Kinan hanyalah gadis biasa, dirinya mengadu nasib pergi ke kota bersama temannya setelah mendapatkan informasi kalau ada yang membutuhkan pekerjaan sebagai asisten rumah tangga, demi kebutuhan dan juga ingin mengurangi beban keluarga Kinan akhirnya pergi ke kota jakarta, Di sana Kinan harus berhadapan dengan Daniel pria tampan yang bahkan tidak pernah terpikirkan dalam hidupnya. Mampukah Kinan bertahan di jakarta atau memilih pulang dan melanjutkan sekolah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon II, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ada Yang Masih Di Pendam
Ruang keluarga nampak ramai, suara tawa canda dan guyonan begitu nyaring terdengar. Dua anak kecil berparas cantik sibuk mengisi perut sembari mewarnai buku bergambar bunga.
Tamara dan Dea, dua adik kakak itu seolah punya dunianya sendiri mengabaikan suara orang tua mereka yang sibuk bercengkrama dengan om dan tante mereka.
"Mbak Sinta, Mbak Kinan mana sih kok belum juga turun?" Dea bertanya tapi matanya fokus menatap buku bergambar.
Sinta melirik lantai atas yang nampak luas itu.
"Mungkin sebentar lagi," Sahut Sinta. Sudah tiga jam setelah kedatangan dirinya dan keluarga majikannya Kinan dan Daniel masih belum menampakkan batang hidungnya. Bu Tari mengatakan mereka masih bersiap-siap.
Tak terasa sudah 4 bulan kehamilan Kinan, melewati Trimester pertama dengan baik. Tidak ada yang namanya, mual, muntah, pusing, bahkan ngidam. Kinan seperti tidak hamil, tubuhnya baik-baik saja. Hanya perutnya mulai menonjol terlihat mungil membuat Daniel selalu tertawa melihatnya.
Kurun waktu tiga bulan terakhir hubungan mereka semakin baik, Kinan beruntung karena ketakutan akan Daniel berpaling tidak terjadi, Daniel semakin menjaga dan melindungi dirinya. Sarah bahkan tidak datang dan menggangu rumah tangga mereka. Daniel ragu pada awalnya terus memikirkan Sarah tapi kehadiran Kinan membuatnya sadar, Dirinya bukan lagi Daniel yang dulu, sekarang sudah mempunyai istri dan juga siap menyambut anak pertamanya.
Dokter mengatakan bayi mereka sehat, hanya saja bayi itu masih merahasiakan jenis kelaminnya, jelas hal itu membuat kedua orang tuanya dan nenek kakeknya penasaran.
"Kita tunggu Bulan depan, mungkin dia mau sedikit memberi tahu kita." Ucap dokter kandungan kala itu. Kinan mengangguk paham sedangkan Daniel memasang wajah masam, dirinya sudah tak sabar ingin mengetahui jenis kelamin bayinya itu.
"Sabar A, nanti juga ketahuan, yang lebih penting itu dia sehat." Kinan cekikikan bersama Bu Tari yang menemaninya ke ruang pemeriksaan.
Sungguh Kinan merasa bahagia karena hidupnya bisa seberuntung itu, mempunyai suami dan mertua yang baik dan menyayanginya sebegitu besar.
Seperti saat ini, acara empat bulanan akan di adakan. Rumah besar kedua mertuanya nampak ramai. Keluarga mulai berdatangan tapi hal itu membuat Kinan sedikit khawatir pasalnya dirinya hanya mantan pembantu bukan wanita dari kalangan atas seperti Sarah. Sedari tadi Kinan masih mengurung diri di kamar sedangkan Daniel sibuk mondar-mandir untuk menyambut sodara. Tapi di antaran orang-orang tidak nampak keluarga dari Kinan, Sebenarnya Daniel sudah memberi tahu Bu Anis dan pak Danu. Berharap kedua mertuanya itu bisa datang. Akan tetapi mereka berhalangan hadir dengan alasan si kembar tengah sibuk ulangan yang mana tidak bisa di tinggal.
Kinan bahkan tidak mengetahui kedatangan Sinta, Daniel kebetulan segera masuk ke kamar menghampiri Kinan yang masih berdiam diri di tepi ranjang.
"Ada Tante Tata." Kata Daniel mengabarkan. Dirinya lantas segera mencari ponsel untuk di isi daya.
Kinan sumringah sekaligus takut.
"Sinta ikut?" Tanya Kinan ragu.
"Ikut, dia nungguin kamu, yuk ke bawah." Daniel segera menghampiri Kinan, menarik lembut kedua tangannya.
"Tapi Kinan takut." Kembali kalimat itu terlontar. Jelas Kinan takut sekaligus malu, hampir semua keluarga Daniel datang. Mungkin sebagian dari mereka masih belum mengetahui siapa dirinya. Padahal Bu Tari dan pak Teo sudah memberitahu semua keluarga tentang pernikahan Daniel yang mendadak itu. Sontak semua keluarga terkejut di buatnya. Apalagi alasan di balik pernikahan itu terjadi dan mereka juga sudah mengetahui asal-usul Kinan. Tidak ada pilihan selain menerima beruntung semua keluarga tidak ada yang menghakimi keduanya mereka percaya itu semua adalah kecelakaan terlebih Bu Tari sudah membicarakan semua hal.
Daniel terus menyakinkan Kinan bahwa tidak akan terjadi apa-apa. "Mereka orang baik, tidak akan ada yang membicarakan kamu atau pernikahan kita, Bunda sama Ayah sudah menceritakan semuanya."
