Caroline Blythe Berasal dari keluarga Broken Home dengan ibu yang harus masuk panti rehabilitasi alkohol. Hidup sebatang kara tidak punya kerjaan dan nyaris Homeless.
Suatu ketika mendapat surat wasiat dari pengacara kakeknya bahwa beliau meninggalkan warisan rumah dan tanah yg luas di pedesaan. Caroline pindah ke rumah itu dan mendapatkan bisikan bisikan misterius yang menyeramkan.
Pada akhirnya bisikan itu mengantarkan dirinya pada Rahasia kelam sang kakek semasa hidup yang mengakibatkan serentetan peristiwa menyeramkan yang dialaminya di sana. Mampukah Caroline bertahan hidup di Rumah tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leona Night, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ruangan Tersembunyi
Caroline’s POV
Aku termangu mendengar pejelasan dari Ny Jenkins pemilik Losmen. Aku pun merasa memang benar apa yang dikatakannya, bahwa dalam radius 30 km dari desa Raven Wood, tidak ada perumahan apapun. Lalu mengapa Charles berbohong padaku?
Malam itu di kamar Motel, aku menerima pesan singkat dari Harry, dia menanyakan kabarku.
“Caroline, apakah semua baik baik saja? Apakah kau sudah merasa lebih sehat?”
Aku merasa bingung dengan semua kebaikan Harry, disisi lain aku sudah menganggap dia calon suami orang. Tapi aku juga sedang tidak baik baik saja. Aku sungguh bingung.
“Ya Harry, semua baik baik saja,” jawabku.
“Dalam dua hari aku akan ke Raven Wood. Kau yang tenang di sana. Tunggu aku ya,” Tulis Harry
“Ya,” jawabku singkat.
Tak lama aku pun tertidur. Dalam mimpiku aku merasa ada di tepi sebuah danau. Dari kejauhan aku melihat nenek berada dalam sebuah perahu yang di dayung oleh pria yang mengenakan topi hitam, dengan wajah yang tidak jelas.
Nenek melambai ke arahku, dan berteriak, “Caroline tolong kami,”
Teriakan nenek begitu nyata terdengar berulang kali sehingga aku pun tersadar dan bangun.
Tapi bisikan itu tetap ada, “Caroline tolong kami” demikian berulang ulang hingga aku pusing dan menutup telingaku dengan bantal.
Tapi suara itu semakin tajam dan nyaring. Aku menangis karena pusing dan bingung. Duniaku berputar putar seperti terkena Vertigo, hingga akhirnya aku tak sadarkan diri.
Pagi hari aku bangun dan merasa kepalaku berat sekali, tetapi aku harus bekerja. Setelah mandi dan membersihkan diri, aku membuka pintu kamar losmen, dan di sana ada willy.
“Hai Willy, selamat pagi,” ujarku
“Hai Caroline, aku diminta oleh nenek untuk membawakan makanan untukmu,”
Aku terkejut dan menerimanya dengan senang hati, “Sampaikan pada Nenek Luisa, aku sangat berterimakasih,”
“Bagaimana kondisimu?” tanya Willy
“Sudah lebih baik, hanya saja aku masih merasa lemas dan tadi malam pusing luar biasa. Namun pagi ini pusingku sudah hilang dan aku merasa lebih sehat,”
Aku lalu mencoba menata hati supaya lebih santai dan bertanya pada Willy,” Apakah kau kenal dengan warga desa yang bernama Charles?”
“Charles siapa?” tanya Willy
“Hanya Charles, selebihnya aku tidak tahu. Ketika aku pulang kerja, lalu terjadi hujan dan petir, dia mengantarku pakai motornya, sampai rumah. Dia katakan, bahwa dia kerja di pembangunan Cluster perumahan dekat sini. Apakah ada pembangunan cluster di sini?”
“No,setahuku tidak ada,” jawab Willy.
