NovelToon NovelToon
Takdir Cinta

Takdir Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Spiritual / Model / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Mengubah Takdir
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Sebuah Kata

Berawal dari sahabatnya yang fans sekali dengan seorang Gus muda hingga mengadakan seminar yang akan diisi oleh Gus yang sedang viral dikalangan muda mudi itu.

Dari seminar itulah, Annisa menemukan sosok yang selama ini dikagumi oleh banyak orang salah satunya Bunga, sahabatnya sendiri.

Awalnya, menolak untuk menganggumi tapi berakhir dengan menjilat air ludah sendiri dan itu artinya Annisa harus bersaing dengan sahabatnya yang juga mengagumi Gus muda itu.

Lantas gus muda itu akan berakhir bersama Annisa atau Bunga?

Ketika hati telah memilih siapa yang dia cintai tapi takdir Allah lebih tau siapa yang pantas menjadi pemilik sesungguhnya.

Aku mencintai dia, sedangkan dia sudah bertemu dengan takdir cintanya dan aku masih saja menyimpan namanya didalam hati tanpa tau bagaimana cara untuk menghapus nama itu.

Bukan hanya aku yang mengejar cinta, tapi ada seseorang yang juga tengah mengejar cinta Allah untuk mendapatkan takdir cinta terbaik dari yang maha cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sebuah Kata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keputusan

Annisa berdiri didepan halte menunggu bus datang, namun sudah hampir lima belas menit bus yang ditunggu belum juga nampak. Kepala gadis itu semakin berat hingga membuat matanya juga terasa panas, "Semoga aku kuat." batinnya.

"Ini, buat kamu." satu paperbag kecil muncul didepan wajah Annisa yang sudah merah padam. Gadis itu menatap heran paperbag yang tiba-tiba melayang didepan wajahnya.

"Hantu?" batinnya memikirkan kenapa bisa ada paperbag yang tiba-tiba melayang didepan wajahnya.

"Hant--" ucapnya sedikit berteriak namun terhenti saat matanya menangkap bayangan pria tampan yang kini berdiri disebelahnya dengan wajah datar ciri khas pria itu.

Annisa menutup mulutnya dan mengerjapkan mata, berharap bayangan itu hanya halusinasi saja namun tetap saja pria itu ada didepannya.

"Gus Bibi?" lirihnya saat merasa benar jika yang berada dihadapannya adalah Habibi Al-khair, pria sholeh yang selama ini mengisi kekosongan hati Annisa.

Habibi mengangguk, "Didalam ini ada obat dan air, kamu bisa meminumnya saya rasa kamu sedang sakit." ucapnya tanpa menatap Annisa.

"Tau dari mana dia? Apa jangan-jangan dia bisa membelah diri menjadi tujuh?" batin Annisa heran.

"Ambilah! Tangan saya pengal jika seperti ini terus." ucap Habibi.

Annisa mengambilnya dengan ragu, "Terima kasih gus."

Habibi mengangguk, memperhatikan dua pegangan ditangan gadis itu, satu kantong plastik yang satu lagi paperbag yang baru saja dirinya kasih, "Kamu sudah membeli obat?" tanyanya.

Annisa menggeleng, "Bukan beli tapi dibeliin sama teman gus,"

Habibi kembali mengangguk, "Kenapa belum diminum?"

Katakan jika Habibi adalah pria yang kepo.

Annisa mengulum bibirnya, "Habis magrib gus."

"Kenapa tidak sekarang?"

"Gus Bibi ini kenapa sih? Kepo banget." batin Annisa.

"Magrib aja gus."

"Kamu puasa?" tebaknya tepat sasaran.

Annisa mengangguk, " Kalau gak kuat lepasin aja, gak ada paksaan buat tetap lanjut."

Annisa menggeleng, "InsyaAllah kuat kok." ucapnya sembari mengepal tangan diudara.

Habibi hanya mengangguk paham dan hendak berlalu pergi namun langkahnya dihentikan oleh Annisa, "Gus kesini mau jemput mba Ikha ya?" terkanya.

"Mba Ikha? Panggilan yang cukup akrab untuk orang yang baru pertama kali bertemu." batin Habibi.

"Mba Ikha nya udah balik setengah jam yang lalu gus, mungkin gus bisa cari di rum--"

"Saya kesini mencari kamu, bukan Zulaikha." balasnya yang membuat Annisa membeku akan pengakuan itu.

