Silva, Marco dan Alex menjalin persahabatan sejak kelas 10. Namun, saat Silva dan Marco jadian, semuanya berubah. Termasuk Alex yang berubah dan selalu berusaha merusak hubungan keduanya.
Seiring berjalannya waktu, Alex perlahan melupakan sejenak perasaan yang tidak terbalaskan pada Silva dan fokus untuk kuliah, lalu meniti karir, sampai nanti dia sukses dan berharap Silva akan jatuh ke pelukannya.
Akankah Silva tetap bersama Marco kelak? Atau justru akan berpaling pada Alex? Simak selengkapnya disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pendekar Cahaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 11 (Silva Dan Kedua Sahabatnya)
"Makasih yah, sayang, kamu sudah mau menuruti permintaan mami" kata Linda sambil mengelus kepala anak gadisnya.
"Terus, aku mulai kuliahnya kapan?" Tanya Silva sambil memasukkan potongan roti kedalam mulutnya.
"Setelah mami pulang berlibur kesana, sekalian menyiapkan kepindahan mami di kantor pusat yang ada di Sidney, mami diminta langsung oleh direktur kantor pusat, kebetulan posisi manager disana kosong dan mami yang akan gantikan posisi itu" terang Linda. Silva pun mengangguk dan menghabiskan sarapannya.
Setelah sarapan, Linda langsung berangkat ke kantor dengan mengendarai mobilnya. Tak lupa, sebelum berangkat menyempatkan diri untuk memberikan ucapan selamat ulang tahun pada putri semata wayangnya itu dan mengatakan kalau hadiah ulang tahun darinya itu dengan mendaftarkan Silva kuliah di Australia. Silva tentu saja sangat bahagia mendapatkan kado yang sangat istimewa dari ibunya.
"Ya udah, mami berangkat yah, sayang" Linda berpamitan saat sudah berada dalam mobilnya.
"Iya, mi, hati-hati" Silva melambaikan tangannya. Mobil ibunya itu pun perlahan melaju dan semakin menjauh dari rumah.
"Pagi, Silva" seseorang menyapanya saat Silva hendak masuk kembali kedalam rumah.
"Eh, kak Gladys, pagi juga, kak" Silva menoleh ke asal suara itu dan berbalik menyapanya.
"Kak Gladys dari mana?" Tanya Silva.
"Abis jogging, sekalian beli sarapan juga nih" jawabnya sambil memperlihatkan kantongan yang dibawanya.
"Oh iya, Sil, kamu udah lulus SMA kan yah? Kamu gak mau kuliah gitu, kalau mau, kamu bareng Dito aja, dia mau daftar kuliah di Aussie" Gladys menambahkan.
"Oh ya? Kok kebetulan yah, aku juga rencananya mau kuliah disana, kak, mami yang urus, katanya sebagai hadiah ultah dari mami" terang Silva.
"Kamu ultah yah? Happy birthday yah, Sil" Gladys memberi ucapan pada Silva dan menjabat tangannya.
"Makasih, kak" Silva membalas dengan senyuman.
Setelah ngobrol beberapa saat, Gladys pamit pada Silva dan berjalan pulang kerumahnya yang terletak di belakang rumah Silva. Silva berjalan kembali masuk kedalam rumahnya setelah Gladys tidak terlihat lagi. Namun, ternyata tanpa sepengetahuan Silva, kedua sahabatnya sudah berada dirumahnya. Silva pun terkejut dengan kedatangan kedua sahabatnya.
"Happy birthday, sahabatku!" Flea dan Hilda bergantian memeluk Silva sambil cipika-cipiki.
"Makasih banyak, kesayanganku, aku kira kalian lupa sama ultah aku, biasanya kan kalian selalu ngasi ucapan tepat jam 12 malam" kata Silva sambil tersenyum bahagia.
"Gak dong, kita berdua gak pernah lupa sama ultah kamu" Flea mencubit pelan pipi Silva. Flea memang berusia setahun lebih tua jika dibandingkan dengan Silva dan Hilda, karena Flea satu tingkat diatas Silva dan Hilda. Namun, Flea tidak memiliki satupun sahabat diantara teman-teman seangkatannya, karena rata-rata, semua temannya hanya ingin berteman dengan orang-orang berada. Sedangkan Flea bukanlah anak orang kaya. Dia hanyalah gadis desa yang merantau ke kota dan tinggal di kost-an sederhana. Ayahnya berprofesi sebagai supir angkot dan ibunya penjual nasi pecel keliling.
Namun, semenjak mengenal Silva dan Hilda, Flea kini memiliki sahabat terbaik tanpa memandang status sosial dan lebih sering menghabiskan waktu dengan adik kelasnya itu. Bahkan berkat bantuan Silva dan ibunya, kehidupan keluarga Flea jauh lebih baik. Modal yang diberikan cuma-cuma oleh ibunya Silva, membuat ibunya Flea bisa buka warung dan tidak perlu lagi berjualan keliling, menjajakkan dagangannya.
"Oh iya, Fle, bukannya kata kamu hari ini udah mulai kerja yah di bandara?" Tanya Hilda, mengingatkan Flea.
"Iya, Fle, ini udah hampir jam 8 loh, nanti kamu telat, masa baru hari pertama sudah telat sih, buruan jalan gih" Silva menimpali.
"Oh... Iya, saking asiknya kita ngobrol sampai lupa waktu, makasih udah diingatkan, aku berangkat yah kalau gitu, Sil, Da" Flea pun segera pamitan pada kedua sahabatnya itu.
"Kamu naik apa, Fle?" Tanya Silva.
"Aku tadi kesini kan bawa motor, jadi aku naik motor ke bandara" jawab Flea enteng.
"Yang benar kamu, Fle! Dari sini ke bandara jauh loh" Silva terkejut mendengar penuturan Flea.
"Iya, santai aja, udah biasa kok jalan jauh gitu, udah yah, aku jalan, see you" Flea pun meninggalkan rumah Silva.
"Sil, nanti kamu anter aku balik yah, soalnya kalau naik angkot harus nyambung dua kali" pinta Hilda.
"Enak aja, pulang sendiri lah" kata Silva. Padahal sebenarnya dalam hati dia hanya bercanda, dia tentu saja tidak tega membiarkan sahabatnya itu pulang sendirian.
"Yaah... Kok gitu sih, Sil" Hilda tampak kecewa.
"Hahahaha....! Bercanda kali, Da, mana tega aku biarin kamu pulang sendirian, nanti sahabat aku yang cantik ini diculik lagi" Silva tertawa lepas, puas sudah mengerjai sahabatnya.
"Ya udah ke kamar yuk, kita nonton Drakor" ajak Silva dan langsung merangkul pundak Hilda berjalan menuju kamarnya.