Muda, cantik dan seksi, tidak melulu membuat hidup seseorang baik. Buktinya Berta harus melakukan banyak hal gila agar bertahan hidup, mulai dari pura pura kesurupan, jadi wanita murahan sampai wanita tidak punya adab.
Tapi takdir mempertemukan dirinya dengan Wildan, Pengacara muda, tampan dan sukses tapi terjerat dengan kehidupan tiga keponakannya yang harus dia besarkan.
Simak kegilaan mereka bersama yok!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon khorik istiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Untuk pertama kalinya Theon masuk sekolah.
Meski telat tapi tapi Berta bangga. Tapi wajah Theon kemerahan tampak sedang menahan amarah.
Apa yang terjadi?
Viona tidak masuk sekolah dan berita mengejutkan selanjutnya adalah pengunduran Viona dari sekolah. Membuat seisi sekolah gempar. Utamanya pada dewan yayasan. Keluarga Viona adalah penyokong danaa sekolah dan termasuk selalu memberikan bantuan danaa yang berlimpah. Kehilangan sumber uang membuat mereka kalang kabut.
Samuel sendiri kaget, padahal dia sudah punya scenario tersendiri untuk membuat Viona bertekuk lutut dan memohon. Rupanya dia telah bertindak berani dengan pergi dari sekolahan ini. Dia kira dia bisa lolos? Tapi selain Viona, Samuel ingin membuat urusan dengan Berta. Sang guru yang selalu cari masalah.
***
Jam istirahat biasanya Kantin yang ramai, tapi kali ini arena belakang gedung paling belakang yang jauh dari keramaian terlihat ramai. Dua orang sedang adu jotos. Bahkan ketika salah satunya terlihat kalah, pihak yang kalah itu akhirnya mengeroyok lawan yang hampir menang. Tidak ada yang tidak babak belur.
Siswa dan siswi yang menonton sedang menikmati adegan tersebut. Bukannya melapor mereka bahkan bersorak di adegan orang orang yang sedang berkelahi. Mereka ada Theon dan teman teman Samuel.
Theon seorang diri melawan Samuel dan teman temannya. Wajah mereka semua sudah lebam dan banyak darah karena luka di wajah.
Cuih! Theon meludah. Ludahny berwarna merah karena mulut bagian dalamnya berdarah. Samuel memang pengecut karena dia main keroyok.
Hosh... Hosh.... Nafas Theon tersengal sengal. Theon sudah memperkirakan bahwa Samuel akan bermain seperti ini. Tapi Theon yang rajin berlatih ilmu Muang thai itu adalah lawan yang tangguh. 1 lawan 8 orang. Melihat ketidakadilan ini, salah seorang siswa melaporkannya ke guru.
Betapa kagetnya Berta mendengar perkelahian antara siswanya. Semua yang terlibat ada di kelas yang dia ampu. Sungguh malang nasibnya.
Berta melotot ketika masuk ke ruangan. Wajah theon lebam, mata kirinya bengkak, sudut mulutnya berdarah. Tapi sejujurnya yang lebih parah lagi 9 anak yang ada di sebrang Theon. Mereka lebih parah. Benarkah ini tindakan pengeroyokan? Ini siapa lawan siapa? Cedera mereka sangat serius. Baik di lapangan dan di ruang guru. Theon sangat di sudutkan. Kalau Berta tidak tahu apa yang terjadi, jelaslah dia akan lebih percaya kesembilan murid tersebut. Untungnya dia tahu, bahwa Theon adalah pihak yang paling dirugikan disini.
Sekolah hanya mesanksi tapi tidak berani mengeluarkan. Lagi lagi hanya karena danaaa. Keluarga Theon juga sama berpengaruhnya. Jadi kalau dari keluarga Viona saja sudah mengundurkan diri. Mana bisa mereka lebih banyak kehilangan orang lagi.
Berta adalah guru paling sial yang ada di sekolahan tersebut. Belum ada seminggu dan semua masalah sudah ada di depannya.
Keluarga Theon harus memberikan ganti rugi kepada ke sembilan siswa yang dia hajar. Berta juga tidak habis pikir dengan keputusan dewan sekolah. Jelas jelas Theon yang di keroyok tapi kenapa situasi bisa terbalik.
****
Theon membuka pintu ruangan. Di luar sana Berta sudah menantinya.
