Raya, Jenny, Nabilla, dan Zaidan. Keempat gadis yang di sangat berpengaruh di salah satu sekolah favorit satu kota atau bisa dibilang most wanted SMA Wijayakusuma.
Selain itu mereka juga di kelilingi empat lelaki tampan yang sama berpengaruh seperti mereka. Karvian, Agam, Haiden, dan Dio.
Atau bagi anak SMAWI mereka memanggil kedelapannya adalah Spooky yang artinya seram. Karena mereka memiliki jabatan yang tinggi di sekolahnya.
Tentu hidup tanpa musuh seakan-akan tidak sempurna. Mereka pun memiliki musuh dari sekolah lain dimana sekolah tersebut satu yayasan sama dengan mereka. Hanya logo sekolah yang membedakan dari kedua sekolah tersebut.
SMA Rajawali dan musuh mereka adalah Geng besar di kotanya yaitu Swart. Reza, Kris, Aldeo, dan Nathan. Empat inti dari geng Swart dan most wanted SMAJA.
Selain itu ada Kayla, Silfi, Adel, dan Sella yang selalu mencari ribut setiap hari kepada keempat gadis dari SMAWI.
Dan bagaimana jika tiba-tiba SMAJA dipindahkan ke sekolah SMAWI?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon oreonaaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19 : Terlambat dan Hukuman
Sudah 2 Minggu terlewati anak Rajawali bersekolah di tempat Wijayakusuma. Dan terhitung pula beberapa siswa siswi bulak balik ke dalam ruangan BK. Ternyata tidak hanya kelas 12 anak Wijayakusuma vs 12 anak Rajawali yang sering berantem ternyata kelas 11 anak Wijayakusuma juga bermasalah dengan kelas 12 anak Rajawali. Sampai-sampai guru BK angkat tangan karena setiap hari ada saja masalah di antara dua siswa siswi sekolah ini.
Memang benar niat bapak ibu guru menyatukan sekolah ini untuk mempererat tali persaudaraan. Tetapi baru 2 Minggu saja sudah sebanyak ini siswa siswi bermasalah. Anak yang biasanya pendiam saja bisa masuk ke dalam buku hitam BK.
Dan seperti biasa 4 gadis vs 4 cowok dari dua kubu yang berbeda sedang di interogasi tapi lebih tepatnya di hukum karena telah membuat keributan di depan sekolah. Baru pagi sudah ada saja yang berurusan dengan BK apalagi nanti siang? Sore? Lama-lama buku BK akan menambah semakin banyak dengan catatan semua siswa siswi.
Ya karena anak Wijayakusuma lagi dan lagi anak yang kalem attitude yang bagus dan sopan damai lah sekolah hanya ada beberapa saja yang mungkin bermasalah itu pasti tidak jauh dari nilai. Reputasi Wijayakusuma memang di atas rata-rata dan Rajawali di bawah rata-rata.
Kedua sekolah yang sama-sama memiliki kepala sekolah yang sama, organisasi yang sama dan atribut yang sama ternyata reputasi mereka jauh berbeda.
“Awas elah, gue mau di sini. Cowo ngalah.”
Saat ini merek sedang dihukum dan di suruh untuk berbaris. Dan lagi-lagi di saat berbaris saja sempat ada cekcok antara Zai dan Nathan.
“Kagak, gue di sini duluan kalau Lo tau.” Tolak Nathan dengan wajah kesal.
“Kalau Lo cowo ngalah dong sama cewe.” Zai mencoba memancing emosi Nathan.
“Ga ada hubungannya.”
“Dih dasar banci.”
“APA? BANCI?” oke sepertinya rencana Zai berhasil. Nathan sudah tersulut emosi.
“Iya! Kenapa? Ga terima?” Tantang Zai.
“Wah gak bener ni anak. Awas Al gue mau hajar ni cewe gak tau diri.” Baru saja Nathan ingin maju dan menonjok Zai tetapi terhalang Al yang memang berniat menghalangi antara Nathan dan Zai. Bisa tambah panjang lagi nanti masalahnya meskipun mereka sudah biasa saja.
“Apa? Sini hajar kalau berani.” Zai memasang wajah songongnya yang membuat Nathan menambah emosi.
“SIALAN LO! Awas Al gue kagak terima ya Anjing!” Teriak kesal Nathan. Al sebisa mungkin membawa Nathan menjauh dari Zai.
“APA-APAAN INI?”
Datanglah si Ibu Tini pengganti Pak Anggoro selaku guru BK. Bu Tini ini lebih killer dari pada Pak Anggoro karena tidak akan kasih hukuman yang nanggung banget alis sekali hukuman dapat membuat murid itu kapok tapi itu bukan bagi mereka berdelapan.
“Kalian ini disuruh baris aja malah berantem. Mau saya PBB sekalian? Baris cepat yang benar!” Ujar Bu Tini tegas dengan tatapan setajam silet.