"Sebenarnya saya ingin berbicara sama kamu, tapi karena keadaan yasudah lah, lain kali saja." lanjutnya.

"M-mau bicara apa gus?" tanya Annisa penasaran.

"Istirahatlah, lain kali saja kita bicara." ucap Habibi.

Annisa menggeleng, "Saya harap ini pertemuan kita yang terakhir gus, jadi bicaralah sekarang!" ucap Annisa final.

Apakah gadis itu bercanda?

Annisa memang susah ditebak.

Habibi mengepal tangannya, apa yang gadis itu katakan?

"Maksud kamu?"

Annisa memalingkan wajahnya, tak ingin melihat sosok Habibi didepannya, "Apa yang saya harapkan dari pertemuan kita selanjutnya gus? Saya rasa gus tahu maksud dari ucapan saya." ucapnya menahan sesak.

Habibi mengulum bibirnya dan menarik nafas dalam lalu membuangnya dengan sedikit kasar, "Kamu ingin menghindari saya?" tanyanya.

Annisa menggigit bibir bawahnya, "Hanya itu cara terbaik untuk melindungi hati agar tak kembali terluka,"

"Katakan pada saya apa yang membuatmu, ingin menghindari saya? Apa kamu tidak ingin berbicara dan mencari tahu tentang saya?" pertanyaan nekad dari Habibi berhasil membuat Annisa menatap pria itu.

"Demi Allah, aku mencintaimu gus, entah apa yang membuat aku mencintai manusia sepertimu yang jelas gus tidak akan pernah bersanding dengan gadis kris agama sepertiku. Aku hanya ingin menjaga hati untuk tidak lagi terluka dengan hayalan yang aku ciptakan sendiri sedangkan kenyataannya gus akan menjadi milik orang lain."

Annisa mengatakan itu dengan melepaskan semua rasa malunya, entah keberanian darimana yang jelas dia ingin mengatakan semua hal yang dia rasakan.

Tidak ada yang salah, Annisa hanya ingin melindungi hatinya agar tidak sakit untuk kedua kalinya.

Annisa memejamkan matanya, "Seharusnya dari awal aku sadar diri, aku ini siapa dan gus juga siapa dan seharusnya dari awal aku menolak Bunga untuk tidak menghadiri pengajian waktu itu, mungkin hatiku saat ini masih baik-baik saja."

"Kamu menyesal mencintai saya?" tanya Habibi lembut.

"Aku tidak pernah menyesal mencinta hamba Allah yang memiliki kecintaan yang luar biasa pada sang pencipta, aku tau kata-kata ini tidak pantas diucapkan jika belum halal tapi inilah yang menggambarkan semuanya gus, aku mencintaimu karena Allah jadi apapun yang akan aku dapatkan itu adalah bentuk kasih sayang Allah kepadaku, aku yakin semua akan baik-baik saja termasuk mengikhlaskan semua doa yang pernah aku langitkan untukm--"

"Jika aku juga mencintamu, apakah kamu percaya?" potong Habibi.

Deg

Apa pria itu katakan?

Cinta?

Sungguh, ini bukanlah Habibi yang Annisa kenal, mengapa Habibi seperti ini? Bukankah Habibi sebentar lagi akan menikah? Mengapa pria ini mengatakan cinta pada gadis yang beberapa kali dia temukan.

Annisa menggeleng, "Aku tidak percaya,"

"Kenapa? Apa saya terlihat bercanda?"

"Gus, istighfar! Aku gak ingin dicap sebagai perebut calon suami orang! Jangan libatkan aku dengan semua masalah yang menimpa gus. Pergilah dan lanjutkan pernikahan gus bersama mba Ikha!" ucap Annisa dengan nada yang sedikit meninggi.

"Kenapa kamu egois sekali? Bukankah kamu juga mencintai saya dan saya juga mencintai kamu, kita bisa saling bersama, Annisa."

Annisa menggeleng, gadis itu menatap tak percaya pria didepannya itu, dirinya merasa bahwa Habibi yang ada didepannya ini bukanlah Habibi yang selama ini dia kenal. Demi apapun, Habibi yang sekarang terlihat menakutkan baginya.

"Aku bukan gadis murahan yang seenaknya diajak menikah sekalipun aku mencintaimu gus, aku cukup tahu diri dengan posisiku dan sadarlah, ada wanita sholeha yang menunggu kepastianmu. Aku mohon, percayalah akan takdir cinta dari Allah, jangan membuatku membencimu Habibi." ucap Annisa sesak dengan memelankan kalimat terakhirnya, sangat pelan hingga Habibi saja tak mendengarnya.

