Rachel seorang mualaf mantan kupu-kupu malam dan dinikahi oleh seorang anak ustad, berharap pernikahannya akan membawanya ke surga yang indah.
Namun, ternyata semua tidak seindah yang dia bayangkan. Farhan menikahi Rachel hanyalah untuk menolongnya keluar dari dunia hitam.
Mampukah Rachel bertahan dalam rumah tangga yang tanpa cinta?
Jangan lupa subcribe sebelum melanjutkan membaca.
info tentang novel mama bisa di dapat di
ig reni_nofita79
fb reni nofita
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16. Aku Harus Kuat
Wanita bisa kehilangan akalnya karena orang yang dia cintai. Oleh karena itu dia butuh tamparan ribuan kali agar dia sadar dan tahu diri. Allah biarkan tamparan itu berupa rasa sakit hati dari orang yang dia cintai sehingga logikanya berjalan dan tidak lagi menggunakan perasaan.
Mulai hari ini aku harus menggunakan logika. Terima kasih atas tamparan yang telah engkau berikan, Mas. Sehingga aku sadar posisiku.
Satu jam telah Rachel mandi di bawah guyuran air shower. Di saat kesadarannya hampir hilang, wanita itu mengusap wajahnya dengan kasar.
"Sadar Rachel, kenapa kamu jadi lemah begini. Bukankah Farhan bukan pria pertama yang menghinamu. Selama dua tahun bekerja di klub, lebih banyak lagi kata-kata kotor yang kau terima dari lelaki hidung belang lainnya. Bangkitlah! Jangan cengeng. Ini bukan dirimu," gumam Rachel pada dirinya sendiri.
Farhan yang masih duduk di tepi ranjang sepertinya sudah mulai gelisah. Dia takut Rachel melakukan hal yang tidak diinginkan.
Farhan berdiri dari duduknya, dan berjalan mendekati pintu kamar mandi. Pria itu mengedor pintu dengan cukup keras.
Saat Farhan ingin mendobraknya, bertepatan pintu terbuka. Pria itu ingin memeluk Rachel, tapi dia langsung mundur.
"Maaf, Mas. Aku telah ambil wudu," ucap Rachel.
"Sebagian ulama tidak melarang suami istri bersentuhan setelah berwudu," ujar Farhan.
"Maaf Mas, aku hanya berpatokan pada pendapat Imam Syafi'i , suami dan istri jika bersentuhan akan menyebabkan batalnya wudhu secara mutlak," ujar Rachel.
Rachel berjalan menuju lemari dan mengambil piyama serta mukenanya. Kembali Farhan mendekati istrinya itu.
"Kamu mau kemana?" tanya Farhan. Dia ingin minta maaf atas kata-katanya yang sedikit kasar.
"Mas pasti tahu seseorang yang memakai mukena biasanya mau ngapain?" Rachel balik bertanya.
Tanpa menunggu jawaban suaminya, Rachel keluar kamar menuju ruang musala. Wanita itu lalu melaksanakan solat malam.
Farhan menyadari jika Rachel pastilah saat ini masih marah dan kecewa atas ucapannya tadi. Sehingga memilih tidur dan tidak menyusulnya.
Setelah mengerjakan solat malam, Rachel berdoa sambil berurai air mata. Sekeras dan sekuat apa pun dia berusaha untuk tegar, tapi dia tetap wanita yang rapuh. Hatinya masih terasa sakit atas ucapan suaminya.
"Aku tidak tahu kenapa Tuhan memilihku sebagai salah satu manusia yang hidup ditakdir yang keras ini. Entah dari sisi mana Tuhan melihat ketangguhan dan kemampuanku untuk melewati semua ini. Dulu setiap malam aku harus menangis karena kasihan pada diri sendiri. Setiap hari harus berpura-pura terlihat baik-baik saja. Dihadapan semua orang harus menahan rasa mengeluh, rasa hancur, rasa ingin marah, semua ku tahan sendirian," ucap Rachel terisak karena menahan tangis.
"Baru saja aku merasakan kebahagiaan, dan ingin melupakan semua kesedihan yang aku rasakan, kembali Tuhan mengujiku dengan cinta seorang pria.Bagaimana Tuhan bisa berikan ujian seberat ini padaku yang lemah? Bagaimana Tuhan bisa percaya aku mampu, sedangkan diriku sendiri ragu? Aku benar-benar sampai di titik pasrah, pintaku pun pada Tuhan tidak banyak, sekiranya memang ini sudah jalanku, kuatkan aku pada apa yang telah menjadi takdirku ini."
Akhirnya tangis Rachel pecah. Bahunya tampak bergetar menahan tangis. Kehadiran ibu mertuanya tidak disadari oleh wanita itu.
Tanpa Rachel dan Farhan tahu, ternyata ibu dan ayah mendengar pertengkaran mereka. Ibu yang melihat Rachel keluar kamar, mengikutinya hingga ke musala ini.
Ibu Nur memeluk Rachel dan membawa ke dalam dekapan tubuhnya. Menyadari itu, tangis Rachel kembali pecah.
"Ibu ...." Hanya itu yang bisa dia ucapkan di sela isak tangisnya.
"Ibu meminta maaf atas nama Farhan, Nak. Maafkan dia. Ibu merasa telah gagal mendidiknya," ucap Ibu Nur. Wanita paruh baya itu juga menangis.
"Ibu tidak bersalah," ucap Rachel.
"Ibu mohon maafkan Farhan, jangan tinggalkan dia. Ibu percayakan Farhan denganmu, Nak. Bersabarlah menghadapi semua ujian dalam rumah tangga kalian. Pelangi tidak akan muncul jika hujan tak turun membasahi bumi," ujar Ibu Nur.
...****************...