Alettha gadis 16 tahun yang kini duduk di bangku kelas 2 SMA itu nampak diam termenung, wajah cantiknya masih terlihat kesedihan yang mendalam.
Kehilangan Ayahnya membuat gadis itu begitu frustasi dan begitu sedih, belum lagi semua aset kekayaan ayahnya kini sudah di ambil alih oleh orang orang yang tidak bertanggung jawab.
Alettha Kinaya Ayu, harus meneruskan hidup nya berapa dengan ibu tiri dan kakak tiri nya yang kurang menyukai nya itu, entah apa yang akan terjadi pada gadis malang itu.
Yuk mampir di cerita pertama ku semoga kalian suka❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lembayung Senjaku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesal
Beberapa kali Arkha menghubungi Arsya hanya ingin bertanya keberadaan Alettha. Setelah kembali dari belanja Laura langss bertemu dengan Arkha dan langsung di cerca tentang keberadaan gadis itu.
" Maaf tuan muda, Alettha pergi bersama dengan tuan muda Arsya. Entah apa yang di lakukan gadis itu sampai tuan muda Arsya membawa nya pergi , saya rasa dia pasti sudah menggoda tuan muda Arsya tuan muda Arkha."
Arkha menatap Laura tajam saat gadis itu berusaha menjelekan Alettha di depan nya.
" Tutup mulut sampah mu itu Laura, bahkan Alettha jauh lebih baik dari pada dirimu." Celetuk Arkha pergi berlalu.
" Kurang ajar." Pekik Laura menghentak kaki nya kesal melihat dan mendengar ucapan kasar Arkha pasanya.
Sejak jam makan siang Alettha dan Arsya belum juga kembali kerumah dan tidak tahu di mana keberadaan mereka di mana, beberapa kali Arkha menghubungi ponsel Arsya namun pemuda itu tidak memberikan jawaban.
" Di mana dia membawa Alettha pergi, jangan sampai dia melakukan hal gila atau membantu Alettha dalam masalah." Gumam Arkha semakin kesal.
Jam sudah menunjukkan pukul 16.30 sore namun Arkha belum berhasil menemukan Alettha dan saudara kembar nya itu, bahkan Arsya tidak sekalian pun menjawab telepon nya.
***
Sedangkan di sana Arsya sedang menatap lenakt Alettha yang sedang tertidur pulas diatas batu, melihat gadis itu semakin membuat nya merasa sesuatu yang berbeda pada dirinya.
Perasaan yang dulu pernah ada bersama dengan Caramel, apa mungkin Arsya juga menaruh hati pada gadis cantik itu. Mungkin saja Alettha adalah obat dari luka lama nya.
Arsya tersenyum menatap layar ponselnya. Dimana adiknya Arkha menelponnya teramat banyak dan pesen pesan masuk pun begitu banyak, pemuda itu hampir gila mencari kebenaran Alettha dan saudara kembar nya.
Arsya membalas sebuah chat dari aplikasi hijau miliki nya .
" Tidak perlu khawatir seperti itu, aku tidak akan melakukan hal gila pada gadis itu atau menyentuh nya bodoh." Tulis Arsya penuh penekanan.
" Lalu di mana kalian, di mana Alettha biar aku saja yang menjemput nya dan bawa nya pulang."
" Cari sampai kau berhasil menemukan gadis itu, mengherankan sekali dirimu Arkha. membela mati Matian anak seorang psk tapi kau juga ingin memiliki gadis pelayan di rumah sendiri juga?".
" Tutup mulut sampah mu."
Arsya hanya tertawa lirih Melihat balasan chat dari saudara kembar nya itu yang dapat dia pastikan sekarang jika pemuda itu sedang menahan amarahnya.
Arsya mencuci wajah tampan nya dengan air sungai agar terlihat lebih segar, waktu sore membuat keadaan hutan itu semakin gelap dan sunyi.
Arsya mencipratkan sedikit air di wajah Alettha membuat gadis itu terbangun dengan kesal.
" Selamat sore tuan putri, apa kau ingin aku tinggalkan saja di sini agar menjadi santapan harimau atau serigala ?". Decak Arsya kesal melihat Alettha yang masih terlihat enggan bangun.
