terakhir, ia mencuri waktu di sela-sela tugas kenegaraannya untuk bermain, bahkan sampai begadang demi event-item langka.

Namun, saat ia terbangun setelah membeli item di game, ia mendapati dirinya bukan lagi seorang pejabat tinggi, melainkan Nijar Nielson, seorang Bocil 13 tahun yang merupakan NPC pedagang toko kelontong di dunia game yang ia mainkan!

dalam tubuh boci
Bisakah Aditiya menemukan cara untuk kembali ke dunia nyata, atau harus menerima nasibnya sebagai penjual potion selamanya?!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rodiat_Df, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pagi Yang Kacau

Pagi yang Kacau di Rumah Nijar

Matahari pagi baru saja menyinari kamar Nijar. Udara segar masuk melalui jendela yang sedikit terbuka, tetapi ketenangan pagi itu langsung buyar ketika Nijar membuka matanya.

"GUAAHH!!"

Ia melompat dari tempat tidurnya dengan wajah penuh keterkejutan. Di sebelah ranjangnya, Sebastian Lucas duduk dengan santai sambil membaca buku dan menyeruput teh.

"APA KAU LAKUKAN DI SINI?!" bentak Nijar, masih dalam keadaan setengah sadar tetapi panik.

Sebastian bahkan tidak bereaksi. Dengan tatapan santainya, ia hanya menutup bukunya perlahan lalu menatap Nijar seperti tidak terjadi apa-apa.

"Pagi yang bising," katanya dengan nada datar. "Aku sudah bangun sejak subuh, jadi aku pikir aku menunggumu bangun."

"MENUNGGU AKU BANGUN?! KENAPA HARUS DI KAMARKU?!" Nijar benar-benar tidak bisa memahami situasi ini.

Sebastian mendesah pelan dan berkata seolah-olah Nijar ini anak kecil yang tidak bisa memahami sesuatu yang sederhana. "Kakakmu memintaku tinggal sementara di sini semalam karena kemalaman pulang. Aku hanya menuruti permintaan tuan rumah."

"LIZNAAA!!" Nijar berteriak sambil melangkah keluar kamar dengan wajah masih penuh kekesalan.

Sebastian hanya mengangkat bahu dan tetap duduk dengan santai, membalik halaman bukunya seolah-olah ini hal biasa baginya.

Sementara itu, Nijar dengan langkah terburu-buru menuju Lizna untuk meminta penjelasan.

Nijar keluar dari kamarnya dengan langkah cepat, masih kesal dengan keberadaan Sebastian di dalam rumahnya—lebih parah lagi, di dalam kamarnya!

Saat ia sampai di dapur, ia melihat Lizna sedang sibuk menyiapkan sarapan. Aroma roti panggang dan telur memenuhi ruangan.

"Lizna! Kenapa Sebastian ada di rumah kita?! Dan kenapa dia ada di kamarku?!" Nijar bertanya dengan nada penuh protes.

Lizna, tanpa menoleh, hanya tersenyum tipis sambil terus mengoles selai di atas roti.

"Cepat siap-siap dulu, Nijar. Aku akan menjelaskannya saat sarapan."

Nijar mengerutkan kening, merasa tidak puas dengan jawaban itu.

"Tapi—"

"Tidak ada tapi-tapi. Pergi cuci muka, ganti baju, dan jangan buat tamu kita menunggu." Lizna memotong dengan nada tegas, meskipun senyumnya tetap ramah.

Nijar mendengus, tetapi akhirnya menurut. Namun, dalam hati, ia masih bertanya-tanya... Kenapa Sebastian selalu ada di sekitar Lizna?

Saat Nijar duduk di meja makan, Lizna mulai berbicara dengan tenang, menjelaskan semuanya.

"Nijar, aku mengenal ayah Sebastian, Septian Lucas, sejak lama. Dia adalah teman ayah kita ketika ayah masih hidup."

Nijar terdiam, menatap Lizna dengan sedikit terkejut.

"Bahkan, bisa dibilang kita memiliki toko ini dan bisa menjadi penduduk di Kemiren berkat bantuan ayah Sebastian," lanjut Lizna.

Sebastian yang duduk di seberang Nijar akhirnya angkat bicara.

"Ayahku pun tidak akan sesukses sekarang tanpa bantuan ayahmu," katanya, dengan nada lebih santai dari biasanya.

Nijar menatap Sebastian dengan sedikit ragu.

"Jadi, maksudmu, keluarga kita memang sudah saling membantu sejak lama?"

Lizna mengangguk.

"Kemarin, ayahnya Sebastian datang ke sini. Sebenarnya, dia ingin bertemu denganmu, Nijar."

"Hah? Kenapa aku?" Nijar makin bingung.

Lizna tersenyum tipis.

"Sayangnya, dia hanya punya waktu sedikit. Dia sangat sibuk sebagai seorang pengusaha, jadi dia tidak bisa tinggal lama. Tapi dia menitipkan pesan untukmu."

Nijar menatap Lizna dengan penuh tanda tanya.

Sebastian hanya tersenyum kecil, seolah menikmati ekspresi kebingungan Nijar.

Lizna berdiri dari kursinya dan menatap Nijar serta Sebastian.

"Habiskan sarapan kalian. Kalau ada pertanyaan lain, tanyakan saja pada Sebastian. Aku harus bersiap-siap untuk membuka toko," katanya sebelum pergi meninggalkan mereka.

Kini, hanya Nijar dan Sebastian yang tersisa di meja makan. Suasana berubah lebih serius.

