Bagaimana jika kamu yang seharusnya berada di ambang kematian justru terbangun di tubuh orang lain?
Hal itulah yang terjadi pada seorang gadis bernama Alisa Seraphina. Ia mengalami kecelakaan dan terbangun di tubuh gadis lain. Alisa menjalani sisa hidupnya sebagai seorang gadis bernama Renata Anelis Airlangga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caca Lavender, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19
Rena memasuki rumah dengan riang sambil bersenandung kecil. Ia tampak seperti gadis muda yang sedang jatuh cinta—atau mungkin dirinya memang benar-benar sedang jatuh cinta. Sepertinya iya, karena semuanya tergambar di wajahnya. Pipi yang bersemu merah, senyum manis yang tidak luntur sejak keluar dari gedung Arial, dan jangan lupakan detak jantungnya yang bertalu kencang.
Langkah riang gadis itu terhenti ketika melihat mama dan papanya duduk berdua di ruang tamu. Hendra dan Yohana sudah menunggu kepulangan putri bungsu mereka sejak tadi.
“Papa? Mama? Kenapa kalian sudah pulang?” tanya Rena dengan nada heran.
“Kenapa masih bertanya? Tentu saja untuk melihat pengumuman seleksimu,” jawab Hendra.
Rena terdiam sebentar, “astaga! Sudah waktunya pengumuman! Aku lupa.”
Gadis itu langsung duduk di sebelah papa dan mamanya yang sudah menyiapkan laptop untuk melihat bersama pengumuman seleksi masuk perguruan tinggi.
“Bagaimana kamu bisa lupa hal penting seperti ini?” gumam Hendra yang mirip seperti cibiran.
“Sudah sudah, cepat masukkan nomor pesertamu, Rena,” ucap sang mama yang sudah tidak sabar.
Rena pun segera mengetikkan nomor pesertanya di halaman login. Kedua orang tuanya tampak terus berdoa sembari menunggu dirinya menekan tombol untuk melihat hasil. Meskipun tidak segugup papa dan mamanya, sebenarnya Rena juga merasa sangat cemas di dalam hati. Selain karena ia memang ingin lolos kedokteran, gadis itu juga takut jika tiba-tiba sang papa akan memukulnya jika sampai dirinya tidak lolos.
Setelah merapalkan beberapa kalimat doa, gadis itu memantapkan diri untuk menekan tombol ‘lihat hasil’.
Klik!
Nafas tiga orang yang sedang menatap layar laptop itu tercekat.
[LOLOS]
“Aku lolooosss!!!”
“Selamat, Sayang! Kamu benar-benar hebat.”
“Putri papa berhasil! Papa bangga kepadamu.”
Yohana langsung memeluk putri bungsunya. Sedangkan Hendra mengusap pucuk kepala gadis kecilnya itu. Untuk sesaat, Rena terdiam merasakan kehangatan yang diberikan oleh kedua orang tuanya ini.
“Kamu mau minta apa? Papa akan menuruti semua keinginanmu,” seru sang papa bersemangat.
Rena tampak diam berpikir. Hendra dan Yohana tampak menanti apa yang hendak putri bungsu mereka minta.
“Aku mau…
… tinggal sendiri.”
...----------------...
Rena duduk termenung sambil memeluk kedua lututnya di ranjang kamar. Gadis itu sedikit merasa bersalah karena telah mengacaukan kesenangan orang tuanya siang tadi.
Setelah mengatakan ingin tinggal sendiri, papa dan mamanya sama sekali tidak memberikan reaksi apapun. Mereka juga tampak seperti enggan menjawab permintaan sang anak. Walaupun samar, tapi Rena bisa melihat ada raut kekecewaan di wajah kedua orang tuanya.
Cklek
Rena hanya diam ketika sang kakak berjalan memasuki kamarnya. Ia sudah terbiasa dengan Leo yang seenaknya sendiri keluar masuk kamarnya.
“Kamu lolos kedokteran di kampus pilihan pertamamu, ya?” tanya Leo sembari duduk di tepi ranjang sang adik.
Rena hanya membalas pertanyaan itu dengan anggukan.
“Selamat, ya. Kamu berhasil membuat kami semua bangga,” imbuh Leo.