“Kau harus hati hati, Caroline , lain kali jangan mau sembarang orang antar kau pulang. Siapa tahu dia punya niat jahat.” jelas willy
“Ya, waktu itu dia baik dan aku tidak mengalami hal buruk, karena itulah aku bertanya padamu,”
“Hemm aneh. Kalau dia warga sini seharusnya aku kenal, “ jawab Willy
Aku merenung, teringat kembali dengan mimpi tentang nenek ku.
“Willy, maukah kamu mengantarku pulang sebentar? Aku ingin menengok rumah ku,”
“Tentu, aku juga penasaran dengan rumah mu itu.’
Akhirnya kami berdua pun menuju rumah tua kakek. Entahlah aku merasa ada sesuatu yang menantiku di sana. Mimpi ku tentang nenek seolah membawa pesan tertentu.
****
Rumah itu masih berdiri tegak dengan segala misteri di dalamnya. Pagi itu aku diantar Willy untuk kembali ke rumah dan melihat situasi sekaligus mengambil beberapa barang yang aku perlukan.
Aku persilahkan Willy duduk di ruang tamu, sementara aku masuk ke dalam kamarku. Saat aku keluar kamar, aku lihat willy mengetuk ketuk tembok dan berkata,” Tampaknya dibalik dinding ini ada ruangan yang tersembunyi,”
“Dari mana kau tahu?” tanyaku
“Lihat ada kayu diatas itu. Itu seperti kayu rangka untuk pintu. Dan ketika aku ketuk dinding ini aku ada suara yang berbeda,” ujarnya.
Willy melihat sekeliling ruang tamu lalu berkata,” Rumah ini menyimpan banyak memori menyedihkan Caroline, sebaiknya kau tidak tinggal di sini. Aura rumah ini menakutkan,”
“Aku tertarik dengan dugaan mu bahwa ada ruangan di balik dinding ini. Bagaimana jika kita cari tahu?” jawabku.
“Boleh,” ujar Willy.
Lalu aku bersama Willy berjalan menuju gudang tempat tukang Harry menyimpan peralatan pertukangan. Willy yang berbadan atletis itu lalu mengambil Palu godam yang akan digunakan untuk menghancurkan dinding yang dicurigai sebagai penutup ruangan yang ada di kamar tamu.
Setelah itu, kami berdua kembali ke ruang tamu, dan Willy mulai mencoba menghancurkan tembok yang menjadi penghalang ruang tersembunyi.
Break..Braak..Braak
Dinding perlahan lahan hancur berantakan, dan seperti dugaan Willy, ada udara atau angin yang menerpa ke arah kami dari dalam dinding, Willy makin semangat membongkar tembok itu dan akhirnya terlihatlah ruangan yang telah ditutup berpuluh puluh tahun.
Setelah cukup lebar untuk dimasuki, aku menjadi orang pertama yang memasuki ruangan itu setelah puluhan tahun lalu. Begitu aku masuk ke dalam ruangan, hawa dingin menerpa wajahku dan bau anyir menyeruak seketika. Aku masuk dalam ruangan dengan membawa senter yang kemudian aku arahkan ke berbagai sudut ruangan.
Terdengar lagi suara berbisik bisik yang sangat keras, suara yang terdengar sangat random dan tidak jelas. Seperti suara sekumpulan orang yang entah berbicara apa. Willy menyusul masuk, dan seketika aku bertanya pada Willy, apakah dia juga mendengar hal yang sama.
“Kau dengar suara berbisik bisik yang sangat gaduh di dalam ruangan kecil ini willy?” tanyaku
“Tidak, aku sama sekali tidak mendengar apapun. Aku hanya mencium bau tidak enak dari ruangan ini. Seperti lembab dan kekurangan oksigen,” ujar Willy.
Dalam ruangan itu ada meja dan kursi kantor. Meja dan kursi itu anehnya masih utuh dan tidak dimakan rayap. Aku buka laci meja itu satu per satu. Dan aku temukan sebuah buku tulis hitam yang tebal. Aku ambil buku itu dan aku buka. Willy membantuku menyorotkan senter sehingga aku bisa melihat buku apa gerangan itu.
