Ketika hidupnya terguncang oleh krisis keuangan dan beban tanggung jawab yang semakin menekan, Arya Saputra, seorang mahasiswa semester akhir, memutuskan memasuki dunia virtual Etheria Realms dengan satu tujuan: menghasilkan uang.
Namun, dunia Etheria Realms bukan sekadar game biasa. Di dalamnya, Arya menghadapi medan pertempuran yang mematikan, sekutu misterius, dan konflik yang mengancam kehidupan virtualnya—serta reputasi dunia nyata yang ia pertaruhkan. Menjadi seorang Alchemist, Arya menemukan cara baru bertarung dengan kombinasi berbagai potion, senjata dan sekutu, yang memberinya keunggulan taktis di medan laga.
Di tengah pencarian harta dan perjuangan bertahan hidup, Arya menemukan bahwa Main Quest dari game ini telah membawanya ke sisi lain dari game ini, mengubah tujuan serta motivasi Arya tuk bermain game.
Saksikan perjuangan Arya, tempat persahabatan, pengkhianatan, dan rahasia kuno yang perlahan terungkap dalam dunia virtual penuh tantangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miruのだ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berpisah Jalan
Boss Undead itu menjatuhkan sebuah perisai, Helm dan pedang yang dalam kondisi sangat buruk. Membuat bahkan Ferran kembali mengeluhkan, betapa keterlaluannya boss dungeon ini mengenai Drop item mereka.
Keduanya berjalan keluar dari ruangan boss, namun Ferran segera menarik Shira menuju ruangan rahasia yang telah mereka lalui sebelumnya secara tiba-tiba.
Ferran menutup pinta ruangan rahasia itu dan menempelkan telinganya pada dinding yang menjadi pintu masuk, Shira terlihat menaikkan alisnya heran.
Dia sebelumnya berpikir Ferran ingin memberikan penghormatan terakhir pada makam Asnold dan Sona sebelum keluar dari dungeon, namun seperti masalah lebih rumit dari yang ia pikirkan.
"Mm... Ferran?..."
"Ssstt..." Ferran menahan mulut Shira, memberikan tanda tuk tidak membuat banyak suara.
Beberapa menit akhirnya berlalu, suara beberapa tapak kaki yang terlihat terburu-buru melewati keduanya bergema disepanjang lorong. Jumlahnya sampai bahkan membuat Shira mengerutkan keningnya, seingatnya pemain yang mati akan terkena pinalti turun satu level dan tidak bisa login kedalam game selama 24 jam di dunia nyata.
Itu sama saja dengna dua hari didalam game, dan lagi jumlah pinalti penurunan level bisa menjadi semakin besar jika pemain memiliki Red Tag, akibat membunuh NPC atau pemain lainnya.
"Ferran?..." Shira berbisik pelan setelah mendengar suara puluhan langkah kaki sebelumnya mulai mengecil, terdengar sudah cukup jauh.
Ferran tidak membalas dan segera membuka pintu rahasia, menarik Shira dan menutupnya kembali. Dia segera berlari disusul oleh Shira, tanpa banyak bicara membuat Shira semakin kebingungan.
"Itu adalah Black Latern!" Tegas Ferran singkat seraya keduanya berlari keluar dari dungeon.
Shira melotot tidak percaya, "Bagaimana kau bisa begitu yakin itu adalah Black Latern?"
Ferran memandang Shira masih sambil berlari, "Logika!... Pemain tidak akan langsung hidup setelah mati, dan pemain terakhir yang masih hidup saat kita datang ke ruangan boss adalah pemain dari guild Black Latern!..."
Ferran menghela nafas panjang dan menatap lorong Dungeon didepannya dengan tatapan serius, "Mereka pasti sudah saling menghubungi satu sama lain, dan tebakanku pasti ada yang menjaga pintu masuk Dungeon!"
Shira melebarkan matanya tidak percaya mendengar berbagai analisa serta foresight yang Ferran lakukan, bahkan sebelum mereka dapat mengetahui akhir mereka melawan boss Undead sebelumnya.
Benar saja, ketika Ferran dan Shira tiba di pintu masuk Dungeon, keduanya dapat melihat dari kejauhan beberapa orang nampak berpatroli. Shira bahkan cukup yakin dirinya melihat simbol Guild Black Latern di Zirah mereka.
"Bagaimana?... Punya ide?" Shira melihat Ferran yamg tengah mencampurkan sebuah cairan pada cairan merah yang ia ketahui sebagai Explosion potion X.
Ferran mengikatkan potion itu pada rantai senjatanya sebelum memutarnya cukup kencang, alhasil potion itu terlempar sangat jauh sampai ke tepi hutan dekat pintu masuk Dungeon.
DARRR!!!
Sebuah ledakan besar tercipta menarik perhatian penjaga pintu masuk Dungeon.
"Ini kesempatan kita!..." Ferran segera berlari dengan seluruh kecepatan yang ia miliki, ketika melihat para penjaga yang ditugaskan Guild Black Latern tuk mengawasi pintu masuk Dungeon itu menghampiri ledakan yang ia buat.