Langsung saja mereka semua baris dengan rapi. Dengan formasi barisan 4 ke samping yang diisi oleh Raya, Jenny, Vian, Nathan dan di belakang mereka ada Kris, Zai, Billa, Al.
Bu Tini di depan mereka membawa buku hitam yang akan menulis kegiatan kenakalan siswa siswi di sekolah ini.
Jenny menatap buku itu heran. Kemarin buku itu cover depannya sudah terlihat lecek tidak seperti buku di depannya ini yang terlihat seperti baru.
Kayaknya ni buku baru deh. Berarti buku lama dah penuh otomatis Bu Tini lupa nih sama catatan yang dibuku lama. Batin Jenny yang memandang bulu hitam itu dengan lekat.
“Kenapa liat buku saya?”
Ternyata tatapan Jenny ditangkap basah oleh Bu Tini. Jenny hanya bisa menyengir dan menggeleng.
“Ga apa-apa, Bu.”
“Sebutkan nama kalian, saya akan catatan terlebih dahulu nama kalian di buku ini.”
Bu Tini pun membuka buku hitam tebal itu dan mengeluarkan bolpoin. Siap untuk mencatat nama indah kami di buku sejarah BK.
“Soraya Aafreeda 12 IPA-1”
Raya mengucapkan namanya terlebih dahulu karena posisi dirinya memang di depan persis Bu Tini berdiri saat ini. Terlihat Bu Tini mengerutkan keningnya setelah mendengar ucapan Raya.
Loh ini nak Raya? Sekretaris OSIS?
Batin Bu Tini.
Raya mengangguk, “Benar Bu saya sekretaris OSIS. Maaf Bu saya tidak memberikan contoh yang baik untuk teman-teman serta adik kelas.”
Bu Tini sedikit terkejut dan mengangguk dengan sedikit tertawa canggung. “Tidak apa-apa nak. Oh ya, kamu boleh ke kelas. Tidak usah ikut hukuman ini ya?”
Raya mengangkat alisnya sebelah, “Maksudnya Bu?” Tanyanya tidak paham.
“Iya kamu masuk saja, saya tadi di beritahu bahwa anak OSIS beberapa ada yang terlambat.”
“Tapi saya terlambat bukan karena OSIS Bu.”
“Sudah kamu ke kelas saja ya? Baiklah lanjut siapa lagi?”
Bu Tini sedikit mendorong Raya menjauh dari barisan. Dan melanjutkan menulis nama siswa siswi.
“Loh Bu!? Kok dia boleh kembali ke kelas sih Bu? Kita enggak disuruh kembali ke kelas Bu?” Tanya Al.
“Kamu beda sama dia.” Jawab Bu Tini dengan nada sindir.
“Dih! Beda apaan, sama-sama makan nasi juga.” Desis Nathan.
“Gini aja deh Bu, saya, Zai sama Bila aja Bu yang disuruh balik ke kelas. Mereka gak usah.” Saran Jenny.
“HEH! MANA BISA GITU?” Teriak Al tidak terima.
“Bisa dong masa enggak.” Ujar Zai sembari mengeluarkan lidahnya berniat mengejek.
“Sudah-sudah, kalian tetap di sini.” Finis Bu Tini tidak dapat di ganggu gugat. “Cepat ucapkan nama kamu.”
“Jenny Agustinus 12 IPA-3” Ujarnya datar.
“Nabilla Gyusadir 12 IPA-2”
“Zaidan Padantya. Bu hukumannya jangan berat-berat ya Bu? Kasihan Bu saya belum sarapan nanti saya pingsan. Gimana dong Bu?”
Bu Tini menatap tajam Zai. “Kamu ini baru saja Ibu mencatat nama kalian udah ngurusin hukuman.”
“Yah Bu, kan saya berpikiran ke depan tidak ke belakang.”
“Zai Lo bisa mikir?” Tanya Bila dengan nada terkejut.
Zai menatap kesal Bila, “Lo pikir gue selama ini gak mikir?”
“Iya.” Jawab Bila dengan polos.
“Ihh gemes gue punya temen modelan kayak Lo.” Ujar Zai frustrasi.
Bila mengernyitkan keningnya, “Kenapa? Kata Raya, Bila baik, pintar dan juga lebih waras dari Zai.”
“Bodolah anjing jengkel gue.”
“Itu di belakang kenapa bisik-bisik?” Tanya Bu Tini.
“Kepo deh Bu Tini.” Ujar Bila. Zai pun membelalakkan matanya terkejut. Langsung saja membekap mulut Bila dengan tangan kosong.
“Apa kamu bilang?” Oke, nada Bu Tini sudah naik satu oktaf.
“Ga Bu, Bila bilang Ibu cantik hari ini.” Bohong Zai demi menyelamatkan hidupnya hidup orang lain.
