NovelToon NovelToon
Istri Ku Penghianat

Istri Ku Penghianat

Status: sedang berlangsung
Genre:Cerai / Pelakor / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Romansa / Dendam Kesumat
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: ayuwine

**"Siapa sangka perempuan yang begitu anggun, patuh, dan manis di depan Arga, sang suami, ternyata menyimpan sisi gelap yang tak pernah ia duga. Di balik senyumnya yang lembut, istrinya adalah sosok yang liar, licik, dan manipulatif. Arga, yang begitu percaya dan mencintainya, perlahan mulai membuka tabir rahasia sang istri.
Akankah Arga bertahan ketika semua topeng itu jatuh? Ataukah ia akan menghancurkan rumah tangganya sendiri demi mencari kebenaran?"**

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

mentari cafe

Mentari akhirnya merasa lega mendengar keputusan Arga. Ia tidak pernah membayangkan ada seseorang yang rela melakukan banyak hal untuk memastikan dirinya tetap merasa dihargai dan dilindungi. Dalam hatinya, ia tahu, ini adalah langkah besar untuk memulai hidup yang baru.

Hari-hari berikutnya dipenuhi dengan persiapan untuk membuka kafe tersebut. Arga terlibat langsung dalam semua prosesnya, dari pemilihan lokasi hingga penentuan konsep. Mentari, meskipun awalnya merasa ragu, mulai menemukan semangat baru dalam membangun tempat tersebut. Ia merasa bahwa ini bukan sekadar usaha, tetapi juga simbol atas perjuangannya untuk membuktikan dirinya kepada dunia.

Pada hari pembukaan, kafe itu diberi nama "Mentari Café" sebagai bentuk penghargaan terhadap perjalanan hidup Mentari yang penuh liku. Arga memberikan sambutan singkat di hadapan para tamu yang hadir, termasuk tetangga dan orang-orang yang sebelumnya sempat meragukan Mentari.

"Saya membuka kafe ini untuk seseorang yang telah mengajarkan saya banyak hal tentang ketulusan dan keberanian," kata Arga dengan suara lantang. "Mentari bukan hanya nama untuk tempat ini, tetapi juga harapan agar tempat ini menjadi awal baru yang penuh kebahagiaan dan kesuksesan."

Mentari, yang berdiri di sampingnya, tidak bisa menyembunyikan air matanya. Ia merasa terharu atas semua dukungan dan cinta yang diterimanya. Perlahan, ia mulai memaafkan masa lalu dan fokus pada masa depannya.

Kafe itu menjadi tempat yang ramai dan penuh dengan kebahagiaan. Orang-orang yang dulu mencibirnya kini datang untuk memuji hasil kerja kerasnya. Arga tetap mendukung Mentari dari balik layar, memastikan bahwa ia tidak perlu menghadapi rintangan seorang diri lagi.

Melalui semua itu, Mentari belajar bahwa meskipun hidup penuh dengan kesalahpahaman dan tantangan, kebenaran dan ketulusan akan selalu menemukan jalannya untuk bersinar. Kini, ia tidak hanya memiliki tempat untuk mengejar mimpinya tetapi juga sebuah awal baru yang lebih cerah, seperti namanya Mentari.

Satu bulan berlalu, kafe Mentari semakin ramai dan mulai dikenal oleh masyarakat sekitar. Dengan konsep sederhana namun nyaman, kafe itu menjadi tempat favorit bagi banyak orang. Namun, di balik kesuksesan itu, hubungan komunikasi antara Mentari dan Arga mulai merenggang. Arga semakin sibuk dengan urusan perusahaan dan saat ini sedang berada di luar kota tanpa memberi tahu siapa pun, termasuk Mentari.

Mentari yang biasanya bersemangat kini merasa ada yang kosong. Dia tidak bisa mengabaikan perasaan kecewa karena Arga menghilang begitu saja tanpa kabar. Meski demikian, ia tetap fokus mengelola kafe, berusaha mengalihkan perhatian dari kegundahannya.

Di sisi lain, Alya menjalani hidupnya dengan gaya hedon, memanfaatkan kekayaan pria tua kaya raya yang menjadi "sumber pendapatannya" meskipun pria itu sudah beristri. Alya tampak angkuh berjalan-jalan di pusat kota, memamerkan barang-barang bermerek yang dikenakannya.

Saat melewati sebuah jalan, pandangannya tertarik pada sebuah kafe baru yang ramai dikunjungi orang. Ia berhenti dan memperhatikan papan nama kafe itu dengan mata menyipit.

"Mentari Café," gumamnya lirih. Seketika, perasaan tidak percaya menyelimuti pikirannya. "Tidak mungkin! Cewek seperti Mentari, miskin, tidak punya apa-apa, mana mungkin bisa membangun kafe seperti ini?" katanya dengan nada meremehkan sambil menggelengkan kepala kuat. Ia berlalu begitu saja, menganggap hal itu sebagai kebetulan belaka, meskipun ada sedikit rasa penasaran di hatinya.

Namun, benak Alya mulai dipenuhi pertanyaan. "Kalau memang ini kafe Mentari, darimana dia dapat uang? Apa mungkin ada orang yang membantunya? Siapa?" pikirnya sambil berjalan. Di balik ketidaksukaannya pada Mentari, ada rasa iri yang mendalam melihat kesuksesan orang yang pernah ia fitnah

Alya memutuskan bahwa ia harus mencari tahu kebenarannya. Ia tidak bisa membiarkan Mentari memiliki sesuatu yang membuatnya terlihat lebih baik darinya. Dengan senyum tipis yang penuh rencana, ia melangkah pergi, bersiap untuk mencari cara agar bisa masuk ke kehidupan Mentari lagi.

