Dalam dunia sepak bola yang penuh persaingan, cinta tak terduga mekar. Caka Alvias, bintang tim Warriors FC yang tampan dan populer terjebak dalam perasaan terlarang untuk Bulan Nameera, asisten pelatih nya, yang terkenal tegas dan tangguh. Namun, konflik masa lalu dan juga tekanan karir mengancam untuk menghancurkan cinta mereka. Apakah cinta mereka bisa bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjelyy_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kamu hebat
Selesai menari mereka kembali minum, terlihat dengan jelas semuanya sudah tampak mabuk. Termasuk Bulan yang pipinya sudah memerah.
Botol diputar lagi dan berhenti di Bulan. Raffi tersenyum, "Giliranmu, Bulan! Pilih 'Truth' atau 'Dare'?"
Bulan memikirkan sejenak, lalu menjawab, "Aku pilih 'Truth'!"
Tio bertanya, "Siapa cowok yang kamu suka?"
Bulan tersenyum malu-malu, melambaikan tangganya lalu berbisik. "Aku malu, orangnya ada di sini haha." jawab Bulan yang lagi mabuk membuat Caka tersenyum.
Dari sekian banyaknya mereka yang sadar hanya Caka, selebihnya mabuk semua. Karna sudah larut mereka memilih untuk pulang.
Di perjalanan mereka terpisah, Caka dan Bulan tertinggal di belakang rombongan. Bulan, yang masih mabuk, berbicara tidak jelas dan melakukan gerakan konyol.
Bulan tertawa "Cakaaa... aku lihat bintang... di atas... "
Bulan terjatuh akibat sibuk menghitung bintang, "awshh..."
Caka tertawa "Hei, Bulan! Bangun! Kita harus pulang."
Bulan meraih tangan Caka untuk bagun setelahnya ia kembali berbicara tidak jelas "Caka kamu tampan sekali"
Caka membantu Bulan berjalan, tersenyum dan menggelengkan kepala.
Baru saja jalan berapa langkah Caka terkejut ketika Bulan tiba-tiba berhenti dan menangis.
Caka menolah dan memegang kedua pundak Bulan "Bulan! Ada apa?!"
Bulan terus menangis "Kamu terlalu tampan buat aku."
"Kamu pasti sukanya sama cewek-cewek yang body nya bagus kan." Bulan melihat dirinya
"Aku... Aku.."
Caka tidak bisa menahan tawa. Ia mencoba menenangkan Bulan, tapi tidak bisa berhenti tertawa.
"kamu ketawain aku karna body ku gak bagus kan." Bulan semakin merengek
Caka tertawa tipis "Bulan, kamu gokil!"
Bulan melihat Caka namun pandangannya tertuju ke bibir Caka, seketika tangis nya berhenti "Kamu pernah cium Lisa pakai ini kan!"Bulan menyentuh bibir Caka
Caka mengelus rambut Bulan, "Udah kita pulang ya."
"Di jawab!" sebel Bulan namun Caka hanya diam saja
"Caka!" teriak Bulan
Tiba-tiba Caka mengecup lembut pipi Bulan, "Seperti itu aku mencium Lisa."
Bulan cemberut mendengar jawaban jujur Caka. Caka semakin gemas melihat Bulan seperti itu.
"Aku tidak pernah menyentuh bibirnya." ucap Caka tersenyum sambil membereskan rambut Bulan yang berantakan.
"Benar?" Bulan memastikan dan Caka mengangguk.
Caka menarik tangan Bulan namun Bulan menghentikannya membuat Caka kembali menoleh.
"Ada apa lagi?" tanya Caka menangkup kedua pipi Bulan.
"Gimana caranya aku buktikan ke kamu kalau aku tidak berbohong." lanjut Caka mengecup bibir Bulan
Bulan terdiam pandangannya terus menatap bawah hingga Caka mengikuti arah pandangan gadis itu.
Bulan memandang kaki cideranya dengan sedih, lalu menatap Caka.
"Aku gak bisa main lagi, Caka... Aku terluka," katanya, suaranya terdengar lembut dan sedih.
Caka merasa lega Bulan melupakan topik sebelumnya. Caka mendekati dan memeluk Bulan tanpa berkata apapun.
Setelah melepaskan pelukan baru Caka bertanya, "Boleh aku tau penyebab Cidera mu?"
"Aku ingin tau siapa korban nya! Kenapa Andi dan ayah selalu menutupi nya dari aku." Bulan kembali menangis
”Hei Bulan, orang siapa? Apa yang kamu maksud."
"Aku bunuh orang Caka, aku jahat, aku gak pantas bahagia!"
Caka semakin keheranan, "Bunuh? Siapa?"
Bulan hanya menggeleng, dia menundukkan pandangannya.
Caka melihat kaki Bulan kemudian menatap wajahnya yang terlihat gemas karna mabuk. Caka menganggap ucapan Bulan barusan hanyalah karangan.
"Aku gendong saja ya biar cepat sampai." Bulan setuju dan mengangguk
Caka memanggul Bulan dengan lembut, berjalan pelan-pelan di bawah cahaya lampu kota. Bulan memeluk leher Caka, tersenyum lemah.
Mereka berdua berjalan lebih jauh, menikmati keheningan malam.
***
Caka membawa Bulan ke kamar asramanya dengan hati-hati, berusaha tidak mengganggu tidurnya. Ia meletakkan Bulan di atas tempat tidur dan menutupinya dengan selimut.
Saat menatap wajah Bulan yang damai, Caka merasakan perasaan hangat dan pelindung. Ia tersenyum lembut dan berbisik:
"Selamat tidur, Bulan. Besok aku jaga kamu lagi."
Bulan membuka mata dan menahan tangan Caka.
"Jangan pergi, Caka... Tunggu dulu..."
Caka tersenyum dan duduk di samping Bulan. "Apa, Bulan? Kamu butuh apa?"
Bulan memandang Caka dengan mata lembut. "Kamu... Aku butuh kamu di sini. Aku takut gelap."
Benar, saat tiba di asrama tiba-tiba terjadi pemadaman listrik.
Caka tersenyum hangat berbaring di samping Bulan dan memeluk nya.
"Aku ada di sini, Bulan. Selalu." ucap Caka lembut
"Caka... aku cinta... kamu..." sahut Bulan dengan suara mabuk
Caka tersenyum gemas mencium kening Bulan "Aku juga, Bulan. Tapi sekarang, istirahat dulu, ya?"
Bulan mengangguk dan kembali tertidur, masih berada di pelukan Caka.