Sebastian meletakkan sendoknya dan menatap Nijar dengan ekspresi yang sulit ditebak.

"Ayahku adalah seorang pengusaha, dan pekerjaannya membawanya bertemu banyak orang berbeda. Bahkan, dia sering mengetahui informasi yang seharusnya tidak boleh ia ketahui," ujar Sebastian pelan.

Nijar mengernyit. "Lalu, apa hubungannya denganku?"

Sebastian menghela napas sebelum menjawab.

"Tentu saja ini berkaitan denganmu, Nijar. Ayahku bilang... raja sedang mengawasimu."

Mata Nijar melebar. "Apa? Untuk apa?"

"Itulah yang tidak bisa dijawab oleh ayahku dengan pasti," lanjut Sebastian. "Tapi dia memprediksi perang sudah semakin dekat. Dan entah bagaimana, kau akan terlibat dalam sesuatu yang sangat besar."

Nijar terdiam, mencoba mencerna informasi itu.

Sebastian melanjutkan, "Ayahku juga tidak mengerti mengapa bocah seperti dirimu bisa menjadi incaran raja. Tapi itu yang ia dengar. Karena itu, dia berpesan..."

Sebastian menatap Nijar dengan serius.

"Berhati-hatilah. Dan buatlah keputusan yang bijak untuk masa depan jika berurusan dengan raja."

Nijar menggigit bibirnya, merasa ada sesuatu yang lebih besar dari dirinya sendiri yang sedang terjadi.

Sebastian bersandar di kursinya. "Ayahku ingin melindungimu, tapi lawannya adalah raja. Jika dia mencoba menyembunyikanmu atau membantumu melarikan diri, itu hanya akan membahayakan semua pihak, termasuk Lizna."

Nijar mengepalkan tangannya di atas meja.

"Jadi... aku hanya bisa menunggu dan melihat apa yang akan terjadi?"

Sebastian mengangkat bahu. "Tidak ada yang tahu pasti. Tapi jika ada satu hal yang jelas, kau tidak bisa menghindari ini."

Nijar : "Apa Lizna mengetahui ini?."

Sebastian : "Tidak."

Nijar menghela napas dan terdiam, memikirkan pesan dari ayah Sebastian.

"Buatlah keputusan yang bijak untuk masa depan."

Kalimat itu berulang di kepalanya, membuatnya sadar bahwa cepat atau lambat, ia harus memilih jalannya sendiri.

Saat Nijar dan Reiner berjalan menuju gerbang sekolah, mereka bisa melihat Jay berdiri dengan tangan di pinggang, wajahnya tampak bosan menunggu. Tapi begitu melihat siapa yang berjalan bersama mereka, ekspresinya langsung berubah drastis.

Jay menunjuk ke arah Sebastian dengan dramatis. "Tunggu, tunggu! Kenapa kalian bertiga jalan bareng?! Kenapa ada si anak misterius di sini?!"

Nijar mendesah lelah, sudah menduga ini akan terjadi. "Jay, tenang dulu..."

"Tenang? Bagaimana aku bisa tenang?! Nijar, kau tahu nggak siapa dia?!" Jay menatap Nijar dengan ekspresi ngeri, lalu berbisik pelan seolah takut didengar orang lain. "Dia itu Sebastian Lucas! Anak saudagar kaya! Semua orang takut padanya! Dia selalu sendirian, nggak ada yang berani mendekatinya! Tiba-tiba kau malah jalan bareng dia?! Kau kena kutukan atau apa?!"

Sebastian hanya melipat tangan dan menatap Jay dengan datar. "Kau terlalu berisik di pagi hari."

Jay langsung mundur selangkah, tangannya menutupi mulut. "Astaga, dia berbicara padaku! Nijar, ini bahaya, aku bisa hilang besok!"

Reiner menggeleng, setengah kesal melihat drama Jay. "Jay, sudah cukup. Sebastian bukan monster."

Jay masih curiga, matanya menyipit saat melihat Sebastian. "Apa kau menyuap mereka dengan emas? Atau mungkin kau mengancam mereka secara diam-diam? Nijar, kalau kau dalam bahaya, berkediplah dua kali!"

Nijar menepuk dahinya, sementara Sebastian hanya mendesah bosan.

"Jay, aku tidak menyuap atau mengancam siapa pun," kata Sebastian dengan tenang. "Kalau kau mau tahu alasannya, tanyakan saja pada Nijar."

Jay langsung menoleh ke Nijar, matanya berbinar penuh rasa ingin tahu. "Oke, aku siap mendengar cerita besar ini!"

Nijar menghela napas panjang. Ia tahu, menjelaskan segalanya ke Jay akan lebih melelahkan daripada menghadapi lima pertandingan sekaligus.

1
Protocetus
Seru hehe
Rodiat_Df: makasih ka 😁
total 1 replies
Protocetus
Haaland?
Rodiat_Df: iya ka
total 1 replies
Aisyah Suyuti
menarik
Supri Aseng
ok gasss
Rodiat_Df: bisa jadi haha
total 1 replies
Rodiat_Df
bantu follow teman2. nanti saya follback 🙏
HAESYE
terima kasih sudah mampir, semangat
ARIES ♈
makasih udah mampir ya..🫰🏻
Rodiat_Df
bantu rating. biar author lebih semangat 😁
Rodiat_Df
bantu rating ya manteman biar author lebih semangat /Chuckle//Pray/
Rosita Rose
seru nih
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!