NovelToon NovelToon
Lagu Dendam Dan Cinta

Lagu Dendam Dan Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Romansa / Menikah dengan Musuhku / Pengasuh
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Susri Yunita

Dalam hidup, cinta dan dendam sering kali berdampingan, membentuk benang merah yang rumit. Lagu Dendam dan Cinta adalah sebuah novel yang menggali kedalaman perasaan manusia melalui kisah Amara, seseorang yang menyamar menjadi pengasuh anak di sebuah keluarga yang telah membuatnya kehilangan ayahnya.

Sebagai misi balas dendamnya, ia pun berhasil menikah dengan pewaris keluarga Laurent. Namun ia sendiri terjebak dalam dilema antara cinta sejati dan dendam yang terpatri.

Melalui kisah ini, pembaca akan diajak merasakan bagaimana perjalanan emosional yang penuh liku dapat membentuk identitas seseorang, serta bagaimana cinta sejati dapat mengubah arah hidup meskipun di tengah kegelapan.

Novel ini mengajak pembaca untuk merenungkan arti sebenarnya dari cinta dan dampaknya terhadap kehidupan. Seiring dengan alunan suara biola Amara yang membuat pewaris keluarga Laurent jatuh hati, mari kita melangkah bersama ke dalam dunia yang pennuh dengan cinta, pengorbanan, dan kesempatan kedua.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susri Yunita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 20. Nyonya Laurent Manfaatkan Kelemahan Amara

Dante berpikiran buruk tentang neneknya, ia takut kalau Amara sampai disakiti oleh Nyonya Laurent di suatu tempat.

Namun di sisi lain, Nyonya Laurent yang mengetahui kepergian Amara merasa marah sekaligus khawatir terhadap kondisi Nico. Dia masih membutuhkan Amara untuk menjaga anak tersebut dan memastikan bocah itu mendapatkan perhatian penuh.

Dia memutuskan untuk memanfaatkan kelemahan Amara, yaitu keluarganya. Dalam waktu singkat, Nyonya Laurent mengatur agar pihak universitas tempat adik Amara, Siska, berkuliah menerima ancaman halus. Laurent Foundation, donatur terbesar kampus tersebut, mengancam akan mencabut seluruh dana beasiswa jika Siska tidak dikeluarkan dari programnya.

Selain itu, Nyonya Laurent mengirim seorang kurir ke rumah ibu Amara dengan sebuah surat yang berisi "kebenaran" tentang pernikahan Amara dan Dante. Dalam surat itu, Nyonya Laurent menggambarkan Amara sebagai wanita yang egois, yang menikahi Dante demi balas dendam dan mengorbankan nama baik keluarga mereka.

Ibu Amara membaca surat dengan tangan gemetar, "Ya Allah, apa yang sebenarnya terjadi?"

Surat itu juga menyebutkan bahwa jika ibu Amara berusaha melindungi putrinya, Nyonya Laurent tidak akan segan-segan menghancurkan nama baik keluarga mereka lebih jauh. Dan mengancam akan mengirimkan amplop yang sama, tentang penggelapqn dana yang dituduhkan untuk ayahnya seperti yang Amara terima beberapa hari sebelumnya untuk sang ibu, jika Amara tak kembali.

Ketika Amara akhirnya kembali ke penginapan setelah seharian keluar untuk menenangkan diri, dia menerima telepon dari Siska yang menangis histeris.

Siska di telepon, "Kak! Apa yang terjadi? Kenapa kampus bilang aku bisa dikeluarkan? Kak, aku tidak mau kehilangan beasiswa ini!"

Amara berusaha menenangkan adiknya, tetapi air matanya tak bisa ditahan.

"Siska, tenang... Aku akan menyelesaikannya. Jangan khawatir, Kakak akan menemukan jalan."

Namun, panggilan itu belum selesai ketika Amara menerima telepon lain dari ibunya. Kali ini, suara ibunya terdengar lemah, nyaris seperti berbisik.

