BOCIL MINGGIR DULU
MOHON BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN!!!!
Rihana seorang gadis berusia 22 tahun yang baru saja lulus kuliah, menolak kenyamanan bekerja di perusahaan keluarga. Ia memilih untuk mengasah kemampuannya sendiri di dunia kerja yang sebenarnya. Tak disangka, lamaran magangnya diterima di sebuah perusahaan multinasional ternama di Kota X.
Kegembiraannya mendadak sirna ketika ia dipertemukan dengan CEO muda dan karismatik perusahaan itu. Pria itulah yang merenggut keperawanannya tepat 3 hari lalu dan berhasil menjadi suaminya tepat 1 hari setelah kejadian itu. Lebih mengejutkan lagi, pria itu adalah teman dekat ayahnya, hanya berselisih lima tahun dari sang ayah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arasa Aurelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari Pertama Magang
"Tidak masalah baby, kamu selalu ceroboh ya. Pertemuan pertama kita juga seperti ini bukan?"
'deg' suara itu, panggilan itu. Apa Rihana tidak sedang berimajinasi lagi. Dengan segera Rihana menatap wajah pria yang ditabraknya itu. Benar saja itu suaminya, Mahendra.
"Kok disini?" tanya Rihana dengan keheranan
"Ada pekerjaan sebentar. Kamu tidak takut telat baby?" ucap Mahendra sembari memberikan berkas milik Rihana yang dipungutnya.
"Ah iya aku lupa, sampai nanti mas" ucap Rihana sembari menyalami tangan Mahendra.
Rihana berlari kencang setelahnya.
"Mba saya karyawan magang baru, untuk absen dimana ya?" tanya Rihana dengan sopan pada resepsionis didepannya
"Biar saya antar kak, Ros tolong jaga sebentar ya" ucap resepsionis itu pada salah satu temannya.
Mata Rihana mengamati sekeliling sembari mengikuti langkah resepsionis didepannya. Karyawan-karyawan lalu lalang dengan laptop dan berkas-berkas, terlihat sibuk tapi tetap ramah. Ia tidak sabar ingin segera memulai pekerjaannya.
"Huuft, untung ga telat" ucapnya setelah menekan mesin absensi
"Terima kasih mba, setelah ini saya harus menemui pak Bambang"
"Perlu saya antar lagi kak?" tanya resepsionis itu dengan ramah
"Tidak perlu mba, pak Bambang sudah menghubungi saya" balas Rihana sembari menunjukkan isi pesan dari pak Bambang.
Setelahnya resepsionis itu berpamitan pergi dengan Rihana. Pintu lift terbuka, menampilkan ruangan perusahaan yang luas dan modern. Rihana menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan debar jantungnya. Baru selangkah kakinya melangkah otaknya sudah berfikir sesuatu
"Bentar, kok kaya ada yang kurang ya" gumam Rihana sambil melihat barang bawaannya
~Thing
Pintu lift kembali terbuka namun Rihana belum beranjak dari tempatnya berdiri, baru saja Rihana ingin kembali ke lobi untuk menemui Sofia namun dibelakangnya sudah ada seseorang yang membawakan tas miliknya.
"Ceroboh. Kok kamu bisa keterima disini? apa kamu membayar orang supaya masuk kesini?" tanya Mahendra dengan begitu santainya.
Dengan gerakan cepat Rihana menutup mulut Mahendra, takut jika ada yang mendengar perkataan Mahendra.
"Jangan sembarangan kalau ngomong. Aku pakai cara bersih kok, emang pinter aja makanya keterima disini" jawabnya dengan suara pelan tanpa menggerakkan tangannya dari mulut Mahendra.
"Rihana ya?" suara lelaki itu mampu membuat tangan Rihana menjauh dari mulut suaminya, bergegas Rihana menjauhkan diri dari hadapan Mahendra.
"I-iya pak saya Rihana. Bapak ini pak bambang ya?" tanyanya kembali
Mata pak Bambang sudah melotot dengan sempurna mendapati Mahendra ada dihadapannya, bergegas Mahendra memberikan isyarat agar pak Bambang tidak menyapanya.
"Iya benar, ayo ikuti saya"
Rihana bergegas mengikuti langkah pak Bambang dengan cepat tanpa mengambil tas miliknya yang berada ditangan Mahendra. Bukan sengaja, tapi Rihana melupakan tas nya lagi karena panik.
'kok kaya ada yang kurang lagi ya' batin Rihana
Pak bambang membawa Rihana ke ruangannya dan memperkenalkannya pada timnya. Suasana di ruangan itu sangat berbeda dengan yang Rihana bayangkan. Semua orang tampak sibuk dengan pekerjaannya, namun tetap menyempatkan diri untuk menyapa Rihana dengan ramah.
"Selamat datang Rihana, ini divisi marketing. Jika butuh bantuan kamu bisa bertanya dengan mereka. Jangan sungkan. Disebelah sana ada Ratna. Dia kepala divisi disini, kamu bisa bertanya apapun padanya." ucap pak Bambang panjang lebar
"Ratna kemarilah" panggil pak Bambang
"Iya ada apa pak?"
