Soulmate Surprise From Crush

1 minggu berlalu. Setelah kejadian itu, Zia juga sudah tidak pincang lagi, dirinya Sudah bisa membawa motor kembali.

Selama satu minggu ini dirinya di antar oleh Vandra. Banyak juga temannya yang kegenitan nanyain bapaknya kok bisa masih ganteng padahal udah 45 tahun.

Bahkan salah satu sahabatnya Amena menawarkan jadi emak tiri Zia.

Sekarang Zia Sudah berada di depan rumah Faza, rumah itu tak berubah hanya taman dan cat saja yang sudah berubah.

Dia belum turun dari motor namun pintu gerbang Sudah terbuka secara otomatis karna ada sebuah mobil akan masuk ke dalam.

Zia dan salah satu orang di dalam mobil saling bertatapan karna jendelanya di buka, walau Zia menatap di balik helm.

"Tante Monika sama om Frans ternyata," Gumam Zia.

Zia Akan masuk, namun iya urungkan niatnya dia hendak menyalakan mesin motornya untuk pergi,dia bisa datang besok lagi ,namun di teriaki seseorang berpakaian kasual yang keluar dari gerbang yang sudah terbuka.

"Mau pergi sebelum tanggung jawab? " Dengan suara baritonnya.

Zia menghembuskan nafas  kasar, lalu mendekati Faza tanpa melepas helm nya.

Dan, dari sana datang Monica dan Frans. walau sudah pada kepala 5 dan banyak keriput namun wibawa mereka masih menonjol dan terlihat masih muda.

"Siapa dia Za? Kamu kenal dia?" Monica dengan lembut.

"Pacar kamu? " Frans.

"Ih sayang, kok cowo dibilang pacar putra kita." Monica.

"Cowok dari Mana? Dia cewek mah, masa kamu gak liat proposi tubuhnya? "Frans.

Monica menelusuri setiap inci tubuh Zia.

Zia langsung membuka helm nya lalu salim sama Monica dan Frans. Membuat mereka terkejut karna paras ayu Zia.

" Siang om, tante. "Zia dengan sopan tak lupa senyum.

"Faza..." Panggil Monica dengan berbinar-binar "Kamu bawa cewek nak? " Penuh kebahagiaan.

Faza menatap bokapnya memberi isyarat agar nyokapnya dibawa masuk dulu.

Monica memegang tangan Zia, "Nama kamu siapa nak, cantik bangat kamu." Monica, mengelus pipi Zia penuh kasih.

"Sayang, kita masuk aja dulu, nanti anak kita jelasin jangan di depan gerbang gini." Tutur Frans.

"Ishh...,tunggu! kamu jangan ganggu," Monica.

"Tante saya..." Omongan Zia terpotong oleh Faza.

"Mamah masuk sama ayah dulu ya, nanti Faza jelasin." Pinta, Faza lembut.

"Ck, " Monica berdecak "Iya,iya." Lalu, dia berjalan masuk dengan suaminya ke dalam dengan tidak ikhlas.

Faza tanpa izin menarik Zia masuk dengan menggandeng tangannya, Zia ikut-ikut aja sambil membawa helm yang ia pegang.

Sadar-sadar udah di ruang kerja Faza yang ada di samping kamar Faza dulu.

"Sekarang jadi gadis nakal kamu? Katanya mau jadi mata-mata? " Faza kayak atasan mengintrogasi bawahannya.

"Udah kok," Jawab Zia santai.

"Maksud kamu udah jadi gadis berandalan? " Faza.

"Ck, " Zia berdecak, "Emang anda siapa?  Kakak? Suami? Pacar? Om? Anda itu cuman mantan anak bos mamah saya." Zia.

"Hm...katanya nama kamu Alma usia 27 tahun, terus tadi apa? Kamu bilang kalo saya mantan anak bos mamah kamu? jadi benar kamu Zia kan? " Faza, dengan muka kemenangan.

"Tuan, dengarkan gue baik-baik gak usah basa basi, gue kemari mau ganti rugi bukan mau diceramahin sama mantan om-om, " Zia ngegas karna nahan malu.

"Anjir ni bocah udah gede tambah nyebelin beda sama mukanya" Batin Faza.

"Kenapa liat-liat? Naksir? " Zia dengan nada ketus namun agak genit.

"Hah..." Faza memijit keningnya lalu tersenyum, "Zia, Zia. Kamu kemanain bakat jenius kamu? kok jadi berandalan, genit, gak tau sopan santun gini! " Lanjutnya.

