NovelToon NovelToon
LOVE IS BEAUTIFUL PAIN

LOVE IS BEAUTIFUL PAIN

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Playboy / Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Murni / Angst
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Withlove9897_1

Tidak semua cinta terasa indah, ada kalanya cinta terasa begitu menyakitkan, apalagi jika kau mencintai sahabatmu sendiri tanpa adanya sebuah kepastian, tentang perasaan sepihak yang dirasakan Melody pada sahabatnya Kaal, akan kah kisah cinta keduanya berlabuh ataukah berakhir rapuh

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Withlove9897_1, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 20

...****...

Melody tidak pernah merasa lebih bersalah daripada ini.

Namun pada realitanya, ia ternyata memang membutuhkannya. Karena hal yang sama terjadi pada hari selanjutnya.

Kaal menunggu pada pintu utama, ia kembali berlari-lari kecil menghindar, lelaki itu tetap tidak mengejar, sampai ia tiba di area parkir dengan suasana hati berkali lipat lebih buruk.

Melody tidak bisa menebak kenapa. Ia tidak bisa menganalisa apa yang membuatnya merasa demikian.

Kemudian, itu terjawab.

Setelah hari-hari berlalu dengan pola yang sama, pada hari berikutnya, Kaal melakukan sesuatu yang berbeda.

Melody yang kala itu bersiap mengambil jalan terjauh dari tempat Kaal berdiri, menemukan dirinya tertegun saat tatapannya mendapati sosok yang menunggunya.

Kaal Vairav, lelaki itu tengah berdiri di sana mengenakan seragam sekolah lama mereka.

Berjalan menghampiri, Melody sesekali berkedip cepat. Ia seakan takut bahwa kepalanya akhirnya terkontaminasi oleh sesuatu yang mencampuri amarahnya semenjak kejadian ini berlangsung.

Sesuatu yang ia ingkari berulang kali hanya agar dirinya merasa lebih baik, hanya agar ia merasa bahwa perasaannya kepada Kaal sudah pungkas.

Kendati itu belum.

"Hey," sapaan pertama Kaal diiringi oleh senyum canggung dan Melody menelan ludah berat.

Goresan masa lalu terarsir di ingatannya, menorehkan Kaal yang dulu—Kaal yang menyayanginya, lalu meraut kenangan itu hingga tajam.

"Bisakah kita bicara?"

Melody mengangguk tanpa perintah.

...****...

Kaal membawa gadis itu berkendara jauh hingga ke pinggiran kota, menyusuri jalanan familiar yang hampir ia lupakan sebelum berhenti di pelataran sekolah menengah atas mereka. Waktu menunjukkan pukul tujuh tepat ketika mereka tiba, sebelum akhirnya keduanya keluar dan duduk di atas kap mobil Kaal.

Tidak ada perbincangan apapun yang terjadi selama di perjalanan maupun hingga detik ini. Melody yang tidak sabar berinsiatif untuk memulai. Akan tetapi, Kaal membuka mulut terlebih dahulu.

"Melody, apa kau masih mencintaiku?"

Pertanyaan itu berubah menjadi semakin memuakkan di telinga Melody setelah sekian lama tidak terdengar. Ia melipat kedua tangan di dada, pandangan menghindar dari lelaki yang bertanya, selagi bibir tersungging sengit.

"Bukankah jawabanku tidak pernah berpengaruh apapun untukmu?"

Kaal terdiam lama sebelum membalas

"ya, kau benar."

Untuk sesaat, hati Melody seperti tersengat. Ia sungguh tidak bisa memahami bahwa tujuan dari seluruh usaha Kaal untuk mengajaknya bicara, untuk membawanya kesini, adalah agar ia paham betul betapa sepihaknya perasaannya untuk lelaki itu.

Meluruskan kaki, Melody bersiap untuk pergi meninggalkan tempat tersebut.

Satu langkah panjang diambil, pergelangan tangannya mendadak ditarik oleh Kaal

"Kau tahu bagaimana aku sering mengatakan kepadamu bahwa manusia selalu berubah?"