Setelan mendengar ucapan Arsya seketika mata bulat Alettha bangun dengan sempurna dan menatap Arsya dengan was was.
" Apa tuan muda memang sengaja membawa ku kesini agar bisa membunuh ku?." Gumam Alettha .
Rambut panjang gadis itu terurai indah tertiup angin pelan membuat Arsya terdiam.
" Cantik. Wajar saja jika Arkha tergila gila pada gadis ini." Batin Arsya.
Alettha langsung mengikat rambut nya tinggi dengan kesal melihat Arsya yang hanya diam dan tidak berniat membalas ucapan nya itu.
" Mari kita pulang tuan muda, hari kian sore dan di sini nampak menyeramkan jika ada binatang buas bukan?." Alettha sedikit mendekati Arsya yang kembali mematik rokok nya.
" Hemz." Arsya berjalan lebih dulu dari Alettha yang masih berjalan dengan waspada takut jika ucapan Arsya adalah benar jika disana banyak binatang buas.
Arsya sibuk dengan rokok nya sedang kan Alettha sibuk dengan ketakutan nya hingga tidak memperhatikan jalan.
Bruk
Alettha menabrak pohon dengan keras membuat Arsya yang melihat tertawa keras.
" Akh..." Pekik Alettha dengan keras.
Gadis itu sampai terjungkal kebelakang dan terduduk di tanah yang keras dan kotor.
Arsya masih tertawa dan masih enggan menolong gadis itu. Sedangkan Alettha nampak terdiam memperhatikan Arsya yang tertawa bebas dan itu adalah hal pertama yang dia lihat dari manusia kutub Utara nya itu.
" Dasar bodoh, apa mata mu sudah rabun hingga pohon sebesar itu kau tabrak?." Celetuk Arsya sembari mengulurkan tangannya pada Alettha.
Alettha menyambut uluran tangan Arsya dengan senang hati, Arsya menarik gadis itu terlalu keras hingga tubuh mungil Alettha menabrak dada nya langsung dengan cukup keras .
Seketika kedua nya terdiam dan saling menatap saat tubuh mereka berdempetan begitu deket. Aroma mins tubuh Arsya benar benar semerbak membuat sebuah kenyamanan.
Bunyi ponsel Arsya membuyarkan lamunan Mereke membuat kedua nya kembali ke dunia nyata dan saling menjauh, menjelajahi jalan setapak kembali menuju motor Arsya yang berada tak jauh dari tempat mereka berdiri.
" Jangan pernah beritahu siapa pun tentang tempat ini, cukup rahasia dari siapa saja. Apa kau mengerti ?." Ucap Arsya sebelum Alettha naik keatas motor nya.
" Mengerti tuan muda Arsyakha." Seru Alettha dan langsung naik ke atas motor.
Mereka langsung melaju pergi meninggalkan hutan lindung itu dengan perjalanan pelan sembari menunggu matahari tengah yang terlihat diantara cela cela pohon yang berjajar indah dan rapi.
Jalanan jelek membuat Alettha berusaha menahan diri agar tidak menabrak punggung Arsya terus menerus, dada nya terasa sakit saat tiba tiba bertabrakan langsung dengan punggung Arsya.
Arsya yang kesal melihat tingkah Alettha seketika menarik tangan gadis itu agar memeluk pinggang nya dan bersandar nyaman disana, Alettha sempat menolak namun Arsya kembali menarik tangan nya agar memeluk nya.
" Diam dan lakukan apa yang ku suruh Alettha, lagi pula dadamu itu tidak akan terasa di punggung ku." Celetuk Arsya dingin .
" Apa dia bilang, emang dasar manusia es kutub Utara ih ...." Batin Alettha ingin sekali menjambak rambut hitam Arsya.
Mau tidak mau Alettha memeluk pinggang Arsya dan meski begitu dia merasa begitu nyaman bersandar di punggung lebar pemuda itu, melewati pepohonan dan matahari yang mulai tenggelam.
Malah mulai datang perjalanan mereka masih begitu jauh perut gadis itu terasa lapar namun jalanan belum terlihat ramai, membuat Alettha harus menahan lapar nya dulu.