Sang adik hanya diam, masih enggan menunjukkan reaksi yang berarti.
“Kata mama… kamu minta tinggal sendiri?” tanya Leo dengan hati-hati.
“Memangnya tidak boleh?” lirih Rena.
Leo merasa tercubit dalam hatinya mendengar suara sang adik yang terlampau pelan. Terdengar sarat akan permohonan. Tidak seperti Rena biasanya.
“Kenapa harus tinggal sendiri, hmm? Bukankah lebih enak di rumah ini? Kamu minta apa saja, semuanya langsung tersedia,” ucap Leo mencoba bernegosiasi.
“Kalau aku minta kebebasan?”
Pertanyaan singkat Rena sama sekali tidak bisa Leo jawab. Jika dirinya dan Flo bisa merasakan kebebasan, tapi tidak dengan adik bungsunya. Ia sangat tahu betapa keras dan posesifnya sang papa terhadap adiknya itu.
“Rena,” panggil Leo dengan nada lembut, “papa dan mama belum siap kalau kamu pergi dari rumah ini.”
“Kenapa? Mereka masih mau mengendalikan hidupku?” sarkas Rena.
“Papa dan mama sebenarnya sayang denganmu, Rena,” sahut Leo membela orang tuanya.
Rena menatap datar sang kakak. Ia tidak menyangka kakaknya masih bisa membela papa dan mama mereka seperti itu.
“Apakah melukaiku juga termasuk bentuk kasih sayang mereka?” lirih Rena.
Leo hanya bisa diam sambil menundukkan kepala. Pria itu kembali mendongak setelah mendengar tawa sarkas sang adik.
“Astaga. Aku hanya minta tinggal sendiri. Kos, asrama, apartemen, terserah. Itu hal yang normal untuk mahasiswa, kan? Kenapa kalian semua bersikap berlebihan?” heran Rena.
Jujur saja, Rena masih tidak mengerti kenapa orang tuanya tidak mau menuruti keinginannya untuk tinggal sendiri. Sayang? Khawatir? Rena menganggap itu semua hanyalah omong kosong.
...----------------...
Hari-hari berlalu. Rena sibuk dengan persiapan debutnya sebagai penyanyi solo. Merevisi lirik, membuat demo lagu, merekam musik, syuting video musik. Dari pagi hingga malam, Rena menghabiskan waktunya di gedung Arial.
Selama satu minggu mengurus single debutnya, Rena belum pernah bertemu lagi dengan Nathan. Mereka berdua hanya saling bertukar pesan. Sama halnya dengan Rena, Nathan juga disibukkan dengan proyek film baru.
Lalu, bagaimana kabar keluarga Airlangga? Mereka semua sibuk menyiapkan pernikahan Flo dan Kevin. Pernikahan anak kedua keluarga Airlangga itu akan dilaksanakan dalam beberapa hari lagi. Rena tidak ambil bagian dalam persiapan pernikahan kakaknya itu, hubungannya dengan Flo juga tidak bisa dianggap dekat.
“Pernikahan kakakmu dilaksanakan minggu depan, kan?” tanya Andrea kepada Rena yang baru saja keluar dari ruang editing.
Rena membalas pertanyaan itu dengan anggukan.
“Semua orang dari Arial pasti akan datang sebagai rekan kerja. Bukankah itu artinya statusmu sebagai anggota keluarga Airlangga akan terungkap?” imbuh manajer itu.
“Yang penting tidak disebar ke media. Toh, lama kelamaan semua orang akan tahu juga tentang identitasku,” jawab Rena dengan nada santai.
“Kamu tidak apa-apa jika semua orang memandangmu dengan cara yang berbeda? Maksudku, kamu kan pernah bilang kalau ingin dikenal sebagai Renata Anelis saja. Tapi setelah ini, beberapa orang pasti akan menganggapmu sukses karena koneksi keluargamu,” ucap Andrea berhati-hati.
Rena menatap Andrea serius, “aku tidak peduli lagi dengan pandangan orang lain. Mereka akan menyadari sendiri kalau aku berbakat setelah mendengar suaraku. Bukankah soundtrack yang kemarin juga cukup populer?”
Andrea tersenyum simpul, “kamu benar. Orang-orang pasti akan jatuh cinta dengan suaramu.”
...----------------...