NovelToon NovelToon
Salahkah Aku Mendua

Salahkah Aku Mendua

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Teman lama bertemu kembali / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:184.4k
Nilai: 5
Nama Author: mama reni

Aku adalah Dara, aku pernah menjalin hubungan dengan Bastian semasa sekolah, tapi karena tidak direstui, akhirnya hubungan kami kandas.

Akhirnya aku menikah dengan seseorang laki-laki lain, Lima tahun kemudian aku bertemu dengan Bastian kembali, yang ternyata sudah menikah juga.

Pernikahanku yang mengalami KDRT dan tidak bahagia, membuatku dan Bastian menjalin hubungan terlarang setelah Lima Tahun.

Salahkah, aku Mendua ~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab Dua Puluh

Dara menatap jendela rumah sakit dengan tatapan penuh harapan. Hujan di luar membuat suasana terasa hangat dan nyaman, meskipun hatinya sedang berdebar-debar. Tak jauh darinya, Bastian, mantan kekasihnya, duduk di kursi samping tempat tidurnya dengan wajah yang tampak khawatir.

"Bagaimana sekarang, apa sudah agak tenang?" tanya Bastian melihat Dara yang lebih terlihat tenang dari pada tadi saat di mobil.

"Sakitnya makin terasa dan lebih sering. Cuma aku agak sedikit tenang karena telah berada di rumah sakit.

"Kenapa tadi kamu jalan kaki sendiri, tengah malam lagi. Suami kamu seharusnya tidak mematikan ponselnya, bukankah dia tau kamu akan lahiran!" seru Bastian.

Sebenarnya dia ingin mencaci maki pria itu, tapi takut Dara akan marah. Dia takut wanita itu tak bisa menerima jika suaminya dijelekkan.

"Tian, aku sedang tak mau bicara tentang pria itu. Aku mohon jangan ungkit dan tanyakan itu lagi," balas Dara.

Bastian akhirnya diam, tapi dalam hatinya bertanya-tanya apakah sebenarnya yang terjadi dalam rumah tangga wanita itu. Apakah selama ini dia tak bahagia? Dia lalu menatap tubuh Dara yang terlihat lebih kurus, berbeda dengan wanita lain yang saat hamil terlihat makin berisi.

Waktu berlalu dan rasa sakit yang makin terasa lebih intens mulai menghampiri Dara. Tanpa sengaja dia menggenggam tangan Bastian yang duduk di samping ranjangnya. “Tian, perutku … rasanya nyeri banget.”

Mendengar ucapan Dara, dia langsung melepaskan pegangan tangan wanita itu. Bastian langsung berdiri. “Dokter! Dokter!” Ia berteriak untuk memanggil perawat. Dalam sekejap, dokter datang dan melihat kondisi Dara.

“Bagaimana, Dok?” tanya Dara dengan suara yang sedikit bergetar.

“Kita sudah bisa memulai proses persalinan. Saat ini sudah bukaan sembilan. Kamu harus siap, ya?” Dokter menjelaskan sambil mempersiapkan persalinan.

“Siap, Dok. Saya siap!” Dara mengangguk penuh semangat.

“Bastian, jangan kemana-mana ya. Aku butuh kamu di sini,” Dara menatap mantannya dengan mata penuh harapan.

Bastian mengangguk teguh. “Iya. Aku akan tetap di sini. Aku menunggu di luar."

Bastian lalu berjalan keluar dari ruang bersalin. Sebenarnya ingin menemani wanita itu, duduk di sampingnya, tapi itu tak mungkin dia lakukan.

Namun, tanpa di duga, dia di minta masuk karena dokter mengira Bastian adalah suaminya. Dengan pertimbangan akhirnya dia masuk. Bastian tak akan berbuat lebih jauh, hanya duduk di dekat kepala Dara untuk memberinya semangat. Bukankah bagian bawahnya tak dia lihat. Pandangannya hanya tertuju ke wajah mantan kekasihnya itu.

"Dara, mohon maaf jika aku ikut masuk. Dokter meminta aku menemani kamu, tapi percayalah aku hanya akan duduk dekat sini, tak akan melakukan hal lebih," ucap Bastian meminta izin.

"Tak apa, Tian. Aku percaya denganmu," ucap Dara dengan suara pelan karena menahan sakit. Dalam hatinya juga butuh dukungan.

Semua berjalan cepat. Proses persalinan dimulai, dan Dara merasakan rasa sakit yang begitu hebat. Setiap kontraksi membuatnya ingin berteriak, tetapi dia mengingat wajah si kecil yang akan segera lahir.

“Aku tidak kuat, Tian! Rasanya nyeri sekali!” Dara terisak, berusaha menahan semuanya.

Bastian mendekat. “Kamu kuat, Dara. Ingat tujuanmu. Bayangkan bayimu. Dia perlu kamu jadi jangan menyerah.”