Ayah Theon sangat marah sehingga tidak terlalu mempermasalahkan luka Theon. Berta iba melihatnya. Kenapa dia tidak mencoba membuat anaknya berbicara, kenapa bisa sampai berbuat seperti itu, apa problem nya. Bukannya ditanya alasan dia melakukan hal tersebut tapi malah di hakimi sepihak.
Berta kemudian menepuk pundak Theon. "Ayo makan! Aku yang traktir."
Theon tersenyum getir.
Di persimpangan, Seorang dokter mencekal tangan Theon.
"Apa yang terjadi?"
Theon berusaha melepaskan tangan sang dokter dengan kasar.
"Kenapa dengan wajahmu?"
"Urus saja dirimu sendiri!"
"....?" Berta bingung dibuatnya.
"Ayo Miss!"
"Ah.. Iya, ayo..."
Tangan Berta di seret Theon.
Yohan mendengus kasar. Adiknya itu kenapa sulit sekali terbuka dengannya. Dia memang berandalan, tapi bagaimana pun dia tetap adiknya. Kalau kakaknya perduli dengan adiknya, apakah itu salah?
***
Di resto dekat rumah sakit, Theon memakan kentang gorengnya dengan tenang.
"Tadi itu.... Siapa Theon?" Berta memberanikan diri untuk bertanya.
"Kakakku"
"Kakak?"
"Mmm..."
Berta tidak menyangka kalau Theon punya kakak seorang dokter. Sangat berbanding terbalik dengan dirinya yang mirip preman jalan. Wajah Theon sudah menampilkan maskulin meski umurnya baru 16 tahun. Mungkin karena dia rajin olahraga bela diri makanya badannya sudah terbentuk.
"Jadi... Kenapa kalian bertengkar!"
"Miss... Apa Miss sudah tahu kondisi Viona?"
Berta menggelengkan kepalanya.
"Dia ketergantungan obat-obatan?"
"What?"
"Ulah siapa Viona bisa kenal dunia gelap itu?"
"Samuel?"
"Jelas!!!!" Kata Theon dengan nada tinggi. Urat urat di lehernya terlihat jelas ingin keluar meronta ronta.
Berta kini paham kenapa Viona mengundurkan diri dari sekolah. Tindakan lebih baik adalah menjauhkan benih buruk sebelum semakin menjangkit luas.
"Aku ingin menengok Viona."
"Habis makan ini sekalian saja Miss!"
"Kamu juga ingin kesana?"
Theon mengangguk sekali lagi.
Selesai makan mereka berangkat ke rumah Viona. Mereka naik taksi Karena kondisi Theon tidak memungkinkan naik motor. Tangan sebelah kirinya bahkan harus di gips .
Mereka tiba di perumahan elit. Orang kaya memang beda ya. Satpam depan yang jaga komplek tersebut saja ada banyak.
Setelah menekan bell pintu beberapa kali, mereka dihampiri pelayan. Mereka bertanya sedang mencari siapa. Setelah Viona menjelaskan bahwa dia guru dari sekolahnya Viona dan Theon teman Viona mereka di persilahkan duduk.
Tapi sepertinya mereka harus menelan kekecewaan. Pasalnya mereka berkata bahwa Viona tidak bisa ditemui karena kondisi nya tidak stabil. Dia banyak marah marah dan menangis. Berta paham. Pastilah keluarganya mencoba mendisiplinkan Viona.
Berta hanya titip salam saja dengan orang tua Viona dan mendoakan semoga kondisi Viona segera membaik.
Berta dan Theon pamit untuk kemudian pulang.
Berta pulang ke kosannya. Tapi tidak dengan Theon. Dia tidak pulang ke rumah, melainkan ke markas geng motornya. Mengetahui bahwa salah satu anggotanya di keroyok. Mereka merencanakan balas dendamnya kepada Samuel dan kawan kawan.
Dalam geng memang seperti itu, jika satu sakit maka yang membalaskan sakit itu adalah seluruh keluarga. Itulah alasan Theon bergabung dengan geng tersebut karena keluarganya sendiri tidak bisa dia andalkan.
Masalah itu kini kian membesar. Bagai bola es yang semakin hari semakin terlihat akan pecah.
di tunggu kelanjutannya ya 😊
semangat 💪🏼👏🏼