"Ini Rihana, karyawan magang. Tolong bimbing dia ya, beri tau apa saja tugasnya. Saya pamit" ucap pak Bambang setelahnya meninggalkan Rihana bersama Ratna
Setelah selesai berkeliling, Rihana kembali ke ruangannya. Ia duduk di kursi kerjanya dan menatap layar komputer. Tumpukan berkas di mejanya seakan menantangnya untuk segera dikerjakan.
"Oke, Rihana, kamu bisa mulai dari sini," ujar kepala divisi sambil memberikan sebuah berkas tebal.
"Berarti saya buat proposal untuk promosi ya mba?" tanya Rihana untuk memastikan
"Iya Rihana, selamat bekerja ya. Kalau bingung kamu bisa ke meja saya atau teman yang lainnya" jawabnya dengan ramah
"Oke mba, makasih ya"
Setelahnya Ratna Kembali menuju mejanya sementara Rihana, ia mulai mengerjakan tugasnya dengan fokus.
Hingga 20 menit berlalu, tinggal sedikit lagi tugasnya selesai. Namun ada pengganggu yang merusak konsentrasi nya
"Tas kamu berat banget, bawa apa aja sih" omel Mahendra sembari meletakan tas Rihana diatas meja kerja miliknya.
Kedua mata Rihana langsung melotot dibuatnya, badanya seketika berdiri tegak menatap mata Mahendra.
"Mas ngapain disini?" tanyanya dengan merendahkan suara
"Nganterin tas kamu, emangnya mau ngapain lagi"
"Udah kan? yaudah pergi sana. Hus hus hus" usirnya secara halus
"Cium saya dulu, hari ini belum dapat vitamin C" bisiknya dekat telinga Rihana.
Semua mata karyawan di ruangan itu langsung tertuju pada keduanya. Membuat Rihana menahan malu dibuatnya.
Merasa sangat malu menjadi pusat perhatian, Rihana memilih mengandeng tangan Mahendra menuju lorong yang mengarah ke toilet. Beruntung disana sepi.
"Aku lagi kerja mas, kalau dipecat gimana. Jangan aneh-aneh deh. Lagian mas Mahen ngapain juga disini, kata Sofia mas kan sibuk banget. Habis dinikahin langsung ditinggal pergi lagi, nasib aku ma-"
Belum sempat Omelannya berubah jadi panjang lebar Mahendra sudah membungkamnya.
Seperti biasa, Mahendra malas menanggapi ocehan Rihana. Dengan gerakan secepat kilat Mahendra melingkarkan tangannya di pinggang ramping milik Rihana lalu mencium bibir Rihana dengan begitu rakus.
'Dasar ga tau malu, udah tau ditempat umum' batin Rihana sembari mendorong tubuh Mahendra
"Sudah, selamat berkerja baby. Jangan kangen ya" ucap Mahendra sembari mengusap bibir basah milik Rihana
"Lain kali jangan kaya gini, kalau ketahuan aku bisa dipecat" omelnya lagi
"Berarti jangan sampai ketahuan"
Merasa kesal dengan sikap Mahendra, Rihana memukul lengan Mahendra cukup keras, membuatnya mengaduh kesakitan.
"Aw, galak sekali kamu."
"Darah? aku mukulnya terlalu keras ya? maafin aku" ucapnya dengan panik, darah segar mulai keluar dari lengan Mahendra.
Senyuman jahil terlihat jelas di wajah Mahendra.
"Kamu belajar dari mana sih, sakit banget ini. Kayanya saya mau mati" ucapnya asal, wajahnya sudah dibuat sedramatis mungkin untuk menarik perhatian Rihana.
"Aku harus apa om. Kita ke bawah ya? masih ada Hans sama Sofia kan?"
Wajah Rihana sudah panik sekali mendapati tangan Mahendra yang terus mengeluarkan darah. Ditekannya kuat-kuat luka Mahendra agar tidak mengeluarkan darah.
"Keruangan saya saja, dilantai 10" ucap Mahendra menahan sakit
"Ga usah aneh-aneh. Aku ga mau jadi janda muda. Kita kerumah sakit aja ya." bujuk Rihana sembari berjalan menuntun Mahendra menuju lift.
"Tidak perlu, ini hanya luka ringan. Semalam saya sudah kerumah sakit, mungkin jahitannya kebuka lagi gara-gara pukulan kamu" sakitnya tidak seberapa menurut Mahendra, karena ada Rihana didepannya saja dirinya pura-pura lemah.
Jika Hans melihatnya mungkin dia sudah tertawa terbahak-bahak melihat tingkah laku Mahendra yang diluar nalar.
~Thing
Pintu lift terbuka dengan lebar, buru-buru Rihana memasukan Mahendra kedalamnya. Lalu menekan angka 1 sebagai tujuannya.
"Ga pulang cuman buat berantem?" tanya Rihana, tangannya masih menekan dengan kuat untuk menghentikan pendarahan di lengan suaminya
"Itu pekerjaan saya, jika tidak kerja saya tidak bisa menafkahi kamu baby"
"Udah ga usah ngomong dulu, mukanya udah pucet juga"
JANGAN DIGANTUNGIN.....
imajinasi diluar nurul....
ada cermin janggih kaya film Star Wars aja