Srikandi, gadis cantik yang selalu digilai oleh setiap laki laki yang mengenalnya. karena selain cantik dan berasal dari keluarga kaya, Srikandi juga baik hati.
Srikandi memiliki seorang kekasih bernama Arjun, tetapi tanpa sepengetahuan Srikandi ternyata Arjun hanya menganggap dirinya sebagai piala yang dia menangkan dari hasil taruhan saja. Arjun tidak pernah mencintai Srikandi yang dia anggap sebagai gadis manja, yang hanya bisa mengandalkan harta orang tua.
Padahal tanpa sepengetahuan Arjun, Srikandi juga memiliki sebuah bisnis tersembunyi, yang hanya ayahnya saja yang tahu.
Saat Srikandi tahu kebusukan Arjun, Srikandi tidak marah. Srikandi bersikap santai tapi memikirkan sesuatu untuk membalas sakit hatinya. Apalagi hadirnya pria tampan yang mencintai dirinya dengan tulus. menambah lengkap rencana Srikandi.
Arjun harus merasakan juga mencintai tapi tidak di anggap. Arjun harus tahu rasanya patah hati .
ikuti kisah selengkapnya dalam
BUKAN LELAKI CADANGAN
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20
“Shika sa…” seorang pria masuk tanpa mengetuk pintu, mengalihkan perhatian nyonya Sinta dan Srikandi.
Pria yang berjalan dari arah pintu memperlambat jalannya, bahkan sepatah kata yang akan terucap masih menggantung di ujung lidah. Mencoba mengatur debaran di dadanya, pria itu akhirnya tetap melanjutkan langkah. Sungguh, dia juga tidak tahu kalau di dalam ruangannya, gadis pujaannya tidak sendirian.
Mana dia tahu kalau wanita yang dia tahu adalah nyonya Sinta, ibu dari Srikandi sedang berada di sana. Hampir satu tahun dia menjadi lelaki cadangan, dan wira wiri ke perusahaan ini, dia tak pernah sekalipun melihat kehadiran nyonya Sinta.
“Shika, sayang!” Dengan menebalkan dinding keberanian meski keringat dingin membasahi keningnya. Pria itu melanjutkan langkah. Sungguh. Rasanya seperti sedang berada dalam ruang sidang dan menunggu vonis hakim. Menegangkan. Jauh lebih buruk dari perebutan tender.
Nyonya Sinta. Wanita itu menatap bergantian ke arah pria yang tengah berjalan mendekat, dan putrinya yang sedang menunduk dengan telapak tangan berada di keningnya.
“Salam, Nyonya,” ucap pria dengan buket bunga di tangannya itu, ketika langkahnya telah sampai tepat di depan sofa di mana Srikandi dan mamanya duduk berdampingan.
Nyonya Sinta mengangguk menelisik pria di hadapannya. Tentu saja dia tahu dan mengenal wajah yang kini menunduk hormat di hadapannya. Itu adalah wajah putra dari Tuan Pandu, wajah yang sering berseliweran di media bisnis. Tetapi yang ingin dia tahu adalah kenapa pria itu berada di sini di ruangan putrinya. Dan kenapa pria itu memanggil putrinya dengan sebutan sayang.
“Bunga yang cantik untuk pacar yang cantik.” Pria yang tak lain adalah Yudistira mengulurkan buket bunga yang berada di tangannya kepada Srikandi.
Gadis itu memejamkan matanya erat-erat. Kenapa pria itu justru memanggilnya dengan sebutan seperti itu. Benar-benar tidak tahu situasi. Bukankah tahu kalau di ruangan ini sedang ada mamanya. Jangan katakan kalau pria ini tidak mengenal mamanya.
“Terima kasih.” Mau tak mau Srikandi menerima uluran itu. Meskipun setelah ini dia pasti akan mendapat berondongan pertanyaan dari mamanya.
