Alaska Raden Saleh terkenal sebagai sifat playboy, ia sering membuat para gadis impian untuk mencintai dan menyukai Aska. Tapi tidak dengan Rania, seorang gadis cantik berkulit putih, hidung mancung, serta agamis itulah impian Aska. Tetapi Aska sudah lebih mencintai Luna kedahuluan. Hubungan Luna dengan Aska sudah lebih dari 4 tahun dan impian Luna ingin ia menjadi pasangan Aska. Tetapi Aska tak mencintai Luna, ia hanya menyukai Luna karena wanita seperti Luna sangat memikat hatinya.
Dapatkah Luna mengetahui jika Dirinya hanya sebagai permainan belaka? dan padahal Luna dengan Rania ialah saudara sekandung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rohima_Cahaya18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Pikiran Rio semakin hari makin nyeleneh, ia yang hanya memikirkan bagaimana ia bisa berpikir hanya untuk Rania. Rio yang tak mau sampai terjadi dengan Rania yang berusaha untuk tetap tegar dalam menghadapi masalah apapun.
Rania yang tidak menanggapi pertanyaan dari Rio, ia malah lapar rasanya perutnya akan melilit tujuh turunan. Membayangkan saja, Rania tak mampu bahkan Rio masih saja berargumen yang menyatakan rasa cinta kepada Rania.
Rania berdiri seperti patung, matanya langsung merem dan tubuhnya sedikit oleng. Entah mengapa, saat ini Rania langsung pingsan disaat itu Rio langsung membawa Rania ke tempat peristirahatan.
"Yaa Allah Rania! Maafkan hamba udah buat wanita cantik ini jadi pingsan, bangun Rania"ucapnya ia menempelkan tangannya ke dahi Rania ternyata suhunya sangat panas.
Rania yang tak seperti biasanya, mengapa Rania seperti ini. Rio yang bingung dan ia mengambil air hangat ke dapur untuk menyiapkan mangkuk dan kain putih sebagai penempel di kening Rania. Rio yang menangis hatinya tak sanggup melihat jika dirinya sudah menggendong bahkan ia Perhatian kepada Rania. Padahal, Rania tak mau di sentuh oleh siapapun.
Maafkan dokter, Rania! Maafkan saya, tidak ada bermaksud untuk menyentuh bahkan untuk sekedar menggendongmu. Maafkan saya, Rania" bisiknya sambil sedih ia takut akan kehilangan Rania.
Rio sebagai dokter spesialis kesehatan, ia harus bisa bersabar dan menunggu Rania sadar meskipun saat ini keadaan Rania sangat pucat dan ia juga belum sadarkan diri. Entah pikiran apa yang terhubung dengan Rania. Rio yang menduga jika kenyataan nya saudaranya telah hilang dan pergi. Mungkin, Rio akan mencari salah satu saudaranya agar kembali dengan Rania. Persoalan yang tak gampang untuk di temukan rasanya sulit menaklukkan hati agar Luna segera ditemukan.
Ponsel Rio berdering, ia letakan diatas nakas. Rio yang menjawab panggilan ternyata dari papanya Samuel. Untuk apa papanya mengubungi nya, lantas selama ini Samuel dulunya lebih memilih Lydia dah Aska daripada Rio. Rio yang tak mau durhaka kepada papanya ia mengangkat dan mengatakan jika dirinya juga belum memastikan agar datang ke acara rumah tersebut dikarenakan ada wanita yang harus ia jaga.
"Assalamu'alaikum nak, Apa kamu tak merindukan papa?"
"Wa'alaikumussalam papa, Rio sangat merindukan papa. Tapi, maaf Rio belum bisa untuk datang kerumah papa. Maafkan Rio pa, Rio nampak bersalah tapi Rio belum bisa".
"Yaudah gpp nak, maafkan kesalahan mama kamu ya."
"Iya, papa"
Tak lama saat masih berlayar menelpon anaknya, Lydia yang datang dengan ucapan yang tak mengenakan langsung menyambar ponsel yang Samuel pegang. Entah mengapa, gelagat Lydia sangat aneh dan ia tak menghiraukan jika Rio yang hanya sadar jika dirinya telah bersalah.
"Kamu pasti telepon anak kamu itu kan, lagian papa ngapain sih telepon anak itu kalau dia tidak mau jenguk papanya yang sakit. Ibunya dan Rio sama saja menjadi bahan penyakit. Kalau gitu, dari dulu mama ga mau anggap Rio ada di dalam rumah ini pa," ketus Lydia ia masih menggenggam ponsel tersebut.