Melody terhenyak ketika Kaal kembali bicara—terlebih karena ungkapan yang terlontar dari lelaki yang mempunyai tinggi diatas rata-rata itu

"Aku rasa ada satu yang aku lupakan."

Ia lantas menengok ke arah Kaal.

"Ternyata tidak hanya berubah," imbuh lelaki yang menahannya.

"Manusia juga bisa kembali."

Melody tidak ingin percaya.

Ia tidak ingin percaya bahwa pernyataan Kaal merupakan kalimat dengan arti lebih. Ia tidak ingin percaya bahwa Kaal tengah berkata jujur dan apa adanya. Akan tetapi, ia tidak bisa tidak percaya sebab ia melihatnya.

Ketulusan yang membayang di mata Kaal, itu adalah ketulusan yang sama. Suatu ketulusan yang selalu bernaung di sorot seseorang yang membuatnya jatuh cinta untuk pertama kali dan belum berhenti walaupun hatinya telah diremukkan sekian kali.

"Aku minta maaf, Melody." Kaal menariknya mendekat.

"Aku tahu itu tidak akan menghapus apapun yang telah aku lakukan padamu. Tetapi aku hanya ingin menyampaikan bahwa aku menyesal atas segala perbuatanku yang menyebabkan kau terluka. "

Biasanya seseorang akan meminta pengampunan dengan segera. Mereka akan mengemis permintaan maaf meskipun keputusan itu bukan menjadi hak mereka.

Namun kenyataannya, Kaal Vairav Ia tahu batasan. Lelaki itu tidak memaksa Melody untuk menerima penyesalannya dan itu semakin membuat ia membenci situasi ini.

Permasalahannya satu, "kenapa Kaal?"

Kaal menaikkan satu alis—bingung.

"Kenapa sekarang?"

Lelaki yang lebih tua berdiri satu tahun diatasnya itu, menyejajarkan pandangan dengan Melody.

"Karena aku sangat bodoh," ujarnya.

"Aku bukan orang yang peka. Aku baru mengetahui bahwa aku membutuhkanmu ketika kau mencoba menghilangkanku dari kehidupanmu."

"Kau yakin itu bukan karena kau kehilangan seseorang untuk dijadikan mainan?"

"Kau bukan—" Kaal menggeram gusar, sebelum akhirnya sadar, lalu menurunkan intonasi tingginya.

"Melody, kau bukan mainan."

"Ah, kau bisa menjawab jika aku tidak menuntut alasan."

"Aku bisa memberikanmu alasan." Kaal tiba-tiba menguatkan cengkeraman di pergelangan tangannya.

Lelaki itu menyentakkan tubuhnya hingga ia berbalik, seakan meminta agar ia menangkap semua kalimat yang akan diucapkan selanjutnya.

"Aku tidak bisa menjawab kala itu karena hanya dengan mendengarmu mengatakan bahwa kau merasa sebegitu rendahnya membuatku merasa bersalah. Sedangkan bagiku selama ini, kau adalah yang tertinggi. Kau bukan mainanku Melody"

"Jangan berbohong Kaal."

"Kali ini tidak. Aku bersumpah, kali ini aku tidak berbohong."

"Tetapi bukankah kau adalah pembohong yang handal?"

Mata Kaal melebar seketika. Lelaki di depannya tampak tidak bisa membantah untuk beberapa saat. Dada Melody yang penuh dengan berbagai hempasan emosi berharap agar pembicaraan ini selesai sampai di sini. Akan tetapi, tangan Kaal tiba-tiba melingkar di pinggangnya. Telunjuk lelaki itu perlahan mengangkat dagunya, sebelum satu ciuman panjang ditempatkan di bibir Melody.

Hempasan emosi berganti dentum—saling bersautan antara miliknya dan milik Kaal.

Ciuman itu lalu terputus dan lelaki yang lebih tinggi berbisik

"Apa kau merasakan kebohongan?"

Sejujurnya, tidak.