"Amara, apa yang kau sembunyikan dariku? Apakah benar kau menikah dengan Dante, cucu dari Kaurent karena alasan seperti itu? Apa kau tahu ini bisa membunuh Ibu?"

Amara terdiam. Dia tahu bahwa ibunya memiliki riwayat sakit jantung, dan tekanan seperti ini bisa berakibat fatal.

---

Dengan hati yang berat, Amara memutuskan untuk kembali ke rumah keluarga Laurent setelah menerima pesan ancaman lainnya. Adiknya akan dikelurakan dari kampus secara tidak hormat saat itu juga jika Amara memberitahu Dante.

Dia tahu bahwa dia tidak punya pilihan lain jika ingin melindungi keluarganya.

Ketika dia sampai di rumah itu, Nyonya Laurent sedang duduk di ruang kerjanya, seperti biasa, dengan secangkir teh di tangan dan senyum dingin di wajahnya.

"Saya kembali. Tapi saya ingin Anda berhenti mengganggu keluarga saya."

Nyonya Laurent tertawa kecil, nada suaranya sinis.

"Kau pikir kau punya hak untuk memberi perintah di rumah ini? Jangan lupa, Amara, keluargamu ada di genggamanku. Adikmu, ibumu, aku bisa menghancurkan mereka kapan saja."

"Apa sebenarnya yang Anda inginkan dari saya?"

Nyonya Laurent bangkit dari kursinya, berjalan mendekati Amara dengan mata tajam.

"Yang aku inginkan adalah kau tahu tempatmu. Jangan pernah berani pergi tanpa izinku lagi. karena kau sudah suka rela masuk ke rumah ini. Nico membutuhkanmu. Dante... akan melupakanku suatu hari, tapi bocah kecil itu, dia butuh seseorang yang bisa diandalkan. Jangan pernah mencoba menjadi pahlawan, Amara, karena kau tahu akibatnya."

Amara menelan ludah, berusaha menahan amarah dan ketakutannya. Dia tahu bahwa melawan Nyonya Laurent secara langsung hanya akan memperburuk situasi.

---

Hubungan yang Membeku di Tengah Rindu.

Malam itu, Amara duduk di samping tempat tidur Nico, membelai lembut rambut bocah kecil itu yang mulai tertidur pulas setelah beberapa hari demam. sementarasatu  tangan Nico menggenggam tangan Amara erat. iItu membuat pikiran Amara jauh melayang. Hatinya hancur setiap kali melihat Nico memanggil namanya dengan penuh rindu, dan dia merasa bersalah karena meninggalkan anak itu di saat-saat dia paling membutuhkannya.

Pintu kamar terbuka pelan, memperlihatkan Dante yang berdiri dengan ekspresi tegas namun wajahnya tampak lelah. Dia memandang Amara sejenak sebelum masuk dan menutup pintu di belakangnya. Langkahnya berat, seolah ragu, tetapi tekadnya untuk berbicara dengan Amara mengalahkan semua keraguannya.

Dante berkata pelan, "Aku tahu kau kembali."

Amara tidak langsung menoleh. Dia menatap Nico yang terlelap, seolah mencari keberanian dalam wajah polos anak itu.

"Dia membutuhkan aku, Dante."

Dante mendekat, "Bukan hanya dia, Amara. Aku juga."

Amara terdiam. Ia menunduk, menghindari tatapan Dante. Hatinya berdebar kencang, tapi ia tahu dia tidak bisa membiarkan dirinya terlihat lemah.

Dante menahan nada frustrasi, "Kenapa kau selalu seperti ini? Kau bilang ingin melindungi Nico, keluargamu, semuanya... Tapi kenapa kau tidak pernah membiarkanku membantu? Aku berjuang sendirian, Amara."

Amara akhirnya menoleh, matanya berkabut oleh air mata yang tertahan.

Amara berbisik, "Dante, kau tidak tahu yang kulakukan ini yang terbaik untuk semua pihak. Aku tidak ingin kau terjebak lebih jauh dalam semua ini."

Dante duduk di kursi dekat tempat tidur Nico, meletakkan kepalanya di tangannya sejenak, sebelum menatap Amara dengan tatapan tajam yang penuh keinginan untuk mengerti.

