Seyra Adlina, wanita muda 23 tahun sosok cantik dan elegan, menjalani kehidupan ganda yang menarik. Di siang hari dia bekerja sebagai pelayan di sebuah kafe kecil dan di malam hari bertransformasi menjadi pelayan di sebuah club malam. Hubungannya dengan sang pacar harus berakhir karena pengkhianatan yang ia saksikan sendiri. Perasaan patah hati dan marah, membuatnya melakukan tindakan tidak masuk akal dalam keadaan mabuk
Takdir kemudian mempertemukannya dengan seorang CEO yang mengetahui identitas dan latar belakangnya yang selama ini disembunyikan. Situasi tak terduga memaksa mereka untuk menikah kontrak dengan tujuan masing-masing.
Mampukah benih-benih asmara tumbuh diantara mereka setelah melewati berbagai tantangan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon maisaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jalan Keluar
Seyra, Virsha dan Agung kini duduk melingkar di meja yang sama. Agung menjelaskan pada Seyra, bahwa dia bukan orang misterius itu.
"Jadi begini, saya sama sekali tidak pernah menjadi suruhan Virsha untuk datang ke Kafe Joy" tegas Agung meyakinkan Seyra
"Saat itu saya hanya disuruh untuk mencari identitas teman dari pemilik Kafe Joy" lanjutnya
Seyra menyilangkan tangannya, mengerutkan dahinya tak percaya dan menatap tajam Agung.
"Anda punya bukti?" tanya Seyra dengan tatapan ragu
Agung terdiam sejenak, memikirkan kira-kira apa yang bisa dijadikan bukti agar membuat Seyra percaya padanya. Setelah memikirkannya, ia teringat kalau hari itu dia pergi ke rumah Riven, kenalannya yang ahli dalam bidang meretas identitas orang lain itu. Kebetulan, Agung memang sangat suka sekali membuat dokumentasi poto random saat bekerja. Hingga kemarin saat ia berada di rumah Riven, Agung tak lupa untuk berfoto dengan Riven.
"Ada" gegas Agung mengeluarkan ponselnya, dan mencari poto yang akan dijadikannya sebagai bukti
"Ini, kemarin saya sempat poto bareng sama Riven, teman saya" jelas Agung memberikan ponselnya ke Seyra untuk melihatnya dengan mata kepala sendiri
Seyra melihat layar ponsel yang disodorkan Agung. Dan memang benar setelah melihat rincian waktunya, jam dan harinya sama saat cowok misterius itu datang ke kafe. Seyra juga berpikir kalau suara dan bentuk badan Agung berbeda dengan cowok misterius itu. Membuat Seyra kini mulai percaya kalau memang bukan Virsha dan Agung pelakunya.
"Terus kalo penguntit tadi malam yang ngikutin gue sepulang kerja dari Club, siapa?" tanya Seyra lagi ke Agung memastikan
"Jujur untuk itu saya juga tidak tau, karena tadi malam saya dan Virsha bekerja di apartemen Virsha sampai jam satu pagi" jawab Agung jujur, karena memang benar, tadi malam mereka kerja lembur di apartemennya Virsha
"Kalau bukan kalian siapa?" tanya Seyra menatap tajam mata Virsha dan Agung secara bergantian
Kini mereka semua saling tatap, mata mereka bertanya-tanya. Karena memang benar, tidak ada yang mengetahui siapa cowok misterius itu, baik Virsha maupun Agung.
"Apa nyonya punya musuh?" tanya Agung mengangkat alisnya satu
"Musuh? Cewek kayak gue punya musuh? Ya gak mungkin lah" ujar Seyra, melpas silangan tangannya dan terkekeh pelan
"Mungkin itu orang yang sama" ucap Virsha tiba-tiba, membuat Seyra langsung terdiam
"Ya, orang misterius yang datang ke kafe hari itu adalah orang yang menguntit anda tadi malam" lanjutnya melihat ke arah Seyra
Seyra melihat balik ke arah Virsha, memikirkan perkataan Virsha tadi. Kini setelah Seyra pikir-pikir, perkataan Virsha memang besar kemungkinan kalau itu orang yang sama.
Mereka bertiga kembali saling menatap satu sama lain. Dan memutuskan untuk mencari jalan keluarnya bersama. Setelahnya, Virsha dan Agung pergi dari kafe.
"Kita ke rumah kakek!" titah Virsha ke Agung, memberikan kunci mobil
Malam pun sudah tiba, mereka sampai di kediaman Samuel Andra, kakek Virsha sekaligus pendiri Andra Group. Mereka masuk ke dalam dan melihat kakeknya menunggu di meja makan.