“Maafkan saya, Nyonya. Saya tidak membawakan bunga untuk Anda, Saya benar-benar tidak tahu Anda berada di sini. Tetapi saya berjanji akan membawakannya lain kali.” kepiawaian pria itu dalam menghadapi bermacam bentuk lawan di medan laga, membantunya mengatasi rasa gugup.
Bahkan pria itu sengaja terang-terangan mengatakan hal yang tadi dia ucap di hadapan Nyonya Sinta. Baginya itu akan lebih baik, dia bisa memanfaatkan momen pertemuan dengan Nyonya Sinta ini, untuk lebih memperdalam hubungannya dengan Srikandi.
Mata Nyonya Sinta memicing. Lain kali? Apakah Itu artinya pria ini mengharapkan akan ada pertemuan berikutnya.
Pertanyaan-pertanyaan tentang Arjun belum terjawab sepenuhnya. Masih ada penasaran yang bergelayut dan mengusik pikiran. Lalu apa sebenarnya hubungan antara pria ini dengan putrinya. Kenapa bahkan pria ini memanggil putrinya dengan sebutan sayang dan pacar.
Lebih dari itu, ada berapa banyak hal yang sebenarnya dia tidak ketahui tentang putrinya.
“Mungkin Anda bertanya-tanya, dan saya akan mengatakan yang sejujurnya. Saya jatuh cinta pada Putri Anda sejak pada pandangan pertama. Dan saya memiliki niat baik, Saya ingin menjadikan Putri Anda sebagai istri saya. Tolong Nyonya katakan padanya untuk segera menerima lamaran saya.” Yudistira berbicara dengan sangat percaya diri tanpa meninggalkan sikap santunnya.
***
“Lalu..?” Tuan Anggoro masih menyimak istrinya yang menggebu-gebu bercerita tentang tamu pria yang datang ke ruang kerja putrinya.
“Bisa-bisanya Putri kita itu memiliki hubungan dengan putra dari Tuan Pandu dan kita tidak mengetahuinya!” Nyonya Sinta masih memendam rasa geramnya.
“Dan buruknya lagi, Srikandi menolak lamaran putra dari tuan Pandu, dengan alasan bahwa dia masih berhubungan dengan putra dari tuan Wardoyo.”
Meskipun Srikandi telah menceritakan semuanya bahwa hubungan dengan Arjun kini hanya tinggal sandiwara saja, akan tetapi tampaknya Nyonya Sinta masih belum terpuaskan hatinya.
Apalagi mengingat cerita bahwa sebenarnya putra dari tuan Wardoyo itu hanya ingin memanfaatkan Srikandi saja. Sebagai seorang ibu tentu saja Dia tidak rela.
“Ya sudahlah, Ma. Untuk saat ini biarkan saja dulu Srikandi sendiri yang menyelesaikan masalahnya. Percayakan saja semuanya pada Putri kita. Menghadapi seorang lelaki pecundang seperti putra dari tuan Wardoyo itu bukan sesuatu yang sulit untuk Srikandi. Apalagi jika menurut cerita Mama bahwa dia dibantu oleh putra dari tuan Pandu.”
Tuan Anggoro berusaha untuk meredakan kemarahan istrinya. Nyonya Sinta mengambil nafas dalam-dalam lalu menghembuskan kembali. Tetap saja dia tidak terima. Tetapi apa boleh buat, jika sang suami saja justru memilih untuk menghargai keputusan putrinya.
***
“Apalagi yang membuatmu kesal? Ayolah jangan marah. Aku kan sudah minta maaf. Tapi tetap saja aku tidak merasa bersalah. Karena aku sedang memperjuangkan cintaku.”
Srikandi mengambil nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya kembali. Pria di hadapannya sama sekali tidak mengerti keinginannya. Dan sama sekali tidak mau mengalah dengan apa yang ada dalam pemikirannya.
