Sheina harus menelan pil pahit karena laki-laki yang dibencinya dari SMA tiba-tiba menuduhnya sebagai wanita malam, dan membuatnya kehilangan mahkota yang selalu dijaganya. Tak cukup sampai di situ, Sheina juga harus menghadapi kenyataan bahwa ia telah hamil tanpa suami.
Akankah laki-laki itu bisa meluluhkan hati Sheina yang sudah terlanjur membatu, demi anak mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itta Haruka07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TGM Bab 22
Gabriel mencium tangan neneknya, membuat wanita itu sangat gemas dengan tingkah Gabriel. Bara masih menggendong Gabriel, tapi tangannya langsung merangkul pundak Sheina saat mamanya masih takjub dengan wajah Gabriel.
"Ini mommynya Gabriel, Ma. Namanya Sheina. Shein ini mama aku," ucap Bara memperkenalkan Sheina dengan mamanya.
"Cantik sekali. Saya Viona mamanya Bara. Panggil mama aja ya," ucap Mama Viona sembari merangkul Sheina, menyingkirkan tangan Bara yang merangkul Sheina.
"Saya Sheina Tante." Sheina membalas pelukan mamanya Bara meskipun ia merasa kurang nyaman.
"Pasti sangat sulit ya membesarkan anak seorang diri. Kalau mama tau dari awal, pasti mama nggak akan biarin cucu mama ngalamin hal ini."
"Ma, udah peluknya. Kasihan Sheina."
"Bilang aja kamu iri," jawab Mama Viona yang kini menjauhkan tangannya dari tubuh Sheina.
"Tante ini ada sedikit oleh-oleh." Sheina mengulurkan paperbag besar yang dibawanya.
"Repot-repot sekali, Sayang." Mama Viona menerimanya lalu memberikan pada asisten rumah tangga. "Panggil mama saja Sheina, seperti Bara."
"Maaf Tante, kayaknya lebih nyaman panggil tante aja," jawab Shein, sungkan.
"Ya udah terserah kamu aja kalau emang kamu nyamannya gitu. Gabriel mau digendong Oma nggak?"
"Mommy, boleh?" Gabriel bertanya pada Sheina untuk meminta izinnya.
"Boleh, Sayang."
Mama Viona lalu menggendong Gabriel. Detik kemudian neneknya Bara muncul dari kamarnya. Sheina berdebar takut jika neneknya Bara tidak seramah mamanya.
"Shein. Dia nenekku," kata Bara yang kini menunjuk pada neneknya.
"Eh, cicitnya nenek udah datang." Suara wanita tua itu membuat Sheina merasa lega. Lagi-lagi Gabriel diterima dengan baik di rumah ini.
Neneknya Bara mencium gemas wajah Gabriel, sedangkan Gabriel tertawa geli.
"Ini ibunya Gabriel?" Nenek menatap Sheina dan Bara yang berdiri berdampingan.
"Hai, Nek. Saya Sheina." Sheina mengulurkan tangan.
"Arini. Neneknya Bara." Nenek membalas jabatan tangan Sheina.
Bara mengajak mereka duduk bersama. Gabriel dipangku mamanya Bara dan bermain dengan nenek buyutnya, sedangkan Sheina merasa sangat canggung duduk bersama Bara.
"Sayangnya papaku nggak adda di rumah," ucap Bara memecah keheningan antara dia dan Sheina.
"Ke mana?"
"Ada kerjaan di luar negeri. Paap belum tahu soal Gabriel."
"Oh."
Sial! Kenapa kamu jawabnya singkat banget sih Shein. Aku harus ngomongin apa lagi?
"Bara, kamu harus tanggung jawab sama Gabriel dan ibunya. Gara-gara kelakuanmu, anak orang jadi menderita," omel nenek Bara.
"Kalau aku siap banget, Nek. Nggak tahu kalau Sheina gimana." Bara menatap Sheina yang semakin merasa canggung. Rasanya ingin sekali Sheina berpamitan dari rumah ini.
"Saya sudah punya pasangan, Nek."
"Oh ya, nenek pikir akan lebbih baik kalau kalian menikah. Bukannya Bara sangat menyukai kamu?"
Sheina memicingkan mata, menatap Bara yang terlihat gugup di sebelahnya.
Omong kosong macam apa ini? Jangan-jangan dia ngaku ke keluarganya kalau Gabriel ada karena rasa cinta. Dasar laki-laki pengecut. Tidak mungkin dia berani mengaku pada keluarganya kalau dia memper*kosa aku.
"Maaf Nek, sepertinya Nenek salah paham."
"Shein. Apa yang diomongin Nenek bener kok. Aku emang cinta sama kamu dari lama," ucap Bara dengan jujur.
"Oma, cinta itu apa?" tanya Gabriel tiba-tiba.
"Em, cinta itu love."
"Kayak Mommy bilang ke Biel 'love you Biel', gitu ya Oma?"
"Ya begitu Sayang. Gabriel pinter banget ya. Ikut Oma ke belakang yuk, Oma punya ikan gede," kata mamanya Bara yang kemudian membawa Gabriel ke belakang.
"Shein. Aku minta maaf sama kamu. Aku beneran nyesel Shein. Aku cinta sama kamu."
Sheina pikir apa yang dikatakan Bara adalah kebohongan. Sheina pikir Bara melakukan itu untuk mengelabuhi keluarganya tentang kelakuan breng*sek Bara yang tega memper*kosanya. Padahal, selama ini Sheina tahu Bara sangat membencinya. Bara memperlakukannya sangat buruk saat SMA.
🥀🥀🥀