Shira segera menyusul Ferran, bahkan melepaskan semua equipment tempur miliknya tuk meningkatkan kecepatannya.
Keduanya berhasil menyelinap keluar dari Dungeon tanpa disadari oleh para penjaga dari Guild Black Latern itu.
----->><<-----
Ferran dan Shira berhasil sampai di kota ketika matahari sudah mulai terbenam, tepat disaat dimana banyak pemain juga mulai kembali ke kota karena malam akan segera datang.
"Jadi ini adalah perpisahan kita ya?..." Shira menghela nafas panjang menatap Ferran dihadapannya. Keduanya telah memutuskan tuk mengejar warisan dari Asnold dan Sona, jadi mereka harus berpisah jalan untuk pertama kali.
Ferran menghela nafas panjang dan menatap Shira dengan perasaan campur aduk, "Tentu kita akan bertemu lagi, setelah menjadi lebih kuat tentunya!..."
Ferran tersenyum lebar dan mengepalkan tinjunya, Shira disisi lain juga ikut tersenyum lebar dan membalas tinju Ferran.
"Sampai bertemu lagi... Kawan!..."
"Yah... Kau juga jaga dirimu!"
Shira dan Ferran berbalik dan mengambil jalan yang berbeda di kota, pertemuan dengan teman baru memang mengasyikkan, namun pertemuan akan selalu berujung pada perpisahan, baik itu sementara ataupun selamanya.
"Begitu ya?..." Lauria tampak sedikit lesu mendengar Ferran hendak pergi meninggalkan kota tuk pergi ke benua tengah mencari sesuatu.
Rita disisi lain hanya tertawa kecil melihat ekspresi putrinya itu, dia lalu mengeluarkan dua buah kertas dari balik meja kasir dan mulai menulis sesuatu.
"Ferran bisa ke sini sebentar!..." Rita melambaikan tangannya pada Ferran yang tengah memilah beberapa belati tuk dia gunakan sebagai senjata cadangan.
Rita menyerahkan dua buah surat, yang satu di lengkapi amplop dengan stempel khusus, sedangkan yang lainnya hanya sebuah surat biasa dengan tanda tangan Rita.
"Salah satu temanku juga akan pergi ke kota perbatasan malam ini, jadi kau bisa menumpang padanya, berikan surat ini padanya dan dia akan mengerti!..." Rita menunjuk surat dengan tanda tangannya.
"... Lalu, yang satu ini untuk seseorang di kekaisaran Valenmir, aku yakin tanpa menyebutkan ciri-cirinya pun kau akan segera mengenali penerima surat ini, jadi..."
[Side Quest terpicu!
Latter from afar...
Pinalti jika gagal: None
Hadiah: ?
Rita memintamu mengirimkan surat pada seseorang di Kekaisaran Valenmir, namun dia tidak menyebutkan ciri-cirinya karena yakin dengan dirimu.
- Temukan penerima surat ini (0/1)]
[Terima/Tolak]
Ferran memejamkan matanya dan menatap kembali Rita, "Baiklah aku mengerti!..."
[Quest diterima!]
Setelah Ferran mengambil segala sesuatu yang ia butuhkan dalam perjalanan panjangnya, pemuda itu mengucapkan perpisahan sekali lagi pada Rita dan Lauria.
Mengikuti saran dan arahan dari Rita, Ferran pergi ke pasar kota dan mencari tempat singgah karavan pedagang. Disana Ferran mencari orang dengan ciri-ciri yang telah disebutkan oleh Rita, tidak perlu waktu lama bagi Ferran tuk menemukannya.
Karena jika memakai logika sehat manusia Ferran hanya perlu mencari karavan yang bersiap tuk berangkat keluar kota.
"Permisi, apa anda Lucian Marrik, namaku Ferran, nyonya Rita memperkenalkan anda pada saya!..." Ferran menghampiri seorang pria berumur 30 an tahun yang berdiri dekat karavan kuda yang bersiap berangkat keluar kota.
Lucan memiliki rambut cokelat kusut dengan sedikit uban di bagian pelipis, menunjukkan pengalaman hidupnya di jalanan. Dia mengenakan mantel kulit tebal berwarna cokelat dengan beberapa bekas tambalan, tanda bahwa ia sudah lama melintasi berbagai wilayah berbahaya. Lucan membawa banyak kantong di pinggangnya dan selempang berlapis kain tebal yang penuh dengan barang-barang unik dan botol-botol kecil. Sepasang sepatu botnya tampak kokoh, cocok untuk perjalanan panjang. Di lehernya tergantung kalung dengan liontin yang menunjukkan afiliasinya dengan pedagang-pedagang keliling yang sering bertemu di titik-titik perbatasan.
Lucian menurunkan kacamata hitamnya sedikit melihat kearah Ferran yang menyapa dirinya, seraya menyodorkan sebuah kertas. Lucian mendengarkan perkenalan Ferran sebelum menerima kertas tersebut.
Pria paruh baya itu tertawa kecil setelah membaca isi kertas itu, "ahahaha... Begitu ya... Kau pasti Alchemist yang diceritakan oleh Rita itu ya, salam kenal aku Lucian Marrik... Rita menceritakan banyak tentangmu lho!..."
