Menikah karena wasiat, itulah yang di alami Clea. ia terpaksa menikah dengan Renei Suprapto, pria tampan, mapan dan matang dan juga suami orang. Margareth istri Renei yang menginginkan pernikahan itu terjadi karena ia sedang sakit keras. Margareth tidak ingin sepeninggal dirinya Renei kesepian karena itu ia menjodohkan suaminya dengan Clea gadis berusia dua puluh tahun yang tak lain adalah petugas terapis Margareth selama sakit.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nur danovar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 20 Insiden Kaki Clea
Paginya Yudi datang membawakan koper dan barang-barang milik Clea. Ia meletakkan koper itu di depan kamar Clea.
"Clea segera mengambil baju-bajunya dan kembali menatanya di lemari, ia meraih sebuah dress pendek berwarna hijau polos. Wajahnya nampak segar dengan riasan sederhana dan rambut yang di ikat rapi ke belakang. Clea menyusul Renei yang sudah berada di ruang makan. Saat bertatapan keduanya terlihat canggung. Clea menggeser sedikit kursi dan duduk di samping Renei. ia mengambilkan makanan ke atas piring Renei yang masih kosong.
"Mas hari ini aku pulang telat ya karena mau membuat vas di toko dengan Rara" kata Clea meminta izin.
Renei terdiam ia mengangguk samar, Renei masih gusar dengan pikirannya sendiri tentang Clea. Ia tidak tahu apa ia mulai tertarik dengan Clea atau hanya sekedar pelampiasan belaka karena ia kesepian tanpa Margareth.
"Mas apa mas tidak enak badan? Kenapa diam terus sejak semalam?"
Clea berdiri dari duduknya dengan berani ia menempelkan telapak tangannya yang lembut ke pipi Renei mengecek suhu tubuh suaminya siapa tahu Reni demam dan sedang tidak enak badan.
Renei nampak terkejut dengan tingkah Clea. Ia hampir tersedak makanannya saat kulit lembut Clea menempel di pipinya.
"Maaf mas aku pikir mas demam"
"Ehm! Pagi pak bu" Yudi sudah berdiri tersenyum entah sejak kapan ia berada di sana.
"Yud berangkat sekarang"
Renei memang berniat menghindari Clea. Sejak kemarin ia merasa aneh dengan dirinya. Ia begitu tertarik pada Clea.
Di perjalanan ke kantor, Renei hanya terdiam menatap jalanan. ia tidak bicara soal pekerjaan seperti biasanya. Yudi sampai melirik ke spion beberapa kali memastikaan jika bos nya tidak pingsan di kursi belakang karena sunyi tidak ada suaranya sama sekali.
Setibanya di kantor Renei langsung menuju ruang VIP meeting Room. pagi ini ia akan memimpin meeting seluruh petinggi perusahaan.
"Maaf pak kalau saya lancang tapi apa ada masalah?" tanya Yudi sembari mendekat ke arah Renei yang duduk sembari memeriksa file meeting di laptop.
"Tidak" jawabnya singkat.
****
Di toko Clea kedatangan beberapa vas baru yang di pesan dari luar kota. ia dan Rara memindahkan vas-vas itu ke dalam ruangan untuk sekalian di tata agar rapi dan menarik para pengunjung. Clea mengangkat sebuah vas berukuran cukup besar ia kewalahan karena memang berat. tanpa sengaja vas itu malah terjatuh meleset dari pegangan tangan Clea. benda keras itu menghantam sebelah kaki Clea hingga membentur lantai dan pecah berserakkan. Clea kesakitan karena jemari kakinya tertimpa vas begitu pula bagian atas telapak kakinya terkena pecahan vas.
"Bu Clea!" Rara langsung panik ia membantu Clea untuk duduk. darah segar nampak mengalir dari telapak kaki Clea.
"Aduh bagaimana ini Bu? kita ke dokter ya?" kata Rara. Clea mengangguk karena menahan sakit keringat dingin sampai keluar. di bantu Rara dan seorang security akhirnya Clea di bawa ke rumah sakit terdekat.
Rara bertambah panik, ketika ponsel Clea berbunyi dan ada tulisan Mas Renei di layar ponsel itu.
"Mas Renei? suami Bu Clea menelpon bagaimana ini??"
"Halo pak, ini Rara"
"Dimana Clea?! aku ingin bicara"
"Di rumah sakit pak"
"Apa?! rumah sakit?" terdengar perubahan suara Renei di telepon yang tadinya cool jadi terdengar sedikit panik.
"Iya pak,.kaki Bu Clea tertimpa vas tadi jadi...."
Tut...Tut..
Renei memutus telepon begitu saja tanpa mendengar sampai selesai penjelasan Rara.