Melody tidak dapat memastikan darimana keyakinan itu berasal—mungkin dari cara Kaal menciumnya, mungkin dari bahasa tubuh yang ia terima, atau mungkin dari debar jantung Kaal yang ia rasakan tadi.

Namun sekali lagi, Melody menolak untuk percaya.

"Sebenarnya apa yang kau inginkan, Kaal?!" Ia membentak dengan nada menusuk sembari menghempaskan diri dari rengkuhan lelaki yang hanya bisa diam.

"Kau datang kepadaku, mengatakan semua omong kosong ini, apa yang sebenarnya kau mau?"

"Aku hanya ingin mencoba memperbaiki, Melody."

"Memperbaiki apa?"

"Kita."

Kata itu membuat pendengaran Melody berdengung.

Kita, katanya.

Ia bahkan tidak tahu sejak kapan Kaal kembali menggunakan kata itu untuk merepresentasikan mereka berdua.

Melody pikir, mereka tidak akan pernah menjadi satu kesatuan lagi. Sayangnya, sebelum ia sempat menuntut maksud dari kata tersebut, Kaal menambah kerumitan lain yang harus ia pecahkan.

"Aku mencintaimu."

Melody terpekur, sepenuhnya ingin tertawa atau mungkin justru menangis.

"Ini tidak lucu Kaal."

"Karena aku tidak sedang melucu." Balas lelaki yang mencoba mendekat ke arahnya.

Melody mundur selangkah, seolah hal itu bisa membantunya untuk meraba dusta yang masih belum bisa ia raba di pernyataan Kaal.

"Aku terlalu banyak mengingkari perasaanku selama ini, tetapi sekarang aku tidak akan melakukannya lagi. Aku sungguh mencintaimu Melody."

Semuanya berubah pelan.

Pernyataan Kaal terngiang—berulang dan mengulang di dalam kepala Melody.

Penglihatannya sekali lagi memindai seseorang dengan balut seragam yang berdiri di hadapannya dan ia tidak mampu membedakan masa.

Mungkinkah ia terlempar ke waktu lampau tanpa ia sadari?

Mungkinkah Kaal memang benar kembali?

Atau mungkin ini hanya satu fatamorgana agar ia kembali menjahit hatinya hanya untuk lelaki itu?

Melody menggeleng pelan hingga satu situasi mendadak ikut menghampiri. Ia mengingat pernyataan cintanya sendiri. Ia mengingat remang cahaya televisi serta antisipasi yang runtuh setelah ia mencurahkan isi hati.

Detik berikutnya, Melody berucap,

"Kau boleh berhenti Kaal"

Ia mendongak, mengembalikan tatapan sekaligus balasan yang Kaal ucapkan kala itu. Lelaki yang terkejut di depannya mengerutkan kening.

"Kenapa?"

Melody bukan berniat membalik keadaan, melainkan hanya memutuskan bahwa ini adalah yang terbaik.

Ia tidak mau mengecewakan Mona yang sudah mendukungnya, ia tidak mau melenyapkan hubungannya dengan Faisal begitu saja, dan—terutama, ia tidak mau kembali jika definisi kembali adalah mempertaruhkan hatinya sekali lagi.

"Karena aku sudah menetapkan siapa yang menjadi prioritasku " Jawabnya pasti.

"dan sekarang kau bukan prioritasku."

"Hmm, aku...." Keputusasaan terlihat membayang cepat di raut wajah Kaal.

Mengkonsumi segala warna yang ada hingga lelaki tinggi itu tampak memucat. Desah sumbang kemudian mengudara, berseling anggukan kaku ketika gadis yang menunduk mencoba mengerti keputusan yang baru saja didengar.

"Aku paham sekarang."

Melody berpura-pura bahwa itu tidak mengoyak keyakinannya.

Tidak apa-apa

Semua akan baik-baik saja

...TBC...

1
Mimin Mimin
update lagi
Withlove9897_1: hari ini update kok🙂‍↔️🙂‍↔️🫠🫠🫠
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!