"Selamat malam kakek" sapa Virsha
"Selamat malam paman buyut" lanjut sapa Agung
"Hei anak-anak muda kakek" balasan kakek dengan sumringah melihat kedatangan dua pria itu
"Duduk" serunya
"Terima kasih" jawab Virsha dan Agung bersamaan, lalu duduk di kursi meja makan
"Kalian sehat?" tanya Samuel bergantian melihat ke arah Virsha dan Agung
"Sehat dong kek, iya kan Gung" jawab Virsha terkekeh, dan Agung mengangguk ikut terkekeh juga
"Syukurlah"
Setelah bercengkrama lumayan cukup lama, pelayan datang mengantarkan makanan ke meja makan. Sekiranya ada sekitar sepuluh pelayan yang melayani mereka disana. Setelah itu, mereka mulai menyantap makan malamnya. Keluarga di rumah Samuel tidak menormalisasikan berbincang saat sedang makan, karena mereka harus menikmati penuh makanan itu.
Dan setelah selesai dan menghabiskan makan malam, tiba-tiba Samuel memulai pembicaraan.
"Oh ya Virsha, bagaimana?" tanya Samuel ke Virsha sambil mengelap mulutnya dengan tisu
"Bagaimana apa kek?" tanya Virsha lagi
"Menikah" tegas Samuel, membuat Virsha tersedak minumannya
"Tahun ini kamu sudah 30 tahun. Kamu gak lupa kan tradisi keluarga kita yang mengharuskan laki-laki menikah ketika berusia 30 tahun?" tanya Samuel lagi melipat rapi tisu yang tadi sudah ia pakai
"Kek, masih ada waktu satu bulan lagi" jawab Virsha panik
Virsha memang tidak bisa menolak kalau sebulan lagi umurnya sudah 30 tahun. Mengenai pernikahan, ia juga tidak bisa menyanggahnya karena itu merupakan tradisi turun temurun keluarga mereka. Kalau Virsha tidak menikah setelah usianya menginjak 30 tahun, ia tidak akan menjabat sebagai CEO lagi. Bukan karena jabatan, tapi Virsha adalah cucu satu-satunya, penerus satu-satunya dari Andra Group. Orang tua Virsha meninggal saat ia masih berusia 5 tahun, mereka meninggal karena kecelakaan pesawat. Dan setelah itu, Virsha dirawat oleh Samuel hingga sekarang menjadi pria yang tampan dan pekerja keras. Kalau dia tidak menjadi CEO lagi karena tidak menikah, maka Samuel akan mengangkat orang lain atau orang asing untuk menggantikannya. Hal itu membuat Virsha tidak terima, dan bagaimana pun dia harus menikah saat usianya sudah 30 tahun.
"Minggu depan, kamu harus bawa calon istri kamu" tegas Samuel
Kala pernyataan itu, mata Virsha dan Agung bertemu saling melotot. Mengingat kalau selama ini Agung tidak pernah melihat Virsha berkencan dengan siapapun selama lulus SMA.
"Iya kakek" pasrah Virsha
"Sekarang kakek istirahat di kamar ya, kami mau pulang, besok ada meeting lagi" seru Virsha
"Kami pulang dulu kek" pamit Virsha dan Agung beranjak pulang
...***...
Di Kafe Joy, Seyra hanya sendirian. Tadi saat Virsha dan Agung hendak pergi dari kafe, Virsha memerintahkan empat pengawalnya untuk pergi saja dari, karena itu kemauan Seyra. Dan sekarang Seyra sendirian, sedangkan Joya pulang ke rumahnya karena ibunya sakit. Seyra memutuskan untuk tidak datang ke Club, sampai menunggu keadaan aman.
"Duh laper" keluh Seyra yang sedang memainkan ponselnya di kamar
Karena sudah sangat lapar, Seyra turun ke dapur lantai satu kafe untuk memasak makanan. Sesampainya di dapur, Seyra menyiapkan bahan-bahan untuk memasak mie instan dan mulai membuatnya.
...***...
Saat perjalanan pulang, Virsha memikirkan perkataan kakeknya tadi. Mengingat sekarang ia tidak mempunyai kekasih. Banyak yang mau sama Virsha, tapi dia menutup diri, alasannya tidak tertarik dengan mereka.
"Sha, mau ngajak siapa minggu depan" ledek Agung
"Diem Gung, gue juga bingung" sahut Virsha kesal
Untuk sekarang, Virsha benar-benar belum memikirkan tentang siapa yang akan dia kenalkan ke kakeknya, Samuel.
Dringg dring... (Suara telpon dari ponsel Virsha)
Di layar ponselnya, ia melihat nama Seyra yang kini menelponnya. Tanpa pikir panjang, dia langsung menjawab panggilan dari Seyra.
"Virsha, tolongin gue" ucap Seyra dari balik telpon
