Agnia merupakan anak keluarga kaya raya. Ia akan berencana akan menikah dengan kekasihnya namun tepat di hari pertunangannya, ia malah melihat kekasihnya bermain api dengan sahabatnya sendiri.
Ia pikir status dan derajat yang sama bakal membuat semuanya bahagia. Tapi, ternyata ia jatuh pada seseorang yang bahkan tidak pernah dia pikirkan sebelumnya....
"Kehormatan mu akan terganggu jika bersama pria seperti ku!"
"Apa pentingnya kehormatan jika tak mendatangkan kebahagiaan?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Eng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17. Dia menyelamatkan
Rona penuh kerakusan seketika terpancar ketika Jovan berhasil merobek pakaian Agnia secara paksa. Kulit putih mulus menggugah selera juga menurutnya.
Hasrat yang semula landai, tiba-tiba bangkit karena selama ini mereka memang sangat menjaga batasan di karenakan Jovan yang berkamuflase.
Jovan sudah pasti menang hari ini, namun tanpa di nyana,
BRAK!
Dan Jovan seketika terkejut saat belum sempat ia menoleh, sudah ada tangan bertenaga kuat yang menarik pakaiannya dengan kasar lalu melemparkan tubuhnya ke lantai.
"Kurang ajar!" maki Jovan yang kesal karena Airlangga lagi-lagi mengacaukan upayanya.
"Kau!"
"Argghhh!"
Tangan Jovan yang semula hendak melayangkan pukulan ke arah Airlangga, kini malah di pelintir ke kiri dan membuat pria itu sontak berteriak kesakitan. Airlangga melakukan hal itu sembari menatap tajam dengan rahang yang sudah menjadi keras.
Ia sedang bingung tadi sebab sudah sangat lama pintu tidak terbuka, dan ketika ia bergerak memeriksa, ia malah mendapati ruangan itu telah kosong melompong. Untung saja sinyal di telinganya tiba-tiba berbunyi, ia seketika lari melesat mencari Agnia.
Ya, tanpa Jovan sadari, kalung Agnia yang tertekan secara tidak sengaja membuat Airlangga akhirnya tahu jika perempuan itu sedang dalam bahaya.
"Sekali lagi kau berani bersikap kurang ajar pada Agnia, ku patahkan tanganmu!" ancam Airlangga menghardik Jovan.
Jovan yang kini kesakitan dengan deru napas yang kembang-kempis memilih pergi karena pria di depannya itu rupanya tidak bisa di sepelekan. Meski di dalam hatinya, ia akan membalas dan tak terima dengan semua ini.
Melihat Jovan lari tunggang langgang, Airlangga segera mengunci pintu kamar Agnia lalu bergegas menolong perempuan itu.
"CK!" Airlangga mendecak kesal karena matanya kini malah tak sengaja harus melihat pundak seputih susu milik Agnia.
Tangan berjemari besar itu mencoba menutupi bagian yang seharusnya tak ia lihat, tapi matanya segera membulat demi kecupan spontan yang di lakukan Agnia kepada bibirnya.
CUP
Airlangga membeku sejenak karena otaknya tiba-tiba blank. Sentuhan benda lembut yang terasa manis itu membuat jakunnya bergerak. Mereka berciuman.
"Eughh!" lenguh Agnia.
Saat itu dia segera sadar dan tahu, bahwa perempuan ini sedang dalam pengaruh barang biadab. Merasa jika dia bukanlah pecundang, ia segera mendorong tubuh Agnia menjauh sembari sesekali mengumpat sebab perempuan itu malah menggerayangi tubuhnya dengan sangat tidak wajar.
"Sayang!"
Airlangga mendelik dengan bingung sebab perempuan itu malah semakin tak terkendali.
***
Beberapa jam kemudian, Airlangga melipat kedua tangannya seraya menatap nanar Agnia yang kini ia rendam di dalam bathtub berisikan air, dengan tangan dan kaki yang ia ikat dengan tali.
Terlihat sangat kejam memang, tapi itulah yang bisa membuat kehormatan Agnia tetap berada di keadaan aman. Ya, Airlangga terpaksa melakukan hal itu karena reaksi obat itu sungguh membuatnya resah.
Melihat kekurangajaran Jovan yang kelewatan, ingin rasanya ia menghajar pria itu sekarang, tapi ia tak mungkin meninggalkan Agnia dengan keadaan seperti ini. Ia menatap seraut cantik yang kini memejamkan matanya itu dengan tatapan dalam.
Dirinya dan perempuan payah ini tak sengaja bertemu dalam situasi tak wajar. Ia kini benar-benar merasa jika hidup Agnia sungguh sangat beresiko. Ia malah menjadi berpikir, bagiamana jika Jovan tahu bila Agnia hanya bersandiwara?
Ketika masih larut dalam lamunan, pintu tiba-tiba di gedor dengan kerasnya.
DAK! DAK! DAK!
Maka Airlangga segera mengunci pintu kamar mandi Agnia lalu pergi melesat ke depan.