“Bastian, Bastian,” Dara memanggil dengan suara parau. “Aku butuh kamu di sini … sekarang!”

Bastian memasang wajah serius. “Aku akan ada di sini. Tarik napas dalam-dalam, dan hembuskan.”

Dara melakukan apa yang Bastian katakan. Dia mencoba mengikuti irama napas yang diajarkan selama kelas persalinan, tapi rasa sakitnya seolah mengalahkan semua usaha itu.

Setelah beberapa jam penuh perjuangan, saatnya tiba. Dokter dan perawat bersiap di sekitarnya. “Dara, saatnya mendorong. Kami akan hitung sampai tiga, ya?”

“Baik, Dok.” Dara mengangguk, berusaha menenangkan diri.

Bastian menggenggam tangan Dara erat-erat. “Kamu bisa, Dara. Keluarkan semua yang ada di dalam dirimu!”

Dokter mulai menghitung, “Satu … dua … tiga …!”

Dengan segenap tenaganya, Dara mendorong. “Aaaahhh!” Suaranya memecah keheningan di ruangan itu.

“Bagus, Dara! Ulangi sekali lagi!” dorong dokter memberikan semangat.

Dara merasa seakan seluruh tubuhnya remuk. Tetapi dia tidak bisa mundur. Dia ingat, semua ini demi si kecil.

“Dara, sekali lagi! Tetap fokus!” perintah dokter.

“Ayo, Dara. Semangat!” kata Bastian, matanya tak lepas dari wajah Dara.

Dan akhirnya, setelah beberapa kali mendorong, suara tangisan bayi memenuhi ruangan. Suara melodis itu membuat hati Dara bergetar.

“Selamat, Dara! Kamu sudah menjadi seorang ibu!” dokter mengumumkan dengan senyum lebar. Sementara perawat membawa bayi yang dibalut selimut hangat ke arah mereka.

“Tian! Lihat. Apakah ini benar bayiku?" tanya Dara menunjukkan bayi yang baru lahir itu. Wajahnya bercahaya.

Bastian mengusap air mata di sudut matanya. “Dia ... dia cantik, Dara. Mirip kamu,” katanya, suaranya bergetar.

Dara menatap wajah putrinya tak percaya. Akhirnya dia memiliki teman hidup untuk berbagi kebahagiaan dan kesedihan nantinya. Tidak sendiri lagi. Dara akan ingat selalu saat melahirkan ini. Dia akan ingat perjuangan ini, tanpa dampingan sang suami. Beruntung masih ada Bastian, mantan kekasihnya.

Tidak munafik, aku iri dengan istri yang diperlakukan ratu oleh suaminya. Dibahagiakan lahir dan batinnya. Di hargai, di prioritaskan di atas segalanya, tapi mengapa aku tak seberuntung itu. Begitu yakinnya Allah menganggap pundak ku kuat untuk melalui semuanya. Tapi tak apa, mungkin aku tak seberuntung wanita lain, tapi mereka belum tentu sekuat aku.

1
Hani
kasihan Dara, dia jadi korban padahal dia gak salah apapa
Susanti Wahyuningsih
Luar biasa
Safa Almira
rasain
Safa Almira
bagus
Dwi ratna
Luar biasa
Dwi ratna
Lumayan
Bunga
maampuus lelaki egois ditinggal saja cari yg baru
Bunga
ini cuma novel tapi bikin mewek
Bunga
orang tua yg egois akan menghancurkan anaknya sendiri pasti sebagai orang tua seharusnya mendukung asal anaknya dijalan yg benar kalau keliru ya dinasehati
Fitria Syafei
mama mantaf 😍😍😍
Eva Karmita
Alhamdulillah bahagia selalu untuk TiDar ❤️🥰
Siti Zuriah
akhir nya keluar jg kata restu nya dr papa nya bastian, ya memang shrs nya papa nya bastian dr dulu memberikan restu bwt bastian karna papa bastian liat sendiri kn klo kebahagiaan bastia ada dkt dara
Aprisya
Alhamdulilah, akhirnya happy ending juga,, cinta sejati emang membutuhkan perjuangan,,,
sukses selalu mama reni😍😍😍😍😍
Kotin Rahman
Alhmdulillah akire smpe di garis finis kisah cintane BasDar......slalu smgat Mama Reni...👍👍⚘⚘⚘⚘⚘
Eka ELissa
Ahir nya brahir bhgia...
aduh maaf Mak Lom smpt ke cono sibuk..mm🙏🙏🙏ntr saya kejar bap deh mak
Maharani Rani
lanjut
Ida Nur Hidayati
alhamdulillah...ikut bahafia ya Bastian Dara
Retno Harningsih
lanjut
Ninik
berarti yg ini dah tamat ya
yellya
👏🏻👏🏻happy ending,makasih mam ren buat kryanya 🙏🏻🙏🏻👍🏻
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!