"Kenapa anda perduli, anda bukan calon suami saya, "Zia.

" Emang kamu mau punya suami kaya saya?"Faza.

"Kenapa enggak? kan anda ganteng, tajir, masih muda juga." Zia.

Faza tersenyum lalu menonyor kening Zia, "Lambemu Zi." Geleng-geleng, "Katanya gak bakal naksir kalo ketemu saya, terus tadi apa? " Faza.

Zia memegang keningnya yang di tonyor dia menatap Faza, dia mendekati Faza lalu memegang tangan Faza. Setelah itu dia kasih selembar cek kepada Faza.

"Tulis kerugian mobil anda disini, setelah itu ini semua selesai." Zia menatap Faza lekat-lekat, lalu hendak pergi namun ditahan Faza.

"Kamu gak rindu sama saya?" Parau Faza.

Zia membalik tubuhnya "Rindu? buat apa? yang jelas nggak!" Sautnya, namun berbeda dengan hatinya yang berkata "Aku sangat merindukan mu, ingin memeluk mu dan bertanya bagaimana selama sekolah di luar negeri? Aku ingin menanyakan kabar? Pasti disana banyak cewek-cewek sexy dan cantik! pasti Ada yang buat nyantol kak Faza, banyak yang Mau aku katakan  namun..." Perkataan Zia terjeda, "Saat ini jika aku melakukan itu kamu akan dalam bahaya, tunggu misiku selesai lalu aku akan berkata bahwa aku merindukan kak Faza,saat ini maafkan ketidak sopananku ini.".

"Hmm...kenapa malah melamun? Terpesona sama kegantengan saya? " Faza.

Zia langsung menepis tangan Faza yang memegang tangannya.

"Ngimpi! Cari istri sana jangan godain daun muda," Zia.

"Hah kamu ini! " Lalu Faza, menyerahkan cek kosong Zia tadi, "Gak butuh ganti rugi dari anak SMA apalagi uang orang tuanya." Tutur Faza.

"Itu bukan uang ayah apa bunda kok, itu uang gue sendiri." Zia.

Zia berkata jujur soal uang nya, orang tuanya bahkan tidak tau kalo tabungan Zia udah banyak, Dari misi jadi mata-matanya yang ia jalankan dari kelas 2 smp, sama main balapan.

Uang nya cukup banyak. Kalo uang dari Vandra dan Zia ia pisahkan sendiri.

"Uang dari jual diri apa gimana?"Faza.

Zia merasa kesal tapi karna sudah biasa mendengar perkataan itu karna citra yang dibuatnya sebagai gadis nakal. agar gampang mendekati lawan mata- matanya, namun terkadang dia ingin membuka topeng nakalnya dan mengatakan kalo dirinya gadis baik-baik.

Zia tersenyum getir, "Kalo iya kenapa? Anda tertarik sama saya? Mau nawar berapa malam? Setiap satu jam nya Ada tarif sendiri apa lagi kalo di ranjang." Zia dengan kesal.

Faza mulai menunjukan amarah, entah kenapa dia sangat marah, padahal laporan yang iya terima Zia baik-baik saja, pergaulannya emang bebas karna balapan motor malam-malam.

Namun sering juga dia mendapat kabar dirinya masuk mobil om-om, Faza hanya ingin memastikan kalo itu bohongan. Namun jawaban Zia membuat Faza kesal.

Dimana bocah julid nya yang manis? Faza selalu merindukan Zia, disaat dia merasa bosan dia selalu membayangkan bagaimana bocahnya tumbuh dewasa, menjadi remaja yang cantik, iya Zia emang cantik dari kecil, membayangkan expresi apa yang dia akan berikan padanya jika bertemu dirinya, bukan hal seperti ini yang dia mau.

Karna kesal Faza menarik pinggang Zia, sampai Zia tersentak. Membuat Zia menatap tajam Faza,

"Iya! saya tertarik. Jadi, berapa tip untuk semalam Dan tip saat diranjang? " Faza.

Zia memelototi Faza dan bergegas mendorong Faza namun Faza semakin mendekap dia dalam pelukannya.

Zia berusaha tenang, namun tidak dengan hatinya yang ketar-ketir seperti sedang disco mendengar perkataan itu dari Faza. Ia, dirinya sering mendekati para bajingan tak tau malu saat menjadi mata-mata, tapi dirinya hanya merasa jijik saat misi berjalan dan selesai, dia langsung mandi kembang 7 rupa sangkin jijiknya.

Namun saat Faza berkata seperti itu dan menyentuhnya ada desiran yang berbeda menuju hatinya, tubuhnya menjadi panas, bercampur rasa sangat marah.

