Ketika Gadis Jatuh Cinta

HAPPY READING

🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀

Adzan subuh pun berkumandang. Yusuf segera bangun dan keluar dari kamarnya untuk menuju kamar mandi. Tiba diruang keluarga, dia melihat ibunya yang sedang berusaha membangunkan Gadis yang tertidur di sofa.

"Bu, kok dia tidur disini? Bukannya tidur bersama Ibu?" Yusuf berjalan menghampiri ibunya sambil sesekali melirik Gadis yang tidak bergeming.

"Iya. Semalam ibu sudah ajak dia tidur dikamar bersama ibu. Tapi, katanya dia malas. Kamarnya kan sempit. Dia juga katanya kepanasan. Jadi, dia memilih tidur disini saja, katanya lebih enak. Apalagi, kan katanya dia jagoan. Jadi mau tidur di pohon pun, tidak apa-apa."

Yusuf hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar penuturan sang ibu.

"Ada-ada aja."

Yusuf kembali menggantikan sang ibu untuk membangunkan Gadis.

"Dis. Gadis, bangun." Yusuf dengan lembut menggoyang-goyangkan bahu Gadis agar dia terbangun.

"Aduh. Apalagi sih, Mas? Kenapa sih, senang banget ganggu orang tidur?" Gadis mengucek-ngucek matanya sambil bersungut-sungut.

"Dis, ini udah subuh. Kita sholat dulu, yuk." Yusuf mencoba mengajak dengan nada selembut mungkin.

"Kenapa sih, sholat mulu? Nggak capek apa? Udahlah, besok aja lagi sholatnya," celetuk Gadis tanpa membuka matanya.

"Dis, sholat itu ada lima waktu. Dan, hukumnya wajib untuk dikerjakan karena itu tiang agama. Kalau tidak, kita akan berdosa. Memangnya, kamu mau masuk neraka?"

"Udahlah, Mas. Pikirin dosanya nanti aja kalau udah mati. Sekarangkan kita masih hidup. Udah sana. Masih ngantuk nih." Gadis mengibas-ngibaskan tangannya kearah Yusuf sebagai isyarat agar pria itu menjauh darinya.

Yusuf menghela nafas berat menghadapi Gadis itu yang ternyata cukup melelahkan juga.

"Sudah, Suf. Kalau dia tidak mau bangun, kita sholatnya berdua saja yuk," ajak bu Santi yang juga mulai kualahan menghadapi Gadis.

"Tidak bisa, Bu. Ini anak mungkin tidak pernah diajarkan soal agama, makanya jadi begini. Tapi, sekarang dia tinggal bersama kita. Jadi, kita wajib mengingatkan dan mengajarkan dia," ucap Yusuf bersikeras. Dan dia kembali melirik Gadis yang masih saja tertidur.

"Dis. Gadis, mas Yusuf hitung sampai tiga ya. Kalau Gadis tetap tidak mau bangun juga, jangan salahkan mas, kalau bangunkannya dengan cara disiram air." ancam Yusuf yang membuat Gadis tersentak bangun.

"Kejam banget sih, Mas. Pasti nanti kalau udah punya istri, hobinya KDRT."

"Terserah Gadis mau bilang apa. Yang jelas sekarang Gadis bangun, ambil wudhu, terus kita sholat subuh berjamaah. Ayo," ajak Yusuf tegas.

"Iya-iya. Tapi janji ya, habis itu aku boleh tidur lagi."

"Oke," jawab Yusuf pasrah.

Meski rasa kantuk belum melepaskannya, namun Gadis tetap beranjak menuju kamar mandi karena tidak punya pilihan lain dan malas mendengar ocehan pria itu.

Setelah semuanya siap, mereka pun melaksanakan sholat berjamaah dengan khusyuk. Namun, tidak dengan Gadis yang masih dilanda rasa kantuk sehingga tidak bisa menyelesaikan sholatnya. Dia jatuh tertidur saat sujud kedua di rakaat pertama.

Saat sholat Yusuf dan ibunya selesai, mereka baru sadar kalau Gadis sudah tertidur pulas saat mereka sedang kusyuk sholat. Keduanya hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah konyol gadis itu.

🌻🌻🌻🌻🌻

Pagi harinya, Yusuf sudah bersiap-siap untuk berangkat kerja dihari pertamanya. Dia sudah terlihat rapi dan tampan dengan kemeja warna toska dan celana kain hitam yang dikenakannya. Begitu keluar kamar dan melewati ruang keluarga, lagi-lagi dia mendapati Gadis yang tertidur pulas di sofa.