Suatu sore yang cerah, Alya tampil anggun dengan gaun mewah, berjalan sambil menggandeng salah seorang pria tajirnya. Pria tersebut, dengan penuh rasa penasaran, mengajak Alya mengunjungi sebuah kafe yang sedang ramai dibicarakan di kota. Alya awalnya enggan, namun karena rasa ingin tahu yang masih membekas sejak melihat nama kafe itu, ia setuju untuk ikut.

Saat tiba di depan kafe, Alya berhenti sejenak, merapikan rambutnya sambil memastikan penampilannya tetap sempurna. Ia lalu membuka pintu kafe dengan gerakan anggun. Aroma kopi segar menyambutnya, namun perhatian Alya langsung tertuju pada seseorang yang berdiri di belakang meja kasir.

"Mentari," lirihnya dengan nada tidak percaya. Matanya membelalak, meskipun bibirnya mencoba menahan keterkejutan.

Mentari, yang sedang melayani pelanggan di kasir, tidak menyadari kedatangan Alya. Namun, ketika Alya berjalan melenggang masuk sambil menggandeng pria kaya di sampingnya, suasana mendadak terasa berat.

Dengan senyum penuh ejekan, Alya mendekati meja kasir. "Oh, sekarang jadi pelayan kafe ya?" katanya dengan nada tajam. Ia melepaskan genggaman tangan pria di sampingnya untuk lebih leluasa menatap Mentari. "Setelah dulu jadi pembantu di rumahku, kenapa gak terusin aja di sana? Apa Arga mengusirmu?"

Mentari tertegun sejenak, tetapi ia tidak ingin menunjukkan kelemahannya di hadapan Alya. Ia menarik napas dalam, lalu menatap Alya dengan tenang. "Alya, aku tidak pernah menjadi pembantu siapa pun, termasuk kamu. Dan soal Arga... aku tidak akan menjelaskan apa pun padamu. Kalau kamu di sini untuk makan atau minum, silakan duduk. Kalau tidak, pintunya ada di sana."

Jawaban Mentari yang tegas membuat Alya sedikit tersentak, tetapi ia segera menutupi keterkejutannya dengan senyum sinis. "Hm, sombong sekali. Jangan pikir kafe kecil ini bisa mengubah nasibmu, Mentari. Kau tetap gadis miskin yang tidak ada apa-apanya dibanding aku."

Pria di samping Alya tampak tidak nyaman dengan percakapan itu, tetapi Alya tidak peduli. Dia terus melontarkan sindiran pedas, seolah ingin membuktikan bahwa dirinya masih lebih unggul dari Mentari. Namun, Mentari tidak ingin terpancing.

Dengan tenang, ia berkata, "Alya, aku tidak punya waktu untuk meladeni drama. Kalau kau hanya datang untuk merendahkan aku, mungkin kau harus mempertimbangkan kembali siapa yang sebenarnya lebih rendah di sini."

Perkataan Mentari membuat Alya marah, tetapi ia tidak ingin mempermalukan dirinya di depan umum. Dengan tatapan tajam, ia menggandeng tangan pria di sampingnya lagi dan berkata, "Ayo, sayang. Sepertinya kafe ini tidak cocok untuk kita."

Mereka pun keluar dari kafe, meninggalkan suasana yang sempat tegang. Namun, di dalam hatinya, Alya bertekad untuk mencari cara agar bisa menjatuhkan Mentari dan mengembalikan "posisi"nya sebagai orang yang lebih unggul.

Alya sebenarnya hanyalah seorang gadis biasa dengan mimpi besar untuk menjadi model terkenal. Ia sempat mencicipi dunia modeling, tapi sayangnya, namanya tak pernah benar-benar bersinar. Dunia glamor yang ia dambakan terasa seperti bayangan yang sulit digapai, hingga hidupnya mulai berubah saat Arga datang ke dalam kehidupannya.

Arga, pria tampan dan mapan dengan kharisma yang sulit diabaikan, melihat sesuatu yang berbeda dalam diri Alya. Bukan kecantikannya semata, tapi tutur bahasanya yang lembut, sikapnya yang anggun, dan bagaimana Alya selalu terlihat tenang tanpa pernah mengeraskan suara atau membantah. Itulah alasan Arga jatuh cinta.

Namun, yang tidak disadari Arga adalah bahwa semua itu hanyalah topeng Alya. Di balik sikap lembut dan anggunnya, Alya adalah seseorang yang penuh ambisi dan pandai menyembunyikan sifat aslinya. Ia tahu bagaimana bersikap di depan Arga, bagaimana membuat pria itu merasa bahwa dirinya adalah wanita yang tepat untuk mendampingi hidupnya.

Setelah menikah dengan Arga, hidup Alya berubah total. Kemewahan, status, dan pengaruh yang ia nikmati bukan berasal dari kerja kerasnya, melainkan dari nama besar Arga. Dengan hati-hati, ia mulai membangun citra sebagai istri sempurna di hadapan banyak orang. Namun, di balik semua itu, Alya mulai menunjukkan sifat aslinya secara perlahan.

Kehidupan yang serba mudah membuat Alya lupa diri. Ia mulai melibatkan dirinya dalam berbagai kegiatan hedonis, bahkan rela memanfaatkan pria-pria kaya lainnya demi memenuhi hasrat duniawinya. Yang lebih parah, ia juga mulai melupakan perannya sebagai istri, menganggap Arga hanyalah alat untuk mempertahankan statusnya di masyarakat.

1
Talnis Marsy
/Good/
Irma
semangat Thor semangat
Irma
udah di kasih suami pengertian nggak kasar mapan pula masih saja kau selingkuh manusia sekarang kurang bersyukur banget

semangat Thor
ayusw: terimakasih sudah mampir,terus ikuti ceritanya ya kak like dan komen biar aouthor semangat buat update nya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!