Bu Tini mengangguk, “Terima Kasih saya memang cantik.”
“Dih! Najis.” Gumam Al yang di dengar oleh Zai. Zai pun menatap tajam sang empu dan di balas mengedikkan bahu.
“Ayo lanjut kamu siapa?”
Ya sepertinya Bu Tini kepanasan dengan nada yang tergesa dan terus mengipas area wajah dengan buku hitam itu.
“Reza 12 IPA-1.”
“Kris 12 IPA-1.”
“Aldeo Reicholas anak terganteng tahun ini.” Ujar Al dengan nada pede nya.
Zai, Bila serta Jenny hanya pura-pura muntah dan menatap jijik ke arah Al.
“Nathan Angga Hasibuan, pangeran jauh dari langit.” Ujar Nathan dengan pede pula.
“Yah kasihan jatuh dari langit pasti di buang.” Cetus Jenny.
“Bener Jen dan gara-gara dibuang pasti udah gak guna di langit.” Ujar Zai menyetujui ucapan Jenny.
“Kalau di buang berarti sampah dong.”
Oke, Zai sudah tidak dapat menahan tawa setelah mendengar ucapan kelewatan polos dari seorang Bila. Al pun ikutan tertawa. Kris dan Reza hanya tertawa sebentar.
“BACOT KALI KALIAN.” Jengkel Nathan.
“Hei-hei kenapa berisik sekali kalian ini? Diam kalian.” Tawa mereka sedikit mereda setelah di suruh Bu Tini.
“Ibu ga akan kasih ceramah karena ya percuma juga. Tetapi ibu Cuma mengatakan bahwa kalian sudah kelas 12 sebentar lagi ujian juga. Catatan kenakalan kalian sudah banyak. Dan jangan harap meskipun buku hitam ini berganti tetapi catatan kalian di buku lama masih ada dan bakal ibu ingat.”
“Katanya ga bakal di kasih ceramah tapi ni apa dah? Pidato?” Gumam Al.
Ucapan guru \= bullshit
50% sering terjadi
“Hukumannya apa Bu?” Tanya Reza datar.
Love Reza batin yang lainnya.
“Oke hukumannya, kalian yang perempuan bertiga menyirami semua tanaman di sekolah ini. Ingat s e m u a oke? Dan untuk laki-laki kalian bersihkan area gudang dekat ruang guru. Di tata meja kursi di sana karena ruangan itu ingin di pakai. Paham?”
“Bu tanaman di sini banyak loh Bu. Ga di area depan aja Bu?” Nego Jenny.
“Oh ya, kecuali depan kalian tidak boleh menyirami area sana. Saya tahu pikiran kamu buat niat bolos.”
Pupus harapan. Ketahuan niatnya Jenny.
“Awas aja saya tahu kalian tidak melaksanakan tugas dari ibu tidak benar. Poin kalian saya kurangi. PAHAM?”
“PAHAM BU!”
“Oke, sudah sana lakukan pekerjaan kalian. Kalau mau cari saya, saya ada di ruang guru.”
“Baik Bu.”
Se-peninggalannya Bu Tini. Jenny, Zai dan Bila mencak-mencak teriak tidak terima. Ah tidak hanya Jenny dan Zai. Bila tidak.
“ARGH! KENAPA HARUS SIRAM SIH?” Teriak Zai.
“AWAS AJA TU GURU GUE KASIH SIANIDA BARU TAU RASA.” Desis Jenny.
“Jenny, Zai ayo cari alat buat siram bunga.” Ajak Bila.
“Ini tu semua gara-gara Lo.” Ujar Nathan.
“WHAT THE--? APA LO BILANG? Salah? Gue? Lo goblok apa bego? Jelas-jelas Lo yang salah.” Ujar Zai tidak terima.
“Dih! Ga mau ngaku. Kalau Lo gak senggol motor gue, kita gak bakal kayak gini.” Ujar Nathan.
Ya masalah pagi ini adalah saat mobil Zai ingin memasuki parkiran harus melewati parkiran motor terlebih dahulu. Saat itu Nathan ingin memarkirkan motornya tetapi karena ia terlalu mundur akibatnya mobil Zai yang ingin lewat menabrak bagian belakang motor Nathan dan Nathan jatuh karena terkejut dan tidak bisa mengimbangi.
“Heh! Itu juga gak akan terjadi kalau Lo gak kemunduran ya anjir.” Sanggah Zai yang tidak terima jika ia disalahkan.
“Udah-udah, jangan berantem lagi. Mending kita cari alat siram dari pada nanti dihukum lagi.” Lerai Bila merangkul Zai dan membawanya menjauh tidak lupa Jenny di belakang mengikuti. Dan Jenny sempat memberikan hadiah berupa jari tengah kepada Nathan, Kris, Reza dan Al.