“Tapi tidak seharusnya kamu berbicara tentang hal itu dengan Mamaku tadi. Bahkan aku saja tidak pernah membicarakan hal ini dengan Mama.” Srikandi berbicara dengan nada geram.
“Kenapa? Justru menurutku kita harus berbicara. Supaya mama kamu tahu kalau dia sudah memiliki calon menantu dan namamu tidak akan lagi seperti mama mama rempong lainnya yang sudah menjodoh-jodohkan putrinya dengan putra dari teman sosialitanya,” Jawab Yudistira enteng.
Srikandi merotasikan bola matanya. Pria di hadapannya ini sungguh, “Anda terlalu percaya diri Tuan Yudistira. Bahkan saya saja belum mengatakan menerima Anda. Dan bahkan status Anda saja baru sebatas Lelaki Cadangan. Lalu bagaimana bisa Anda sudah mengklaim diri sebagai calon menantu?”
“Kenapa harus tidak percaya diri? Seluruh kriteria yang diinginkan oleh seorang calon mertua ada padaku. Selain tampan aku juga mapan. Aku berasal dari keluarga terhormat, citra ku di luar sana juga sangat bersih. Lebih dari itu aku tidak pernah gagal sebelumnya, Dan tidak akan pernah gagal untuk selanjutnya.”
Ingin sekali rasanya Srikandi memuntahkan isi perutnya. Pria di hadapannya ini sungguh narsis. Akan tetapi apa boleh buat, setiap apa yang keluar dari mulut pria itu memang adalah fakta, bukan hanya sekedar katanya.
“Sudahlah, lupakan masalah yang tadi. Ayo kita jalan-jalan keluar. Aku sedang butuh hiburan.” Yudistira baru saja mengingat Apa tujuannya datang ke tempat ini.
“Wow wow. Seorang Tuan Yudistira butuh hiburan? Ada apakah gerangan yang terjadi?” Srikandi tampak penasaran.
“Salah seorang karyawanku melakukan penggelapan dana. Korupsi. Dan sialnya itu adalah keluarga jauh papaku.” Kekesalan dalam hati Yudistira kembali datang mengingat apa yang terjadi dalam perusahaannya.
Srikandi mengerutkan kening. Sepercaya itukah pria ini padanya, hingga masalah dalam perusahaannya yang seharusnya adalah rahasia, dibeberkannya pula padanya.
Di dalam hatinya Srikandi merasa, mungkin tidak ada salahnya sekali-sekali dia yang melakukan sesuatu untuk Yudistira. Karena selama ini Yudistira selalu melakukan sesuatu untuknya bahkan tanpa diminta.
“Memangnya kau ingin jalan-jalan ke mana?” Tanya Srikandi. Memang belum waktunya pulang kerja, tetapi sepertinya tak masalah sesekali dia keluar dari perusahaan sebelum waktunya. Toh sudah tidak ada agenda penting lagi sesudahnya.
“Bagaimana kalau kita ke pantai?” Usul Yudistira. Wajah pria itu tampak berbinar. Pertama kalinya Srikandi menerima ajakannya tanpa menggunakan kata tapi dan nanti.
Tring…
Notif tanda pesan masuk mengalihkan perhatian Srikandi yang baru saja hendak mengiyakan ajakan Yudistira.
Yudistira membuang nafas kesal. Tampaknya kali ini pun rencananya untuk mengajak keluar Srikandi pasti akan gagal lagi. Sampai kapan dia akan menunggu hubungan palsu antara Arjun dan Srikandi berakhir.
bnrn yudistira yg jd dktr.....
Duuhh....kl srikandi jdian sm dia,bruntung bgt....udh baik,kya rya,pduli sesama jg....d jmin bkln bhgia kl hdp sm dia....
Btw,tu nnek shir msh ngeyel aja....
tar mlah blik k dri sndri....
tapi sekarang mending, satu doang yg tembus. telkomsel. selain itu jangan harap ada jaringan.