Jingga lelah dengan kehidupan rumah tangganya, apalagi sejak mantan dari suaminya kembali.
Ia memilih untuk tidak berjuang dan berusaha mencari kebahagiaannya sendiri. dan kehadiran seorang Pria sederhana semakin membulatkan tekadnya, jika bahagianya mungkin bukan lagi pada sang suami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deodoran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Koa dan Jingga
"Cilukba.....cilukba..... Emmuah....anak ayah wanginya minta ampun....." Koa tak henti hentinya mencium pipi gembul Baby Senja yang kini sudah berusia tujuh bulan itu. Yah! Jingga memutuskan untuk memanggil anak pertamanya itu dengan nama belakangnya.
"Anaknya udah wangi.....Ayahnya yang bau....."Jingga mengambil handuk dari dalam lemari lalu mengalungkannya dileher pria yang kini berstatus sebagai suaminya itu, "Ayah mandi dulu gih....bau keringat." meski berkata demikian namun Jingga tetap mengecup pipi Koa.
"Tapi Sayang suka kan......?" Koa menarik tubuh Jingga lalu membaringkannya persis disamping Lembayung Senja. Ia kemudian melakukan hal yang sama kepada Jingga, menggelitik dan memberi ciuman bertubi tubi diwajah Jingga, hingga wanita itu beberapa kali memohon ampun.
Aku pernah membayangkan kehidupan rumah tangga seperti ini. Suamiku tersenyum bahagia saat aku menyambutnya pulang kerja.
lalu Kami saling bersenda gurau dan tertawa bersama. Dan hanya bersama Koa aku mampu mewujudkannya bukan sekedar Angan angan saja, Pria ini mengajarkanku menikmati rasa dicintai dan mencintai ( Jingga Marina.)
Sembari memeberi Asi kepada putrinya, Jingga terus menatap lukisan yang menyatu dengan tembok dihadapannya.
Bagaimana ia tidak merasa Bahagia saat lukisan itu dibuat bahkan sebelum dirinya bisa tertawa seperti itu. Kata Koa Lukisan itu mewakili masa depannya. kelak ia ingin melihat Jingga selalu tertawa bahagia seperti yang ia lukiskan.
Selepas mandi, Koa yang sudah mengenakan pakaian rumahan langsung berbaring dan memeluk Jingga dari belakang,ia mengecup pundak terbuka sang istri yang masih menyusui Lembayung Senja.
Saat bayi mungil itu mulai terlelap Jingga mengubah posisi tidurnya menghadap Koa yang masih terus mengecupnya.
Seperti itulah Koa Apapun yang ada dihadapannya akan ia kecup asal itu adalah bagian dari Jingga.
Jingga pernah merasakan tinggal di rumah yang cukup mewah, kemudian setelah menikah kembali pindah dikediaman yang lebih mewah lagi, Sejak kecil Jingga tak pernah merasakan kesulitan ekonomi, apalagi setelah menjadi Nyonya muda Bratajaya Limpahan materi yang ia terima terasa tanpa batas. Namun semuanya terasa begitu hampa tak ada kebahagiaan sama sekali dalam rumah tangganya. Namun lihatlah kini, ia memakai daster bertali satu yang bisa ia dapat dengan harga tiga seratus. Tak ada perhiasan mahal, tas branded, rumah mewah. Mereka bahkan tidur bertiga dalam satu kasur didalam kamar berukuran empat kali empat meter, dengan dapur mini dan kamar mandi wc jongkok di dalam kamar tersebut. Namun Jingga merasa hidup didalam surga. Koa memberikan apa yang tidak pernah ia dapatkan dari seorang Danish.
Kini Jingga percaya uang tak akan bisa membeli kebahagiaan.
"Alih alih mencubit setiap hari aku hanya akan mengecupmu untuk memastikan jika ini bukanlah mimpi......"
"Sudah dua bulan sejak menjadi istrimu setiap hari aku selalu mendengar kata kata yang sama....padahal kau melakukan lebih dari sekedar kecupan dan kau masih meragukan kenyataan ini...." Wajah Jingga seketika bersemu merah, Ah...rasa pengantin baru memang semenyenangkan itu.
Koa yang gemas menggigit pipi chubby Jingga pelan. Wanita itu memang sedikit berisi setelah hamil dan melahirkan.
"Ish......" Jingga memasang wajah pura pura kesalnya seraya mengusap pipinya yang basah karena liur Koa .karena pada dasarnya ia selalu suka diperlakukan seperti ini oleh Koa.
"Ya sudah sini ayah...lap...muah muah....muah....." Lagi lagi hanya kecupan bertubi tubi yang diterima Jingga, hingga kedua insan yang saling bergelut manja itu tidak terasa sudah terjatuh dari atas kasur yang memang sangat rendah karena Dikamar kontrakannya Koa tak memiliki tempat tidur tinggi namun hanya sebuah kasur yang muat untuk mereka bertiga.