Kinan menatap Daniel sedikit bingung. "Semuanya?"
Kepala Daniel mengangguk. "Jadi ayo, mereka pengen ketemu kamu, pengen kenalan katanya."
Kinan ragu mengangguk dan berjalan keluar kamar, Daniel setia mengandeng Kinan yang tertunduk. Melihat itu Daniel berbisik.
"Angkat kepalanya. Jangan malu, kamu sekarang istri aku."
Kinan melirik Daniel yang berjalan di sampingnya. "Tapi-
"Aa ga mau ya kalau kamu ngelawan."
Sontak Kinan mengangkat kepala tersenyum malu ketika mata para sodara Daniel menatap kedatangannya.
Ya Allah aku malu sekali.
Sinta yang ada di sana, tersenyum bahagia melihat Kinan yang nampak lain, pakaian yang di kenakan begitu mahal membuat rasa iri muncul,
Beruntung banget kamu Kinan, aku lihat kamu bahagia di sini. Alhamdulillah deh kalau begitu, den Daniel benar-benar bertanggung jawab atas kamu.
Sinta membatin sembari melambaikan tangan ke arah Kinan yang masih menuruni tangga. Kinan membalas lambaian tangan Sinta sang teman. Begitu bahagia bisa melihat Sinta yang sudah empat bulan ini tidak di temuinya..
Kinan malu-malu menghampiri keluarga Daniel, satu persatu menyalami dan mengobrol sebentar. Bunda Tata memeluk Kinan erat apalagi sekarang dirinya sudah menjadi keluarga bukan lagi asisten rumah tangga.
"Kinan betah tinggal di sini?" tanya Bunda Tata. Menatap Kinan yang memang nampak lebih segar. Mengingat beberapa bulan lalu penampilan sang gadis terlihat kusut dan murung.
Kinan mengangguk. "Alhamdulillah Bun, Kinan betah."
"Jangan panggil bunda, sekarang kamu udah jadi istrinya Daniel, sepatutnya kamu panggil Tante,"
Kinan mengangguk lagi. "Baik, Tante,"
"Daniel udah bilang dari awal juga, tapi dia kekeh panggil bunda, katanya ga enak." Daniel ikut nimbrung yang memang senantiasa berisi di samping Kinan.
Semua hanya tersenyum di saat yang lain sibuk dengan urusan masing-masing.
Waktunya syukuran 4 bulanan tiba. Kinan dan Daniel begitu khusu mendengarkan lantunan ayat suci Alquran dan doa yang di pimpin langsung ustadz langganan keluarga Daniel. acara itu begitu hikmat dan berjalan mulus sampai sore tiba acaranya selesai.
Sinta di ajak Kinan masuk ke kamar, sedangkan Tamara tidur bersama Dea dan pak Arman. Terlihat kelelahan karena sibuknya acara dan banyaknya sodara. Daniel sendiri masih bercengkrama bersama keluarga yang lain.
"Ya Allah, gede banget kamarnya Kinan," Sinta berkeliling seperti anak kecil, menjelajah seisi kamar, sedangkan Kinan hanya diam memperhatikan.
"Aku juga mau di nodai kalau akhirnya hidup ku seperti kamu," Celoteh Sinta.
"Astaghfirullah, Sinta, nyebut." Kinan kesal mendengarnya. "Jangan punya pikiran kaya gitu pamali."
"Tapikan kamu hidup enak di sini, kamu sama kaya aku dari kampung, sekejap mata jadi nyonya keluarga Baskara, lah aku udah kerja lama masih jadi babu." lagi Sinta berceloteh asal, memandang diri di cermin meja rias, sesekali duduk dan berlagak seperti Kinan. "Aduh enak banget sekarang hidup kamu."
Kinan tak memberi respon apapun. Dirinya merenung. "Aku kalau boleh milih ga mau di sini, mereka baik, Alhamdulillah kedua orangtua A Daniel dan A Daniel sendiri mau terima aku, aku bukannya ga bersyukur tapi aku masih muda Sin, usia ku baru 17 tahun tapi udah nikah."
"Nikah di usia 17 tahun artinya nikah muda. Ga jadi soal. yang penting apa yang sekarang kita punya. Udah jangan mikirin yang aneh-aneh, tugas kamu cuma jadi nyonya Baskara." Sinta menarik Kinan memaksanya duduk di meja rias. "Lihat kamu sekarang."
Kinan menatap pantulan dirinya di cermin. Begitu cantik dengan balutan baju kaftan berwarna cream keluaran terbaru dari salah satu desain ternama di bandung. senada dengan pakaian Daniel. Semua keluarga menatap pasangan suami istri takjub, Kinan bahkan tidak terlihat seperti gadis kampung atau bahkan tampang pembantu.
"Kamu harus bersyukur. Lupakan bagaimana kamu ada di sini, semua udah jalan dari Allah." Sinta mengusap bahu Kinan, menatap sendu wajah sang teman.
Kinan balik mantap Sinta, "Semua ini ga bisa hilangin Trauma ku Sin,"
Daniel mematung di ambang pintu, dirinya diam-diam masuk ke kamar, siap menyapa keduanya tapi pembicaraan intens itu sulit di ganggu. Daniel mendengar semua percakapan keduanya sampai di mana Kinan masih menyimpan rasa trauma nya..
"Sulit buat kamu melupakan rasa trauma kamu, sesulit aku mencintai kamu dan melupakan Sarah."