Habibi menatap langit biru, pria itu mengambil nafas dalam dan membuangnya, hal itu dia lakukan tiga kali dan kembali menatap gadis didepannya, bukan wajah Annisa yang ditatapnya melainkan jidat gadis itu, "Astagfirullah" Ia ucapkan dalam hati.

"Maafkan saya, terima kasih sudah pernah menjadi seseorang yang membuat saya hampir gila seperti sekarang, dan maaf jika saya pernah membuat hatimu terluka, saya akan mencoba berdamai dengan keadaan dan jika memang kita tidak mendapatkan takdir cinta itu, saya harap cinta kita sama-sama menjadi ibadah dimata Allah."

Bahu gadis itu bergetar, gadis mungil itu tengah menangis mendengar ucapan Habibi, Annisa itu gadis pintar jadi dia cukup paham akan maksud dari perkataan Habibi.

"Saya pamit, jaga diri baik-baik, mungkin benar ini adalah pertemuan terakhir kita seperti ucapanmu diawal, saya harap jika saya kembali nanti takdir kita sudah berbeda dan semoga itu takdir terbaik dari Allah. Assalamualaikum Annisa Mardhatillah." pamit Habibi meninggalkan gadis mungil yang semakin kejar akan tangisannya, Annisa menatap punggung Habibi.

Ingin rasanya gadis mungil itu berlari dan memeluk punggung pria yang sangat Ia sayangi itu, akan tetapi gadis itu sadar, dirinya dan Habibi bukanlah halal dan akan hanya mendapat dosa jika Annisa melakukan hal itu.

Annisa menjatuhkan dirinya dilantai halte dengan bertumpu pada lutut, kepala yang tertunduk dan bahu yang bergetar, sedangkan Habibi, pria itu berbalik badan melihat Annisa.

Entah kenapa hatinya merasa hancur saat melihat gadis itu, Habibi tidak tau persis kapan dia mencintai Annisa yang jelas hatinya saat ini ikutan hancur akan pilihan yang telah Ia putuskan.

Rasanya Habibi ingin berlari menghampiri Annisa dan membawanya kedalam pelukan hangat yang Habibi miliki, pria itu tak ingin Annisa terluka, tapi ini adalah keputusan final setelah opsi pertama ditolak Annisa.

Habibi memiliki dua opsi saat ingin bertemu dengan Annisa, dimana opsi pertama dirinya akan mengungkapkan cinta dan akan mengajak Annisa menikah lalu hidup bahagia, akan tetapi gadis mungil itu menolak hingga opsi kedua menjadi pilihan Habibi.

Habibi kembali melanjutkan jalannya sebelum itu dirinya masih melihat Annisa, "Jika takdir cinta dari Allah adalah kita, saya mohon jadilah wanita paling bahagia nantinya, maafkan saya Annisa." ucapnya kembali berjalan menuju mobil dan melajukan mobilnya menuju rumah.

Terkadang, memilih terluka demi menyelamatkan hati orang lain adalah bentuk perjuangan cinta yang dilakukan seseorang.

Memang tidak semua orang memiliki pemikiran yang sama dengan Annisa, namun bagi Annisa mengikhlaskan kebahagiaannya untuk orang yang dia cintai adalah bentuk perjuangan cinta yang Annisa miliki.

Cinta yang suci datang dari Allag, biarkan semua takdir cinta itu Allah yang mengatur, untuk rasa sakit dak sesak itu hal yang biasa dalam sebuah cinta karena semuanya adalah bumbu untuk hidup lebih bewarna.

Ikhlas itu sulit, tapi terbiasa adalah awal dari keikhlasan yang akan menjadikan semuanya terasa lebih damai.

Mungkin takdir cinta yang kita pilih salah, tapi takdir cinta dari Allah tak pernah salah. Percaya pada semua yang telah Allah tetapkan, sebagai seorang hamba kita hanya bisa berusaha dan tawakal kepada sang pemilik takdir.

Biarkan takdir cinta kita Allah yang atur, batin Habibi dan Annisa bersamaan.

1
Zulfa Ir
Ceritanya mendidik untuk menerima takdir Allah
aca
hadeh sabar
aca
lanjut
Capricorn 🦄
k
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!