NovelToon NovelToon
Dewa Petaka

Dewa Petaka

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur / Iblis / Epik Petualangan / Perperangan
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: Arisena

Ketika yang semua orang anggap hanya omong kosong menyerbu dari utara, saat itulah riwayat Suku Gagak menemui akhirnya.

Tanduk Darah, iblis-iblis misterius yang datang entah dari mana, menebar kekacauan kepada umat manusia. Menurut legenda, hanya sang Raja Malam yang mampu menghentikan mereka. Itu terjadi lima ribu tahun silam pada Zaman Permulaan, di mana ketujuh suku Wilayah Pedalaman masih dipimpin oleh satu raja.

Namun sebelum wafat, Raja Malam pernah berkata bahwa dia akan memiliki seorang penerus.

Chen Huang, pemuda bernasib malang yang menjadi orang terakhir dari Suku Gagak setelah penyerangan Tanduk Darah, dia tahu hanya Raja Malam yang jadi harapan terakhirnya.

Apakah dia berhasil menemukan penerus Raja Malam?

Atau hidupnya akan berakhir pada keputusasaan karena ucapan terakhir Raja Malam hanya bualan belaka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arisena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode : 20 — Maaf

Kita Saudara, Kita Keluarga.

Itu adalah semboyan Suku Merak yang cinta damai. Sebuah suku dengan bendera hijau bergambar merak putih itu adalah satu-satunya suku yang hampir tak bisa berperang. Walau demikian, tak ada yang mencoba menghancurkan mereka karena Simbol Magis berkekuatan sihir penyembuh itu amat sangat membantu.

Karena kecintaan mereka akan perdamaian, Suku Merak membangun tempat-tempat pengobatan di banyak tempat. Desa utama mereka berada di tengah-tengah Wilayah Pedalaman, tapi desa-desa kecil yang lain tersebar ke segala penjuru.

Di desa-desa kecil inilah banyak orang dari suku lain meminta bantuan pengobatan.

Salah satu desa kecil Suku Merak yang berada dekat dengan air terjun, pagi itu heboh karena kedatangan seorang gadis cantik lima belasan tahun dengan membawa tubuh seorang pemuda seumuran. Yang membuat heboh bukan kedatangan mereka, tapi si gadis itu yang berteriak-teriak seperti kerasukan setan.

Dia memaksa setiap orang yang ditemui untuk menyelamatkan adiknya. Kalau sampai gagal, dia mengancam untuk membunuh orang itu.

"Di sana, tempat para tabib berada." Seorang kakek renta yang bersikap tenang memberi tahu. "Jadi, jangan bentak-bentak aku seperti itu."

"Hmph!" Gadis itu langsung berlari ke arah rumah besar yang ditunjuk si lelaki tua.

Mereka bukan lain adalah Bai Li dan Chen Huang. Sudah sehari semalam Bai Li terus berlari tanpa henti hingga dia melihat desa ini saat pagi buta. Matanya yang tajam dapat mengenali bendera Suku Merak yang berkibar di setiap sudut desa.

"Tenanglah," wanita paruh baya yang masih tampak cantik itu berkata sabar. "Adikmu masih bernapas, hanya demam karena luka-lukanya. Percayalah, luka seperti ini kami bisa menanganinya."

Karena kedua tangannya menahan tubuh Chen Huang di punggung, maka Bai Li membenturkan kepala ke dagu wanita tersebut. "Demam, katamu?" bentaknya, "lukanya menganduk kutukan! Dia akan mati ketika matahari sudah naik setinggi tombak. Cepat obati dia atau kubunuh kau!"

Wanita malang itu mengusap-usap dagu. Bibir merahnya berdarah, tapi dengan Simbol Magisnya dapat pulih seketika. "Karena itu tenanglah dan mari masuk, sudah sejak tadi aku ingin menolongnya."

Wanita itu membawa Bai Li ke ruangan kecil yang di dalamnya terdapat kasur sempit. Dia menyuruh Bai Li meletakkan Chen Huang di sana.