"Aku tidak tahu? Aku tidak tahu apa yang kau lakukan? Amara, aku tahu lebih banyak daripada yang kau kira. Aku tahu kau melindungiku. Aku tahu kau mencoba menanggung semua ini sendiri. Tapi aku di sini. Aku suamimu. Kenapa kau tidak pernah mempercayai aku cukup untuk membagi bebanmu?"

Amara menggeleng pelan, mencoba menahan air mata yang sudah menggenang di pelupuk matanya.

"Karena aku tidak ingin melihatmu terluka, Dante. Aku tidak ingin kau menjadi sasaran seperti aku. Nyonya Laurent... Dia tidak akan segan-segan menghancurkanmu juga jika itu berarti mempertahankan kendalinya atas keluarga ini."

Dante menghela napas panjang, berusaha menenangkan dirinya.

Dante berkata dengan pelan, namun tegas, "Amara, aku tidak peduli seberapa kuat nenekku. Aku sudah menghadapinya selama bertahun-tahun. Yang membuatku lemah adalah kau. Kau yang terus membangun dinding di antara kita, seolah aku ini orang asing. Aku mencintaimu, Amara. Tapi aku tidak bisa terus-menerus berdiri di luar hidupmu seperti ini."

Amara menunduk, rasa bersalah menggerogoti hatinya. "Aku tidak ingin kau kehilangan segalanya karena aku."

Dante dengan nada sedih menjawab, "kau sudah berulang kali mengatakan itu, Amara. tapi asal kau tahu, aku sudah kehilangan sesuatu yang paling berharga, Amara ... yaitu, kau. Kau tidak pernah mempercayaiku"

Kata-kata itu menghantam hati Amara seperti palu. Ia memejamkan matanya, mencoba mengusir air mata yang akhirnya tumpah juga.

"Aku... Aku tidak tahu harus bagaimana, Dante. Aku ... takut.

"Dan aku takut kehilanganmu selamanya" Dante memotong Amara. "Kita sudah melewati banyak hal bersama, Amara. Aku tahu kita bisa melewati ini juga, tapi hanya jika kau berhenti mendorongku menjauh."

Keheningan menggantung di antara mereka. Suara napas Nico yang teratur adalah satu-satunya hal yang terdengar di kamar itu.

Akhirnya, Amara berdiri, menghindari tatapan Dante. Amara berbisik, "Aku perlu waktu, Dante."

Dante memandangnya dengan tatapan penuh luka, tetapi dia tidak memaksa.

"Aku akan menunggumu, Amara. Berapa lama pun itu."

Amara keluar dari kamar Nico dengan air mata mengalir di pipinya, sementara Dante tetap duduk di sana, menatap anak kecil yang tertidur lelap, berharap keajaiban akan memperbaiki semua yang rusak di antara mereka.

Namun, di dalam hatinya, Dante tahu bahwa perjuangan ini baru saja dimulai. Ia harus menemukan cara untuk meruntuhkan dinding yang dibangun Amara di sekeliling hatinya, sebelum segalanya terlambat.

1
Umi Barokah
bab 23..?
Umi Barokah
wah .. wah ... hai Dante....🤗 sini tak bujuk...
Umi Barokah
recommended sih. . bikin penasaran sama tokoh Amara akan ambil keputusan akhirnya gimana...
Shuyu: terima kasih supportnya..
total 1 replies
Umi Barokah
huuuuwwww.... ditunggu
Umi Barokah
nanti kalau ketahuan gawat si Amara ini
Umi Barokah
semangat kaka..
Shuyu: siip...
total 1 replies
Apaqelasyy
Perasaan campur aduk. 🤯
Shuyu: owke, nanti ku chek lagi ya buat perbaikan. btw makasih komen nya.
total 1 replies
edu2820
Makin penasaran dengan kelanjutannya!
Shuyu: siap siap episode selanjutnya kaka...insyallah up hari ini. makasih sdh baca.../Applaud/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!