NovelToon NovelToon
Pelukan Mantan Ketua Gangster

Pelukan Mantan Ketua Gangster

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Model / Romansa / Gangster / Kriminal dan Bidadari
Popularitas:6.8k
Nilai: 5
Nama Author: Lyaliaa

Florin, yang baru saja mengalami patah hati, secara tidak sengaja bertemu dengan Liam, mantan ketua gangster yang memiliki masa lalu kelam. Dia terjebak dalam hasrat cinta semalam yang membuat gairah itu terus berlanjut tanpa rencana. Namun saat hubungan mereka semakin dalam, masa lalu Liam yang gelap kembali menghantui, membawa ancaman dan bahaya dalam kehidupan mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lyaliaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20

Bersih dan mengkilap, lantai dan dinding kamar mandi Liam sangat berbeda dengan kamarnya. Didalam sana terasa terang dan damai, berbeda dengan di kamar pria itu yang bernuansa gelap dan terasa suram. Dinding-dindingnya dilapisi keramik mika yang berkilau, memberikan kesan elegan yang menyatu dengan cahaya lampu putih yang berada di langit-langit.

Florin berdiri sebentar di depan cermin besar yang berada di atas wastafel, pantulan dirinya tidak hanya ada di cermin tapi juga terpantul samar di wastafel itu. Suara gemericik air yang keluar dari kran mengisi kesunyian kamar mandi yang baru saja dimasuki oleh Florin. Dia beranjak pada ruang kotak dengan pembatas transparan.

"Kamar mandinya besar juga," ucap Florin kagum.

Di sudut ruangan menggantung kepala pancuran shower yang cukup tinggi, air hangat mengalir di sela-sela lubang kecilnya membasahi Florin yang sudah berdiri di bawahnya. Airnya hangat, terus mengalir deras ke lantai yang licin. Satu handuk putih tergantung di gantungan yang menempel ke dinding. Sementara di sudut lain, ada rak kecil dengan beberapa botol sabun, sampo, dan peralatan mandi lainnya.

Dari pembatas yang transparan memperlihatkan Florin yang masih berdiri di bawah pancuran air hangat yang terus mengalir deras, tubuhnya terlihat jelas meski samar karena uap yang semakin menebal. Kulitnya yang putih mulus menjadi basah berkilauan di bawah pancaran lampu.

"Hemm.hem.heemm.hemmm...," dehaman merdu seperti lirik lagu terdengar candu dari mulut Florin. Dia sangat menikmati waktunya.

Air menetes dari ujung rambutnya yang hitam panjang, menetes ke punggungnya dan jatuh ke lantai. Napasnya mulai kembali teratur, dia berusaha menenangkan pikirannya yang kacau tentang Liam. Dia masih merasa malu karena dirinya lapar di waktu yang tidak tepat. Dan juga dia menginginkan pria itu. Sekarang.

Hangat. Tapi tidak—jelas rasa hangat yang dirasakan oleh Florin sekarang berbeda. Kehangatan yang sangat familiar baginya, dia tersentak kaget saat merasakan tangan hangat Liam tiba-tiba melingkar di pinggangnya. Dia sungguh tak menyadari pria itu masuk. Suara langkah kakinya yang telanjang tak terdengar sedikitpun, hanya bunyi air yang mengalir

"Kenapa kau masuk?" Florin langsung menyilangkan tangannya di depan dada. Berusaha menyembunyikan tubuhnya yang telanjang tanpa tertutup apapun.

"Aku juga ingin mandi," balas Liam tak merasa bersalah sedikitpun masuk tanpa izin. Dengan mudah dia membalikkan tubuh Florin menghadap padanya, dia tersenyum melihat wanita itu yang berusaha menutupi sesuatu darinya. "Apa yang kau sembunyikan? Aku sudah melihatnya, dan juga—" Liam mengecup bibir Florin tepat di tengah-tengah pancuran shower yang masih mengalir. "Aku juga mengecupnya seperti ini."

Kecupan demi kecupan singkat diterima Florin dari bibir seksi pria yang juga sudah bertelanjang di depannya. "Liam..," Florin berusaha membuat jarak, tapi tak bisa. Dia terlalu ke pojok ke dinding sementara pria itu terlalu kuat menahan dirinya untuk tetap dekat. "Kita tidak bisa melakukannya disini."

Liam mendengarnya, dia bisa mendengarnya dengan jelas meskipun bunyi pancuran shower lebih keras dari suara wanita itu. Dia masih memeluknya, napasnya mulai terasa hangat di leher Florin. Dan pria itu tiba-tiba mendekatkan pinggang Florin padanya, Florin bisa merasakan sesuatu yang keras di bawah sana. Dia sudah membangunkan sesuatu yang tak bisa di lawannya.

"Kau lihat? Dia juga menginginkanmu.. sayang.."

Meskipun tahu apa yang sedang di maksud oleh Liam, Florin masih mencoba melawan dorongan dalam dirinya untuk tidak terbawa oleh kata-kata Liam. Tapi, hawa panas dari shower dan kehadiran Liam yang begitu dekat membuat usahanya hanya akan sia-sia. Napas mereka mulai saling bertautan, mengisi ruang kecil di antara wajah mereka.