"Tolong jangan ganggu aku," ujar wanita itu sedikit ketus saat melihat napas Bai Li yang menderu-deru tak sabar. "Tenanglah sedikit dan biarkan aku yang mengurus sisanya."

Ketika si wanita Suku Merak mulai merapal mantra, berturut-turut datanglah tiga orang lain. Seorang dari mereka adalah lelaki tua yang melihat dari wajah, mungkin sudah berumur enam puluh lima tahun.

"Gagak!" lelaki itu menahan seruannya, demikian pula dengan dua orang lain. "Ternyata masih ada yang selamat."

"Lalu kenapa?" Bai Li menantang. Dia berpikir kalau kakek itu akan melakukan sesuatu yang tak baik kepada Chen Huang. "Maju sini kalau kau mau mati!"

Si kakek memandang Bai Li dengan kasihan. "Batinmu terguncang, Nak," katanya. Dia lalu merapal mantra, Simbol Magis tercipta, sebuah lingkaran berlapis-lapis di punggung tangan. Dia meletakkan tangan kanan di pundak Bai Li. "Tenang ... tenang ... lihat, wajah adikmu tidak sepucat tadi. Eh, benar adikmu, kan?"

Bai Li tidak mengerti apa yang terjadi, tapi secara perlahan dirinya menjadi sedikit tenang dengan sentuhan tangan kakek tersebut. "Dia adikku!"

"Kau sedikit berbohong, kurasa?"

"Apa?" kemarahan Bai Li kembali meletus. "Kalau kau tak percaya, ya sudah!"

Si kakek tertawa sambil mengelus jenggotnya, kemudian pergi meninggalkan kamar bersama dua orang lain.

Tak lama kemudian, Bai Li terbelalak ketika melihat wanita yang tadi ia hantam dagunya sudah berdiri. "Aku memintamu menyelamatkannya!" Bai Li menghardik.

"Sudah selamat," jawab wanita itu sambil tersenyum. Dia tampak lega telah berhasil menyelamatkan Chen Huang. "Luka itu amat dalam, tapi tak cukup dalam untuk sihir kami. Aku permisi, kau bisa tinggal di sini dulu untuk beberapa waktu ke depan."

"Tunggu, hei!" Bai Li mencengkeram tangannya. "Kubilang lukanya mengandung kutukan."

Akan tetapi, wanita Suku Merak itu justru mengerutkan kening. "Itu hanya luka biasa, tak ada racun atau bahkan kutukan. Kupikir luka itu karena gigitan hewan buas?"

"Dia digigit—" Bai Li mengentikan ucapannya. "Maksudku, tertebas pedang, pedang terkutuk, kau harus—"

"Dia sudah selamat!" potong si wanita paruh baya. "Lihatlah sendiri." Setelahnya dia pergi tanpa menoleh lagi.

Bai Li mengamati kepergiannya selama beberapa saat dan saat itu dia bersumpah akan membantai isi rumah ini jika wanita itu berbohong. Namun, sumpahnya harus tak terlaksana karena dia menemukan bahwa tubuh Chen Huang benar-benar tidak mengandung kutukan apa pun. Bekasnya pun tidak.

"Sama sekali tak ada kutukan," Bai Li bergumam sambil meraba perut Chen Huang yang terkena tebasan golok, lalu meraba pundaknya yang ia gigit. "Apa ini? Seharusnya kau akan mati sebentar lagi."

...----------------...

Ketika matahari sudah berada tepat di atas kepala, barulah Chen Huang membuka mata. Hal pertama yang ia lihat adalah sebuah wajah cemas seorang gadis cantik. Namun tidak lama, gadis itu tersenyum.

"Ah, kau sudah bangun, lama sekali tidurmu." Bai Li mengambil obat yang diletakkan di atas meja. "Wanita sialan itu—maksudku, tabib itu bilang untuk meminumkan ini padamu ketika kau bangun."

"Tidur?" Chen Huang bergumam, bingung, "terakhir kali yang kuingat—ughh!!!"