Jingga terlentang disamping Koa...ia menyerah dengan suaminya yang terus menggelitikinya.
Koa tersenyum dan kembali mengecup kening Jingga sebelum akhirnya bangkit dan mengambil amplop coklat dari dalam saku jaketnya yang menggantung pada paku yang tertancap didaun pintu.
"Gaji terakhir minggu ini."Ujar Koa.
Jingga mencium Amplop tersebut sebelum membuka isinya dan mendapati uang pecahan seratus ribu sebanyak sepuluh lembar didalamnya.
Sejak menjadi istri Koa, Jingga menerima semua nafkah yang pria itu berikan, mulai dari hasil melukis setiap sore dipantai, sampai gaji Koa sebagai buruh bangunan.
Koa tak pernah melarang Jingga memakai uangnya sendiri bagaimanapun ia sadar uang yang ia berikan tak ada apa apanya dibandingkan tabungan Jingga. Meski begitu ia tetap menjalani kewajibannya untuk memberikan nafkah.
Jingga juga sangat menghargai berapapun Nafkah yang diberikan Koa, ia berusaha untuk mencukupkan nafkah tersebut dengan biaya hidupnya sehari hari. Jingga tak ingin melukai harga diri Koa dengan memakai uangnya maka dari itu Jingga berusaha berpenampilan sesederhana mungkin ia ingin semua yang melekat pada dirinya dan Sang putri murni dari Koa.
"Kenapa gaji terakhir?"Alis jingga mengkerut.
"Proyeknya sudah selesai....Tapi mandornya janji kalau ada proyek baru akan kembali menghubungiku." Koa mengusap pucuk kepala Jingga yang duduk bersila dihadapannya, "Maaf karena Aku mencintaimu....." lanjut Koa.
Jingga memutar mata jengah dan itu berhasil membuat Koa tersenyum, "Tidak ada yang salah kenapa harus meminta maaf....aku bahagia hidup seperti ini, lagi pula akan ada kesempatan untuk kembali bekerja kan?" tanya Jingga memastikan namun suaminya itu menggeleng pelan.
"Tidak ada! Karena aku tak ingin menjadi buruh bangunan lagi....."
"Kenapa?"
"Aku ingin membawa anak dan istriku melihat Sang Jingga di langit Atlantis....."
Jingga terkekeh lalu mencubit perut Koa pelan, "Ada ada saja....itu hanya sekedar gurauan tidak jelas....." Jingga memang bernah berkata demikian namun itu hanya sebatas ungkapan. Dan lagi bukankah Atlantis itu adalah suatu tempat yang dianggap sebagai sebuah Mitos kuno?
"Apakah kau pernah membaca sebuah teori jika Atlantis ternyata ada di Indonesia?" Kali ini Tatapan mata Koa terlihat begitu serius.
"Pernah.....tapi itu hanya dugaan kan..." Jingga nampak acuh tak acuh.
"Kalau begitu Aku akan ciptakan Atlantis versi keluarga kecil Koa Danudara dimana Ada Koa, Jingga dan Lembayung Senja....."Koa memegang kedua tangan Jingga dan menatapnya penuh binar kebahagiaan.
Jingga bahkan bisa melihat lukisan kesungguhan dari tatapan penuh damba itu.
"Aku masih memiliki rumah dan sepetak sawah peninggalan orang tuaku di kampung......."Kata kata Koa terputus saat Jingga mulai menginterupsi.
"Jangan Bilang......"Jingga menggeleng pelan, ia takut apa yang ada difikirannya benar benar dilakukan Koa.
"Aku menjualnya!" Koa menutup bibir Jingga dengan kecupan ringan saat wanita itu kembali hendak melayangkan protes, "Jangan pernah mempertanyakan caraku membahagiakan Kalian...jangan pernah memikirkannya! Istri dan anakku cukup menerimanya saja..."Koa menangkup kedua pipi Jingga lalu memeluk wanita itu erat.
Bukan hanya angan angan ku yang ia buat menjadi kenyataan.....
Koa bahkan membawaku ketempat yang Ia maksud Atlantis versi Seorang Koa Danudara....
Bagaimana aku tidak dibuat jatuh cinta setiap detiknya? disaat Koa mencintai aku dan anakku secara ugal ugalan....Dia satu satunya pria yang kupercaya bisa membawa bulan kepangkuanku. (Jingga Marina).
semoga ada karya baru yg seindahhh ini... aamiin
semua karya author yg pernah aku baca keren semua... 👍👍👍
(sedih banyak penulis yang keren yang gak lanjut disini)
But , sedih banget pas baca kalau kemungkinan novel ini menjadi novel terakhir kakak di Noveltoon 😭
Kakak mau pindah kemana?