Akhirnya Florin mengalah, dia pasrah. Liam menarik tubuhnya lebih dekat, bibir pria itu menyentuh bibir Florin dengan lembut, tetapi dengan cepat berubah menjadi lebih intens dan panas, Liam seakan berada di puncak gairah yang tak tertahankan.

Air hangat terus mengalir deras dari shower, membasahi tubuh mereka yang kini saling menempel satu sama lain. Dan tak hanya bunyi aliran air yang terdengar, namun juga desahan Florin yang mulai terdengar lebih keras ketika Liam menggerakkan tangannya di sepanjang punggungnya dan berakhir di pahanya.

Florin berusaha berucap, suaranya terputus-putus di antara ciuman penuh hasrat yang masih berlangsung, "Liam,.. Ahhh..cukup, kita bisa—meneruskannya nanti."

Dekapan Liam menjadi lebih erat, suaranya terdengar lebih rendah dan serak, "Sekali saja, kita masih punya banyak waktu."

"Aauhhh," sebuah rintihan panjang menggema dari mulut Florin saat Liam membuatnya menempel erat ke dinding. Ciuman mereka menjadi lebih liar dan membara begitu tubuh mereka saling menyatu di bawah cahaya lampu. "Aahh, Liam..," desah Florin saat merasakan tubuhnya seakan melebur menjadi satu dengan Liam. Jejak telapak tangan Liam di pinggang Florin terasa sangat jelas dan nyata, menyisakan sensasi yang tak bisa diabaikan.

"Ahhh, auhhh, ahh...," desahan dan rintihan mulai terdengar seperti alunan musik yang menggoda di telinga Liam, yang membuat dirinya semakin bergairah. Gelora asmara cinta penuh kasih dan dipenuhi sensasi mendebarkan itu berlangsung hampir setengah jam.

**

Liam menggandeng tangan Florin, mereka berjalan beriringan menuruni tangga. Mereka berjalan menuju meja makan besar di lantai bawah, sebuah meja panjang yang sudah penuh dengan berbagai hidangan sarapan. Roti panggang, telur, daging asap, hingga buah-buahan segar tersaji dengan rapi dan berjejer mengisi dari ujung ke ujung meja.

Di seberang meja, Jarrel sudah duduk, bersama tiga pria lainnya yang tak dikenali olehnya. Namun dia tak melihat pria yang dilihatnya di lorong sebelum ini. Suasananya terasa tegang dan canggung. Semua orang di sana duduk dalam diam, seperti tidak ada yang saling mengenal atau mungkin tidak ingin memulai percakapan.

"Ada apa dengan mereka," batin Florin heran. Dia melirik pada Liam yang duduk di sampingnya. Pria itu tampak sedang menikmati sarapannya. Dia juga seakan tak peduli dengan yang lainnya, dan yang lain sepertinya juga melakukan hal yang sama. Florin sungguh merasa berada dalam situasi yang membingungkan.

Mereka sarapan bersama dalam keheningan yang janggal, hanya terdengar bunyi dentingan sendok dan garpu beradu dengan piring. Ekspresi wajah semua orang disana tampak dingin dan tidak bisa diterka. Dan satu hal yang membuat Florin penasaran, kursi kosong yang ada di ujung meja. Penuh makanan disana, tapi tak ada siapapun duduk disana.

Satu per satu orang mulai bangkit dari kursi mereka begitu menghabiskan makanannya. Florin merasa sedikit lega, suasana yang tegang yang dirasakannya perlahan menghilang mengudara.

"Jarrel," panggil Liam datar. Florin menoleh ke sumber suara, akhirnya suara Liam memecah keheningan. Dia memanggil Jarrel yang baru saja akan beranjak pergi. "Dimana Tetua?" lanjutnya.

Jarrel menoleh dan menjawab dengan suara yang sama datarnya, "Dia pergi pagi-pagi sekali. Katanya ingin mengunjungi seseorang."

Liam mengangguk singkat sebagai balasan balik dari pertanyaannya. Dan Jarrel pun pergi, meninggalkan Liam dan Florin berdua di meja makan yang panjang itu. Liam meraih tangan Florin yang berada di atas meja, dia menggenggamnya erat.

Matanya menatap langsung ke mata Florin. "Mungkin lain kali aku akan memperkenalkan mu dengannya."

"Tak apa. Tapi.. Tetua itu siapa?" Florin sudah mendengar kata itu beberapa kali. Namun tak bisa menebak siapa yang dimaksud, bukan nama atau orangnya tapi apa hubungannya dengan Liam.

"Hemmm," Liam tampak berpikir sebelum menjawab, "Mungkin bisa dibilang dia seperti—Ayah."

Florin mengangguk, walaupun hatinya masih dipenuhi dengan pertanyaan yang belum terjawab. Tapi dia mengurungkan niatnya untuk kembali bertanya. Dia masih punya banyak waktu untuk mendapatkan jawaban dari semua rasa ingin tahunya. Dan untuk sekarang, dia sangat ingin keluar dari rumah besar itu secepatnya.

...----------------...

1
Luka Ingin Mencintai
mampir kak...🙏, folow aku balik ya kak.../Smile/
Agus Tina
kayaknya bagus ... cuus
ros
Luar biasa
LxyHa
kasian nya si flo🥹
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!