Bai Li sudah menjejalkan isi dari mangkuk kecil itu ke mulut Chen Huang. "Minum ... minum ... habiskan." Wanita itu melantunkan nada.

"Hentikan!" Chen Huang berteriak setelah menepis mangkuk itu dan menumpahkan sedikit cairan yang tersisa. "Apa maksudmu tidur? dan, di mana ini?"

"Suku Merak, aku membawamu ke sini. Kau mungkin lupa, tapi sebaiknya tak usah diingat. Malam tadi aku ingin memberimu kejutan, tapi sepertinya sudah kelewatan. Karena itulah aku minta bantuan Suku Merak, untung aku membaca buku yang menbahas tentang Wilayah Pedalaman sehingga aku sudah cukup mengenal keahlian masing-masing suku, dan—"

"Bai Li, kenapa kau menangis?" Chen Huang memotong tiba-tiba.

"Hm?" Bai Li masih tersenyum, masih ingin bicara, dia sudah berusaha keras untuk menahannya, tapi tetap saja air mata itu mengalir deras. Namun, dia tetap tersenyum. "Aku tidak menangis, untuk apa?" katanya membohongi diri sendiri.

Chen Huang menatapnya, dia tak menunjukkan ekspresi apa pun. "Yah ... sayangnya aku ingat."

"Jadi, ke mana tujuan kita berikutnya?"Suara Bai Li bergetar, tapi dia tetap memaksakan senyum. Jantungnya berdegub kencang. "Aku ikut denganmu, kan? Kukira kau sudah mengizinkannya? Kita sudah bersama selama setengah tahun, kupikir kau tak masalah, kan?"

Akan tetapi, pemuda itu menggenggam tangan Bai Li, menatapnya penuh arti. "Gagak itu pembawa sial, tapi aku tak akan pernah menjatuhkan kesialan padamu, walau aku yakin yang kualami malam tadi bukan mimpi."

"Maaf ...." Wanita itu berkata lirih. "Kalau boleh ... aku hanya ingin minta maaf ...."

Chen Huang menghiraukannya. "Malam itu ketika aku berdoa di sebelahmu, aku tidak sedang meminta apa pun kepada Dewaku. Aku hanya berterima kasih."

"Maaf ... maaf ...." Tangis Bai Li makin keras, senyumnya hilang, suaranya menggetar menyedihkan. Dilihat sekilas, dia persis seperti seorang anak yang merengek untuk tidak dimarahi orang tuanya akibat menghilangkan sesuatu.

"Seumur hidup, aku hanya punya beberapa orang yang jadi sahabatku. Yang pertama namanya Wu Rui, dia sudah mati dalam pembantaian desa. Yang kedua Qin Mingzhu, tuan muda Suku Serigala." Genggaman tangan Chen Huang makin erat. "Waktu itu, aku berterima kasih pada Dewaku karena telah memberiku satu sahabat lagi yang amat menyayangku. Apa aku salah?"

Bai Li memeluknya saat itu juga, pelukan hangat yang mencurahkan seluruh perasaan hatinya, seluruh penyesalannya, dan rasa terima kasih yang tak bisa dilukiskan dengan kata-kata.

Chen Huang merasakan kehangatan itu, terharu karena tak pernah mimpi akan bertemu dengan orang selembut ini selama pengembaraannya. "Kau wanita aneh."

"Akan kulindungi kau dengan nyawaku." Di telinga Chen Huang, Bai Li berbisik. "Aku tak mau kehilangan lagi."