Ferran tersenyum tipis mendengar hal itu, "begitukah?..."
"Bukankah kau ingin menumpang menuju kota perbatasan, naiklah kau tiba tepat waktu karena kami akan segera berangkat!" Lucian menunjukkan empat gerobak karavan disebelah nya.
Lucian adalah pedagang keliling yang menjual segala barang, dia sering berkeliling dari satu kota ke kota lainnya, namun dibandingan dengan kota perbatasan Lucian tidak akan mangkal terlalu lama di kota lainnya.
"Vin, Ella, dia adalah Ferran seorang Alchemist yang akan menumpang perjalanan dengan kita kali ini, jangan bertengkar dengannya ya!..."
Lucian memiliki dua orang pekerja tuk membantunya berdagang, seorang manusia biasa, pria berumur 20 an tahun bernama Vin dan seorang gadis setengah dark elf mudah bernama Ella.
"Yoh!..." Vin mengangkat tangannya tanda menyapa dan berkenalan dengan Ferran.
"Mohon bantuannya Ferran!" Sedangkan Ella menunduk ketika berkenalan dengan Ferran.
Ferran tersenyum tipis saat berkenalan dengan keduanya, Vin adalah pribadi yang pendiam namun tidak pernah menolak berinteraksi dengan orang lain. Berkebalikan dengannya, Ella adalah gadis yang ceria dan energik.
Lucian tidak sendiri dalam perjalanan karena ada dua karavan pedagang lainnya yang mengikuti satu rombongan dengannya. Selain itu setiap Karavan juga menyewa sedikitnya lima petualang seperti Ferran tuk menjaga rombongan mereka dari perampok dan monster dijalanan.
Rombongan Karavan akhirnya berangkat ketika matahari sudah terbenam, Vin duduk di bangku kusir di temani oleh Lucian disampingnya. Sedangkan Ella duduk di atap karavan, meperhatikan jalan dari atas.
Ferran disisi lain menghela nafas panjang dia duduk di kereta paling belakang, dimana dirinya bisa beristirahat seperti perkataan Lucian.
Pemuda itu juga tidak menolak tuk beristirahat mengingat juga tidak ada yang bisa dia lakukan, dengan kecepatan kereta kuda karavan saat ini, jika mereka terus mempertahankan kecepatan mereka maka Lucian memperkirakan akan tiba di kota berikutnya tepat saat seora hari.
Ferran menggunakan tas selempangnya sebagai bantalan tidur, sebelum membaringkan tubuhnya. Ferran menatap atap kereta kuda, beberapa hal terlintas dibenaknya membuat pemuda itu tersenyum tipis.
Ferran membuka menu game dan memilih log out meninggalkan karakternya yang tertidur di kereta kuda.
Arya melepaskan Virtual Box dari kepalanya dan meregangkan badannya yang kaku, dia melihat jam di ponselnya yang menunjukkan pukul 11 malam, Arya menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan berjalan menuju laptopnya.
Pemuda itu membuka forum Etheria Realms, Forum game Etheria Realms hanya bisa dibuka memakai akun yang telah didaftarkan pengguna dalam game.
Forum Etheria Realms memuat sangat banyak hal seperti diskusi antar pemain, layanan developer bahkan toko untuk menjual barang-barang didalam game.
Karena tujuan Arya adalah mencari uang dari dalam game, maka Arya segera membuka menu toko setelah berhasil masuk ke Forum. Setiap pemain bisa membuat toko mereka sendiri di forum, toko ini bisa bersifat individual atau untuk grup.
Selain itu Fairy Tale Co. akan memotong sedikit keuntungan pemain dari barang yang mereka jual sebagai pajak dagangan, jumlahnya memang tidak terlalu besar, namun mengingat jumlah transaksi di forum setiap harinya, keuntungan yang didapat oleh Fairy Tale Co. tentu tidak dapa dianggap remeh.
Didalam toko selain bisa menjual barang-barang in game, pemain juga bisa melelang mereka di menu lelang tuk mendapatkan harga yang lebih tinggi.
Jarang terjadi lelang, namun selalu ada keributan besar jika lelang terjadi mengingat barang yang diperebutkan dalam lelang selalu lah harta berharga.
Arya memegang dagunya berpikir sejenak sebelum menamai tokonya di Forum dengan nama "Green Alchemist Atelier". Arya tersenyum tipis, dan mulai memajang potion-potion dengan kualitas High-grade dan Fine-grade di tokonya.
Sebelumnya saat melakukan riset pasar, Arya mendapati sebagian besar potion yang dijual di toko memiliki kualitas mid-grade. Jarang ada potion sekelas Fine-grade dijual di toko, ada pun pasti akan langsung lenyap.
Setelah menyusun dan mengatur harga tuk setiap Potionnya diangka cukup tinggi, Arya pun mengkonfirmasi tuk memajang mereka di tokonya. Arya menghela nafas panjang, dia meregangkan tubuhnya sekali lagi dan turun ke lantai satu tuk mengisi perutnya.