"Rio juga anak kamu Lydia, kenapa kamu sangat kasar menjadi seorang ibu. Andai dulu, waktu itu aku mengingat saudaraku yang berada di bandung karena kamu ga layak untukku. Lydia ini balasan kamu, aku ini suami mu tolong hargai aku, semua harta kekayaan ini milik aku juga Rio, seharusnya kamu sedikit aja jaga kesopananmu untuk anakku" keluh Samuel ia yang tak percaya jika akan terjadi sesuatu yang membuat hati Samuel sakit.
Rio menangis, ia masih mendengarkan suara papanya dengan jelas. Batin nya tersiksa dengan ucapan mulut iblis seperti Lydia yang hanya mengejar harta kekayaan papanya. Ia yang masih sedikit geram dengan perlakuan Lydia yang mengharuskan untuk tidak melakukan tindakan kepada papanya.
Rio mematikan ponselnya, ia duduk dalam keadaan serba salah disisi lain ia tak tega jika harus meninggalkan Rania tengah sendiri didalam ruangan tersebut dimana tidak ada siapapun yang berada untuk menemani nya. Tapi, ia tak mau jika posisi papanya saat ini di jelekkan dan di kucilkan dengan Lydia yang tak memikirkan hidupnya tanpa papanya seperti apa.
Akhirnya Rio pergi, ia menuliskan pesan pada Rania. Sebuah pesan yang sangat berarti untuk Rania. Walaupun untuk berusaha agar Rania setelah sadar ia harus sarapan dahulu, ia tak ingin Rania jatuh sakit lagi. Tapi keadaan yang bertolak belakang saat ini mengalami dengan seorang papanya.
Mobil yang masih baru berwarna hitam, ia sengaja membeli untuk papanya. Namun saat ibunya telah meninggal dunia, papanya lebih memilih untuk Lydia yang egois ketimbang Rio yang selalu di hinakan. Arti dari sebuah kesabaran, dan ketabahan dalam menghadapi Lydia yang kurang mencerminkan sifat seorang ibu.
Rio melaju dengan kecepatan tinggi, ia yang biasa balapan liar dan tak ingin kelurganya satupun ia menginjak secara tidak baik dipikiran Rio. Ibu macam apa yang berusaha menarik simpati agar semuanya terlebih di kasihani. Memang betul jika saat ini, ucapan Lydia benar ingin di musnahkan.
Rio yang sudah di depan pintu, ia berani masuk tanpa mengucapkan kalimat terhormat kepada Lydia yang menyinggung perasaan. Entah apa yang ia perbuat, selama ini Rio diam bukan berarti Rio melemah, ia tidak ingin mendapatkan pertempuran hebat dengan Lydia.
"Assalamu'alaikum papa, kabarku sehat"
Mendongak menatap siapa yang sudah berani masuk tanpa seizin denganya, seorang wanita yang tak suka jika Rio tengah masuk kedalam rumah tersebut. Rio tak ingin membuat kekacauan didalam rumah tersebut, ia langsung memeluk papanya tanpa harus kelihatan dengan Lydia.
"Wa'alaikumussalam Rio, yaa Allah papa sungguh senang. Katanya kamu ga bisa kesini nak, ada apa nak," ucap Samuel menyambut kedatangan anaknya.
"Pa, semua ini atas izin Allah pa. Pa, ayo kita pulang! Lebih baik rumah ini dijual daripada harus berkhianat dengan wanita yang tak menjaga adab juga martabat kita, kita pulang yuk pa" ajakan Rio yang memegang tangan papanya sambil tersenyum kearah Lydia yang kurang mengenakkan.
"Kamu beraninya bawa suami saya! Pikir kamu yang berkuasa didalam rumah ini kamu. Kamu pikir kamu yang berwenang didalam rumah ini, jaga ucapanmu Rio"ucapnya tak mau kalah ia tak akan mengizinkan suaminya untuk dibawa oleh Rio .
"Lydia yang terhormat, apakah ada tanda kebaikan kamu dengan papa saya. Selama ini, kamu hanya menguasai harta kekayaan papa saya. Lydia, camkan ucapan saya meskipun saya tidak diakui didalam rumah ini bagi saya, papa Samuel adalah orang tua yang berjasa dalam hidup saya."ucapnya yang tegas ia tak ingin menampakan sisi buruknya terhadap Lydia.
Amarah Lydia terkuak ia menjerit bisanya Rio melangsungkan hasrat yang tak seperti biasanya Lydia melihat jika dirinya mampu mengatakan hal yang membuat dirinya ingin menampar Rio dengan sekeras-kerasnya mungkin.