"Kenapa gak dijawab?" Faza dengan suara campur amarah.

Kali ini Zia mendorong Faza dengan kuat sampai Faza terdorong ke meja kerja.

Bruk.

"Sshh..." Faza berdesis lantaran tangannya kegores bagian samping meja kacanya.

"Sialan, dasar brengsek! " umpat Zia.

Faza langsung mendekati Zia kembali tangannya terangkat mengelus rambut Zia.

Zia refleks memejamkan mata dengan tubuh gemetar, amarah yang ia rasakan beserta perasaan lain yang mengalir dalam dirinya menjadi satu.

"Katanya jual diri? baru dipegang rambutnya aja udah gemetar dasar  bocah!" Ucap Faza, sambil menahan senyumnya karna mendapatkan jawaban yang iya inginkan.

Zia membuka matanya, merasa kesal pada Faza tampa pikir panjang dia menarik Faza, mengalungkan tangannya di leher Faza lalu mengecupnya.

Faza terkejut akan hal ini, ini tidak ada dalam ujiannya, Zia tak melepas bibir Faza begitu saja. Dia menggigit bibir bawah Faza setelah melumat sebentar dengan kesal lalu menonjok perutnya.

"Shh...Zia,"pukulan Zia cukup keras membuat Faza berdesis kembali.

Zia tak perduli dirinya kepalang malu dan kesal. Kok bisa dia berinisiatif nyium Faza, ciuman pertamanya hilang hari ini. Lalu, dia melangkah pergi meninggalkan Faza yang meringis kesakitan.

" Enak aja mau pergi! yang impas dong."Faza bergegas mengejar Zia menariknya yang hendak melangkah keluar dari pintu,sampai helm di tangan Zia jatuh, lalu memepetkannya ketembok.

"Lepasin dasar om-om ganjen! " Zia.

"Hah..." Faza, sambil menyugar rambutnya kebelakang, "Ganjen,brengsek? Biar saya tunjukin brengsek itu gimana! "

Faza memegang pinggang Zia menahan tangan satunya ditembok lalu Faza mencium Zia kembali. Awalnya tangan satu Zia memukul-mukul pundak Faza, tapi saat Faza melumat lembut bibirnya dia berhenti memberontak pikirannya kacau saat ini, dikacaukan oleh Faza.

Dan dengan gilanya dia mengikuti lumatan Faza, mendapati Zia yang membalasnya semakin membuat Faza hilang kendali, dia mulai mencoba memasukan lidahnya agar bertaut dengan Zia.

Faza bahkan memegang tengkuk kepala Zia agar ciuman mereka lebih dalam.

"Sialan! persetan dengan diriku, " Batin Faza.

Mereka masih berciuman tangan Zia bahkan mengalung dileher Faza satu dan yang satu di dada Faza sedangkan kedua tangan Faza ada di pinggangnya.

Zia langsung sadar dan mendorong Faza agar berhenti, takut keblabasan, Zia tak ingin bermain sejauh itu sampai keprawannannya hilang. Tapi, Faza terus melumat bibir Zia penuh tuntutan.

Prang

Suara gelas pecah membuat mereka terpisah, membuat Faza sadar juga.

Zia menatap Faza berkaca-kaca.

Faza yang sadar kelakuan bajingannya sangat terkejut.Masih dalam terkejut dia dibuat terkejut oleh tamparan seseorang yang menjatuhkan gelas tadi.

Plak.

"Dasar anak kurang ajar! Wanita tuh dilembutin bukan dipaksa," Marahnya, dia adalah Monica.

Faza langsung merasa deja vu dan langsung menatap Zia.

Zia langsung mengalihkan pandangannya mengambil helmnya lalu, "Saya izin pergi, permisi!" Ucap Zia singkat lalu bergegas pergi.

Faza mengejar Zia  mengabaikan nyokapnya yang marah sampai mereka di depan gerbang.

"Zia, maafin saya Zia, saya kelepasan! " Faza.

"Anjir, kelepasan katanya! " Batin Zia dengan kaki terus melangkah pergi menuju motornya.

"Zia tunggu..." Faza, berhasil meraih tangan Zia.

Zia dengan cepat melepaskan genggaman Faza yang cukup erat.

"Jangan mendekat! " Zia.

Faza mengangkat kedua tangannya, "Maafin saya ya, Zia. " Ucap Faza penuh penyesalan.

"Sialan! " Ucap Zia, yang langsung bergegas memakai helm lalu pergi dengan motornya.