Mendapatkan ancaman tentang aib keluarga yang akan terkuak membuat Leon terpaksa menerima untuk menikah dengan Moira. Gadis bisu yang selama ini selalu disembunyikan oleh keluarga besarnya.
Menurut Leon alasannya menikahi Moira karna sangat mudah untuk ia kendalikan. Tanpa tahu sebenarnya karena sering bersama membuat Leon sedikit tertarik dengan Moira.
Lalu, bagaimana dengan kelanjutan kisah mereka? Apakah Moira yang bisu bisa memenangkan hati Leon?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 5
Para pelayan mengantarkan Moira menuju kediaman dimana ia akan menjalani pernikahan bersama Leon. Seingat Moira sang Ayah pernah mengatasi jika keluarga Dante memiliki banyak kediaman mewah seperti ini. Pandangan mata Moira menuju ruang tamu, rumah yang terlihat sepi dan terlalu besar untuk tinggal berdua tanpa cinta.
"Kita tidur terpisah," Suara itu mengejutkan Moira, langsung berbalik badan sembari memegang gaun pernikahan yang sangat menganggu.
Leon berdiri tidak jauh darinya sembari membawa koper besar, tatapan matanya super datar kepada Moira yang hanya diam saja.
"Kamarmu dilantai bawah, sementara kamarku di lantai dua. Jangan sesekali masuk kedalam kamarku, aku tidak suka ada orang asing yang masuk kedalam tempat pribadiku." Jelas Leon yang lebih terdengar sebuah perintah bagi Moira.
Pandangan mata Moira menuju kamar yang ditunjuk oleh Leon tadi, ia menatap sedih kamar tersebut. "Pernikahan macam apa ini, bahkan dia sendiri sangat enggan untuk satu kamar denganku. Lalu untuk apa menikah?"
"Aku tahu, kalau kau hanya bisu bukan bodoh. Semestinya kau mengerti apa yang aku katakan bukan?"
Moira berbicara isyarat pada Leon. "Aku mengerti, kau kira aku berharap bisa tidur satu ranjang denganmu? Ck, tidak sudi!"
"Apa yang kau katakan, aku tidak mengerti." Leon duduk disofa dengan kedua kaki disilangkan menatap serius Moira yang berdiri di hadapannya. Tangan Leon mengarahkan para pelayan untuk membawa koper miliknya dan Moira menuju kamar masing-masing.
"Tidur satu ranjang dengan iblis seperti mu hanya membuatku cepat tua!" Meskipun Leon tidak mengerti apa yang ia maksud, tapi Moira seakan tidak perduli. Rasa kesal dihati membuatnya sangat ingin marah, mulut pedas itu harus diberi pelajaran.
Mata tajam Leon terus memperhatikan Moira yang menatapnya penuh permusuhan. "Apa dia memakiku?" Tanyanya didalam hati, Leon bersandar pada sofa sembari tersenyum sinis. "Aku tidak mengerti apa yang kau katakan dari gerakan tangan itu," Ucapnya, Leon terlihat santai menikmati buah anggur yang ada di meja.
Moira yang sudah sangat kesal mendekati suami mulut pedasnya itu, mengambil ponsel Leon yang tergeletak dimeja. Anehnya Leon tidak marah melainkan tetap diam memperhatikan apa yang diinginkan Moira.
"Aku mengatakan jika tidak sudi tidur satu ranjang denganmu, soal benci aku juga dua kali lebih benci padamu!"
Leon berdecak setelah membaca apa yang Moira tuliskan itu, sombong kali batinnya. "Jadi seperti inilah jiwa Moira Yaston yang sebenarnya?"
Kembali Moira menuliskan sesuatu di ponsel Leon, seakan benda pipih itu miliknya. "Ya! kau hanya melihat separuh dari diriku yang sebenarnya, bersiaplah untuk melihat sisi berbedaku setiap harinya!"
Merasa jika Leon membaca semua yang ia tulis, Moira memeberikan ponsel itu kembali ditangan Leon. Lalu pergi dengan mengangkat sedikit gaun pernikahannya, ia sebal dengan Leon.