1
Filanina
Heran, Chen Huang terlihat lbh dewasa di sini
Filanina: maksudnya dari Bai Li. Bukan dari sebelumnya.
Arisena: berubah pelan pelan
total 2 replies
Filanina
kenapa orang-orang gitu sama song Kiu?
Filanina: Oooh gitu toh. ga ngeh.
Arisena: iya dong, Chen Huang sedang terluka, dateng dateng malah kasih senyum miring/Doge/
total 2 replies
Filanina
sayapnya kayak pedang ya?
Arisena: iya, gk bisa buat terbang itu
total 1 replies
Filanina
itu ubah jangan jadi Fox.
Arisena: wokeee
total 1 replies
Filanina
mungkin orang-orang butuh komando, Chen Huang. ini kan pertempuran bersama
Ind
bisa yaa bikin cerita begini,.kalo aku nama yang digunakan aja susah bacanya,lidah orang ndeso 🤣🤣🤣
Arisena: cuma nulis doang, kalo ngucapin, lidah pun sering kepleset/Sweat/
total 1 replies
Filanina
Lanjut, Thor. Makin seru.

Gaya penceritaanmu udah pas menurutku. Enak diikuti. Entahlah, beberapa yang saya baca dan bagus malah sepi.
Saya kurang paham dg selera orang-orang zaman sekarang. Kadang yg minim narasi, typo bertebaran, catlog, cerita serupa, malah lebih banyak pembacanya.
Arisena: iya, cerita mereka emang bagus, tapi kalo gk ada perubahan ya klise juga jadinya.

Apalagi dengan sistem kebijakan baru, sulit promosi kalo gk dapet ban terbaik.

Nulis serasa judol, gacha🗿
Filanina: tapi bosan kan kalau gitu2 aja. Udah banyak modelan gitu yg bagus (dulu). Kalau mirip2 ya jenuh juga. apalagi yang ngikutin banyakan masih mentah udah diup.
total 3 replies
Filanina
Iya. Mereka.
Arisena: Mereka
total 1 replies
Filanina
Padahal udah bersedih-sedih hik.
Filanina
Wkwkwk... luar biasa. kirain mau dikorbankan ini Char. ternyata author masih sayang.
Arisena: heheh, Bai Li emang bikin galau. Bikin mati gk ya/Doge/
total 1 replies
Filanina
kenapa tadinya ada bab 65, jadi ga ada?
Arisena: itu cuma pengumuman nt eror, krena udah enggak(walau masih agak lemot), yaudah kuhapus/Sweat/
total 1 replies
Filanina
part ini cukup menyentuh.

persahabatan Bai Li apa tidak akan diromantisasi?

(dari siang kesel ga bisa komen)
Arisena: kukira cuma punyaku, ternyata semuanya/Sweat/
total 1 replies
Filanina
Dan pertolongan pun datang.
Arisena: masa mc gk kasih plot armor/Proud/
total 1 replies
Filanina
Kudanya lg cemas. Membahas keindahan...
Filanina
Tunggu dulu. Bukannya Chen Huang ada dalam rombongan gagak? Bukannya ga ada kultivator selain Chen Huang dan Bai Li?
Filanina: Kirain itu suku gagak semua. Cuma sedikit dong.
Arisena: Kekuatan Simbol Magis sejatinya gk boleh dipelajari oleh org selain Suku Gagak. Maka dalam rombongan itu, hanya keluarga Liu, Kai, Bai Li dan Chen Huang yg bisa menggunakan Simbol Magis. Selain itu, semuanya kultivator, baik anggota Gagak Pengembara atau Sayap Kegelapan.

Mereka kan cuma kelompok yg didirikan oleh org org Suku Gagak, bukan berarti jadi bagian dari Suku Gagak, makanya anggota dua kelompok tersebut termasuk kultivator.
total 2 replies
Filanina
Genre apa nih? Up di mana?
Arisena: Pengennya romance fantasi atau gk tetep fantim tapi bukan kultivasi, pendekar pendekar kuno gitu. Rencana pengen up di nt dulu sampe tamat baru dilempar ke pf lain.
total 1 replies
SLTN
/Smile/keren
Arisena: ✌️/Smile/
total 1 replies
Filanina
jadi bai lin terus dari tadi
Arisena: lah iya baru sadar, makasih udah diingetin🙏
total 1 replies
Filanina
kok berserabutan ya? Berhamburan mungkin?
Filanina
ya, ga maulah. kan belum nikah walau udah tua.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!