Buku itu ternyata seperti agenda yang didalamnya banyak sekali catatan yang entah apa itu. Hal yang paling menarik dari buku yang aku temukan itu, didalamnya ada foto nenek ku dan foto seorang pemuda yang sangat mirip dengan charles. Bahkan sempat aku mengira itu adalah foto Charles.
Aku sangat terkejut, mengapa ada foto charles atau orang yang mirip charles bersama dengan nenek ku. Tak lama kemudian terdengar suara erangan yang menakutkan dan bergema dari segala penjuru.
“Arrrgh…Arrrgh….arrrgh…”
Aku dan Willy saling pandang, lalu spontan willy berlari keluar dri ruangan itu dan aku mengikutinya dari belakang. Suara erangan itu bukannya makin reda malah makin menjadi jadi. Suara itu seperti harimau yang siap menerkam mangsanya.
“Ayo segera pergi dari sini,” ujar willy.
“Tunggu sebentar willy ada yang tertinggal dalam ruangan tadi,” kataku
Sontak willy menunjukkan wajah cemas dan berkata, “Cepat ambil apa yg kau perlukan dan kita pergi dari sini,’ ujarnya.
Aku kembali ke dalam ruangan gelap itu, dan aku mendobrak lemari meja dan benar di situ aku menemukan kotak satu besar dan satu kecil. Kotak yg besar itu aku buka, dan oh my God , kotak itu berisi kepala manusia yang sudah menjadi tengkorak, dengan rambut yang masih tergerai. Sontak aku lemparkan kotak itu dan tanpa pikir panjang lagi aku ambil kotak yang kecil lalu keluar dari dalam ruangan. Sambil berteriak keras
“Lari…Willy Lari..”
Terdengar suara erangan lagi yang lebih keras mengejar ku dari arah belakang
“Eaaargh….eaaargh….eaaargh…pergi kau dari sini..pergi,” ujar suara itu.
Sekilas aku menoleh, dan oh….tengkorak berjubah putih itu lagi….dia mengejarku…
Sekuat tenaga aku berlari kencang dan langsung naik ke motor Willy dan kami segera meninggalkan rumah tua itu. Dari kejauhan aku menoleh rumah itu nampak gelap, sepertinya listriknya mati atau entah karena apa.
Aku memeluk Willy erat erat dan merebahkan kepalaku di punggungnya dan mulai menangis. Air mataku menetes tanpa henti dan tidak bisa aku kontrol. Willy tidak membawaku kembali ke losmen, melainkan ke toko kue. Nampaknya dia tahu aku butuh ketenangan dan sepertinya dia sadar aku tidak mungkin ditinggal sendirian di Losmen.
Sesampainya di toko roti, aku segera di tuntun willy menuju ke ruang keluarga yang ada di belakang toko dan menemui neneknya.
“Caroline, Ada apa lagi dengan dirimu? Duduklah aku ambilkan minuman hangat,”
Willy yang sudah membongkar kamar itu seharian nampak lusuh dan pakaiannya sangat kotor penuh debu dan keringat.
“Ada apa ini, dari mana kalian,” tanya nenek Luisa.
Willy menceritakan dengan singkat apa yang kami lakukan dan alami. Lalu Willy duduk di hadapanku dan bertanya, “Mengapa tadi kau berteriak untuk mengajakku lari dan keluar dari rumah itu?’
Aku terbata-bata dan dengan bibir gemetar aku berkata, “Kepala..di dalam sana Ada kepala yang terpenggal di dalam kotak kayu besar,”
Nenek Luisa dan Willy sama sama berteriak, “ Apa?….Oh My God”
Aku memandang mereka dengan air mata yang terus mengalir, lalu makin lama mataku makin kabur dan akhirnya akupun jatuh tak sadarkan diri.
*****