"Hei, kau adalah wanita tidak sopan yang pernah aku lihat!" Leon terus mengumpat, tapi Moira tidak menghiraukan sama sekali. Malah berbalik badan, menjulurkan lidahnya lalu berlari masuk kedalam kamar tidak lupa menutup pintu dengan sangat keras.
"Aishh, dasar bocah!" Leon sebal, baru kali ini ada wanita yang seberani itu padanya. Biasanya para wanita akan berlutut padanya meminta perhatian atau bahkan seharusnya Moira memohon untuk satu kamar dengannya.
Sikap Moira yang malah senang tidak satu ranjang dengannya benar-benar menganggu, Leon mengharapkan jika Moira mengemis memohon bukan malah sok kecantikan seperti tadi.
"Hem, bocah menyebalkan itu sangat susah dihadapi ternyata.." Leon melempar anggur itu sembarangan arah karna kesal dihatinya.
Sementara itu Moira menghela napas panjang disaat duduk di sofa kamarnya. Tidak terlalu luas memang tapi pasti sangat nyaman, setidaknya di rumah Leon tidak akan kekangan serta peraturan sang Mama yang menyesakkan dada. Bisa dikatakan ditempat inilah Moira bisa lega meskipun menghadapi masalah seperti Leon.
"Huh berat memang, tapi yang terpenting jangan sampai Leon bisa menindasku." Moira kembali bangkit untuk melihat lemari, ia membuka lemari tersebut karena penasaran dengan apa isi pakaiannya.
Moira terkejut karena semua pakaian yang disediakan oleh Leon terlihat mahal serta tidak pernah ia bayangkan akan mengenakan semua pakaian itu. Moira memegang salah satu dress berwarna Burgundy, warna yang sangat Moira sukai selama ini.
"Untuk apa Leon menyiapkan semua ini untukku?"
"Nona, air hangatnya sudah siap. Sebaiknya segera membersihkan diri agar tubuh Nona lebih segar." Ucap pelayan yang memang ditugaskan Leon untuk menjaga Moira jika dirinya tidak ada di kediaman.
Moira mengangguk saja, ia mengucapkan kata terimakasih dengan bahasa isyarat. "Terimakasih, maaf sudah merepotkan dirimu.."
"Tidak perlu sungkan, Nona. Ak memang ditugaskan Tuan untuk menjaga dan mengurus, Nona. Namaku Rika, aku paham dan sedikit bisa bahasa isyarat." Ucap Rika disertai senyuman manisnya.
Baru kali ini Moira merasa sangat senang, ia langsung memeluk Rika dengan sangat erat. Rasa senang dihati menemukan orang yang memahami bahasa sehari-harinya adalah hal yang sangat menyenangkan.
"Aku sangat bahagia bertemu dengan teman yang mengerti bahasaku, kita adalah teman."
Rika mengangguk dengan apa yang Moira katakan dari gerakan tangan tersebut. "Jika Nona membutuhkan sesuatu panggil saja dengan menelpon, pasti aku akan datang." Rika menunduk hormat lalu melangkah pergi meninggalkan Moira seorang diri.
Moira tidak menyangka kalau Leon memberikan pelayan yang pandai dan mengerti bahasa isyarat. Setidaknya dirinya tidak akan kesusahan selama di rumah, sesuatu kebaikan kecil yang tidak akan Moira mengucapkan kata terimakasih.
Merasa sudah mulai gerah Moira ingin membersihkan diri, ia kesulitan membuka resleting bagian belakang gaunnya. Moira merutuki diri sendiri yang bisa-bisanya lupa meminta tolong pada Rika tadi. Teringat dengan kata-kata Rika tadi, jika membutuhkan sesuatu silahkan hubungi saja.
Tok.. Tok..
Moira senang, ia menduga pasti Rika yang datang. Moira berlari untuk membuka pintu, ia terkejut karena ternyata yang datang malah Leon bukanlah Rika.
"Aku mau melihat kamarmu seperti apa.." Leon mendorong tubuh Moira yang menghalangi jalannya.
Tidak kuat memang tapi Moira sampai terpojok didinding, menatap aneh Leon yang sudah berlalu masuk melihat sekeliling kamar yang ditempati dirinya.
"Apa yang mau dilihat dia, memangnya aku menyembunyikan bom disini apa?" Moira tidak mengerti dengan apa yang Leon pikirkan.