Pernah dengar orang bilang tidak ada yang namanya pertemanan antara laki laki dan perempuan. Percaya nggak sihh? Bingung juga yaa. Banyak yang bilang kalau laki laki dan perempuan berteman tuhh, pasti salah satu dari mereka memendam rasa suka. Bener nggak sih?
Salma dan Nathan bakal jawab itu semua. Ikuti terus ceritanya yaa😉.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenni Dea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15
Salma yang melihat Nathan masih terlihat lemas itu menyuruh Nathan untuk kembali istirahat. Namun Nathan menolak dengan dalih tidak mengantuk. Akhirnya Salma hanya pasrah menemani Nathan di sana.
"Om sama Tante belum pulang?"tanya Salma.
"Belum, besok baru pulang"jawab Nathan.
Salma pun hanya mengangguk saja. Jujur saja Salma merasa kasihan pada Nathan. Meskipun Nathan sudah terbiasa sendiri di rumah, namun Salma merasa kasihan. Apalagi dalam keadaan sakit seperti ini.
"Nginep di rumah gue aja Nath, nggak tega gue liat loe sendiri di rumah, apalagi loe sakit gini"ucap Salma.
"Nggak usah Sal, buat tidur bentar juga sembuh kok"tolak Nathan.
"Tapi loe masih lemes gini"khawatir Salma.
"Tenang aja"sahut Nathan tersenyum. Namun di saat itu juga, Nathan melihat tangan Salma yang terlihat sedikit berdarah.
"Lho Sal, tangan loe kenapa?"tanya Nathan meraih tangan Salma.
"Oh, ini tadi kena pecahan vas"jawab Salma.
Tentu saja hal itu membuat Nathan terdiam. Nathan menatap sekeliling kamarnya yang sudah rapi. Benar saja, tangan Salma terluka saat membersihkan kamarnya.
"Sorry Sal, gara gara beresin kamar gue tangan loe jadi luka"ucap Nathan pelan.
"Bukan salah loe, gue aja yang nggak hati hati"sahut Salma.
"Gue obatin ya"ucap Nathan seraya bangkit dari ranjang.
"NO, nggak usah Nath, ini cuma luka kecil, nanti gue obatin sendiri"tolak Salma.
"Loe aja masih lemes gini, mending loe istirahat lagi"lanjut Salma membenarkan posisi Nathan.
"Gue udah mendingan Sal, bentar gue ambil kotak obat dulu"ujar Nathan keukeh ingin mengobati luka di tangan Salma.
"Oke oke, loe di sini aja, biar gue yang ambil kotak obatnya"pasrah Salma.
Nathan pun mengangguk setuju. Dengan segera Salma mengambil kotak obat yang ada di salah satu laci di kamar Nathan. Ingat ya, Salma sudah sering ke sana, jadi Salma juga sudah hafal tata letaknya.
"Sini, biar gue obatin"ucap Nathan meminta kotak obat itu.
Salma pun menyerahkan kotak obat itu dan duduk kembali di sebelah Nathan. Salma menatap tangan Nathan yang terlihat sangat hati hati mengobati lukanya. Bahkan sesekali mulut kecil Nathan meniup luka itu untuk mengurangi rasa sakitnya.
Tanpa sadar sebuah senyum terukir di bibir tipis Salma saat melihat wajah Nathan yang begitu serius mengobati lukanya. Karena terlalu fokus menatap wajah serius Nathan, Salma sampai tak sadar jika Nathan sudah selesai mengobati lukanya.
Nathan menatap balik Salma yang terlihat tersenyum menatapnya. Hingga.. wushh
"Iihhh, Nathan"kesal Salma saat Nathan meniup wajahnya hingga membuatnya kaget.
"Lagian loe serius banget liatin gue, kenapa? gue ganteng kan"ucap Nathan PD.
"Dihh, sok ganteng loe"elak Salma.
"Emang gue ganteng kali"ujar Nathan menarik turunkan alisnya.
"Iihhh, geli tau liat muka loe kek gitu"sahut Salma mendorong dahi Nathan pelan.
"Aauuhh, sakit Sal, wahh loe harus tanggung jawab"ucap Nathan seolah kesakitan.
"Lebay"kesal Salma. Nathan pun hanya terkikik kecil.
"BTW ngapain loe kesini?"tanya Nathan.
"Emm, main aja, pengen tau juga kenapa loe tadi pagi nggak jemput gue buat sekolah, mana chat gue nggak loe bales lagi"ucap Salma cemberut.
"Ngapain nungguin gue jemput?"tanya Nathan dengan alis terangkat satu.
"Iya lah nunggu loe, emang siapa yang tiap pagi jemput gue buat berangkat sekolah"kesal Salma.
"Kan bisa minta Kenzie buat jemput"ujar Nathan mengalihkan pandangannya.
"Apaan sihh, kan biasanya emang loe yang jemput"ujar Salma cemberut.
"Lahh emang nggak seneng di jemput Kenzie"sahut Nathan.
"Nathan jangan gitu dehh"ucap Salma menampilkan raut wajah tak suka.
"Kan bener yang gue bilang"sahut Nathan tak mau kalah.
"Nathann"rengek Salma.
Bahkan mata Salma sudah mulai berkaca kaca. Namun Nathan masih mengabaikannya. Bahkan Nathan tak menatap ke arah Salma.
"Nathh"Panggil Salma dengan suara tangis.
Mendengar Salma menangis, Nathan langsung menoleh menatap Salma yang mulai berlinang air mata.
"Eh, Sal, loe kok nangis, jangan nangis dong"panik Nathan.
"Abisnya loe nggak anggep gue"ucap Salma semakin terisak.
Tanpa pikir panjang Nathan membawa Salma ke dalam pelukannya. Salma pun membalas pelukan Nathan. Tangan Nathan terulur mengusap lembut punggung Salma.
"Sstt,, udah nggak usah nangis, gue nggak maksud buat loe nangis"ucap Nathan.
"Loe jahat, loe nggak bales chat gue, loe udah nggak mau jemput gue lagi"ucap Salma terisak dalam pelukan Nathan.
"Iya iya, gue minta maaf udah abaiin loe"ucap Nathan mengalah.
"Huaa, loe jahat"ucap Salma semakin kencang menangis.
"Loh lohh,, kok malah tambah kenceng sih nangisnya"panik Nathan.
"Udah Sal, udah jangan nangis"ucap Nathan melepas pelukannya.
Nathan menangkup wajah Salma yang berlinang air mata. Ibu jarinya terangkat mengusap air mata yang ada di pipi Salma.
"Jangan nangis lagi, oke"ucap Nathan dan di angguki oleh Salma.
"Dengerin gue baik baik, gue nggak bales chat loe karena gue marah, dan gue nggak mau loe jadi sasaran kemarahan gue. Dan gue nggak jemput loe pagi tadi, karena gue kesiangan, dan pas gue bangun, gue ngerasa pusing banget, makanya gue nggak jemput loe buat sekolah"lanjut Nathan.
Salma pun hanya diam mendengar penjelasan Nathan. Sebenarnya Salma datang ingin meminta maaf karena dirinya pergi bersama Kenzie waktu itu. Tapi malah Nathan yang meminta maaf padanya. Ahh, dasar wanita.
TBC
ngak bagussss