"Benaran tidur lagi ini anak?" ujar Yusuf memperhatikan Gadis yang sedang asik ngorok.

"Sudahlah, biarkan saja. Kasian juga. Dia sepertinya belum terbiasa. Tadi saja waktu sholat subuh, dia sampai tertidur," jawab bu Santi yang juga juga baru muncul diruangan itu.

"Suf, kamu kenapa? Kok tiba-tiba melamun?" bu Santi dengan heran memperhatikan Yusuf yang melamun seperti tampak sedang memikirkan sesuatu.

"Aku hanya berpikir, apa iya dia tidak punya keluarga? Lalu, selama ini dia tinggal dimana? Di jalanan? Kalau iya, kasian juga ya, Bu. Aku jadi berpikir, ternyata aku lebih beruntung. Walaupun hidup susah, tapi setidaknya aku masih punya Ibu." Yusuf memperhatikan Gadis dengan tatapan prihatin dan iba.

"Makanya itu, Suf, kita itu harus bersyukur mau sesulit apapun keadaan kita. Karena, kita tidak tau diluar sana masih banyak orang yang jauh lebih susah dari kita," jawab Bu Santi menasehati.

Yusuf mengangguk setuju. Meski masih tertidur, namun Gadis ternyata mendengar pembicaraan ibu dan anak itu. Jujur, ada sedikit rasa bersalah dihatinya karena telah berbohong pada mereka. Apalagi mereka orang baik, tulus dan alim.

Tapi dia tidak punya pilihan lain. Dia butuh tempat tinggal. Dan, hanya merekalah satu-satunya harapannya saat ini. Kalau mereka tau dia masih punya keluarga, tentu mereka akan memaksanya untuk pulang dengan segala ceramah yang akan membuat kupingnya pegal.

"Oh iya, kamu mau masuk kerja?" bu Santi memperhatikan penampilan rapi sang putra.

"Iya, Bu. Seperti yang kemarin aku bilang. Ini hari pertama aku kerja. Doakan ya, semoga lancar. Kan kalau nanti aku punya banyak penghasilan, uangnya bisa ditabung buat biaya berobat Ibu," ucap Yusuf dengan sorot mata penuh harapan.

"Ibu pasti akan selalu doakan, semoga kamu sukses dengan segala pekerjaan yang kamu tekuni. Bukan karena ibu mengharapkan uang untuk berobat. Ibu kan juga sudah sering bilang, ibu pasrah dengan penyakit ibu. Ibu juga sudah pasrah, kapanpun dipanggil oleh yang maha kuasa. Jadi, sebaiknya kalau nanti kamu gajian, uangnya ditabung saja buat masa depanmu. Kan kamu juga butuh uang kan, untuk kembali bersama Rebecca," lirih bu Santi yang tampak sedih dan prihatin dengan keadaan mereka.

"Sudahlah, Bu, tidak usah bahas itu dulu. Sekarang, bagi aku tidak ada yang lebih penting selain kesehatan Ibu. Jadi, aku akan kerja keras, supaya Ibu bisa berobat. Oke?" ucap Yusuf tegas dan penuh tekat.

🌻🌻🌻🌻🌻

"Apa? Gadis hilang?!" seru Najwa terkejut saat Marina menyampaikan tentang hilangnya Gadis.

"Lebih tepatnya bukan hilang sih, Kak, tapi kabur."

"Kok bisa? Kenapa kamu membiarkannya kabur?" cecar Najwa yang mulai panik memikirkan putri kesayangannya.

"Kakak pikir aku tidak berusaha mengejarnya? Aku sudah kerahkan semua pengawalku untuk mengejar dan membawanya pulang. Tapi anak kakak itu benar-benar liar. Rumahku saja sampai dibakar. Untung masih bisa dipadamkan sebelum hangus semuanya," ungkap Marina yang masih sangat kesal mengingat kelakuan Gadis yang telah membakar rumahnya. Rasanya ingin dia unyek-unyek anak itu sampai jadi perkedel kalau ketemu!

"Ya Tuhan putriku. Dimana kamu, Nak?" Najwa mulai menangis karena cemas memikirkan putrinya.

"Bukan putri, Kak. Tapi dia itu lebih cocok menjadi putramu. Kelakuannya tidak sedikitpun menyerupai perempuan. Bahkan dia lebih parah dari preman pasar," gerutu Marina.

BERSAMBUNG