NovelToon NovelToon
Seharusnya

Seharusnya

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:9.4k
Nilai: 5
Nama Author: Lu'lu Il Azizi

Tentang sebuah perasaan dan liarnya hati ketika sudah tertuju pada seseorang.
Rasa kecewa yang selalu menjadi awal dari sebuah penutup, sebelum nantinya berimbas pada hati yang kembali merasa tersakiti.
Semua bermula dari diri kita sendiri, selalu menuntut untuk diperlakukan menurut ego, merasa mendapatkan feedback yang tidak sebanding dengan effort yang telah kita berikan, juga ekspektasi tinggi dengan tidak disertai kesiapan hati pada kenyataan yang memiliki begitu banyak kemungkinan.
Jengah pada semua plot yang selalu berakhir serupa, mendorongku untuk membuat satu janji pada diri sendiri.
”tak akan lagi mencintai siapapun, hingga sebuah cincin melekat pada jari manis yang disertai dengan sebuah akad.”
Namun, hati memanglah satu-satunya organ tubuh yang begitu menyebalkan. Untuk mengendalikannya, tidaklah cukup jika hanya bermodalkan sabar semata, satu moment dan sedikit dorongan, sudah cukup untuk mengubah ritme hari-hari berikutnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lu'lu Il Azizi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

20. Meluap

Aku baru saja kembali ke toko setelah mengantar Ain kembali ke pesantren.

“janji di pagi hari” aku membaca status yang Ain buat dan mungkin akan tersenyum jika itu di maksudkan pada obrolan kami beberapa hari lalu. Namun, karena aku tidak mau terus terseret pada hal-hal pelik yang menyebalkan, aku memaksa untuk menekan hatiku kembali. Ain sepertinya menyadari perubahan sikapku, entah dia tahu atau pura-pura tidak tahu apa yang jadi penyebabnya. Yang jelas kami lebih banyak diam, hanya bicara seperlunya.

“kapan punya waktu senggang mas?”pesan masuk dari Reno. Aku menoleh ke arah Vika, saat ini dia sedang sibuk membagi dan menimbang bibit parfum yang baru datang.

”Apa pertengkaran mereka masih berlarut-larut?”batinku, di tambah dengan karakter Vika yang berubah, membuatku yakin akan asumsi pribadiku. Aku dan Reno sepakat nanti bertemu di sebuah angkringan.

“butuh bantuan Vik?”aku mendekat, memilih tempat kosong untuk duduk di antara botol 200ml an, sebagian sudah terisi berbagai macam jenis aroma.

“ini list dari anak-anak, pilah sekalian El.”dia memberikan HPnya padaku, foto daftar list terpampang pada layar dari galerinya, aku mulai memilah.

”bulan depan ada satu orang yang ijin keluar. Tau alasannya Vik?”

“katanya sebentar lagi dia lamaran, dan calon suaminya yang menyuruh keluar.”jawab Vika dengan tangan yang masih aktif melakukan pekerjaannya.

“semoga saja benar seperti itu, bukan karena hilangnya rasa nyaman di tempat kerja.”aku melepas nafas panjang, karena dia termasuk anak yang rajin, sedikit di sayangkan dia memilih keluar. Aku masih memegang HP Vika, ada pesan masuk dari Laksa, bertumpuk dengan pesan dari Reno yang belum dia baca. Aku pura-pura tidak melihat.

”kirim saja list nya pada nomerku, bisa gawat kalau nanti chat mesum mu gak sengaja ku baca.”pintaku seraya mengembalikan HP nya, wajah Vika salah tingkah dan berlagak tidak mendengar ucapanku. Jika Vika yang dulu, saat aku mulai menggodanya dia pasti akan langsung berkata kasar lalu melempar sesuatu ke arahku. Ku hela nafas panjang, mengusap rambut depan.”satu-satunya teman akrabku, masih menutup diri dan tidak mempercayaiku.”batinku.

Aku benci suasana seperti ini.

***

Capek dan mata sayu terpampang jelas pada wajah Reno. Pukul 21.30 kami bertemu di tempat yang sudah di sepakati.

”gimana punya kabar??”aku menyapanya, setelah duduk pada ujung kursi kayu. Sedangkan Reno duduk pada ujung lainnya.

“rungkad mas, haha-”jawabnya sembari menyalakan sebatang rokok, dia masih menggunakan seragam kerja, lengkap. Aku juga ikut mengeluarkan sebungkus rokok dari tas kecilku.

“bagaimana keadaan Vika?”Reno membuka pertanyaan, dia sedikit menggeser asbak ke arahku. Setelahnya obrolan kami mulai mengarah pada maksud Reno mengajakku bertemu, tentang perubahan yang terjadi pada Vika. Aku mendengarkan dengan seksama, mengambil posisi seakan tidak tau apa-apa, dia juga menyinggung tentang Laksa, meski tidak memiliki bukti nyata namun intuisinya mengatakan jika mereka berdua, Vika dan Laksa sedang menjalin sesuatu. Reno sedikit menekanku untuk menjelaskan keseharian mereka berdua saat bekerja. Aku tidak ingin memberitahu Reno hanya berdasarkan asumsiku semata, aku lebih memilih jawaban aman. Dari sudut pandang Reno, tentu saja Vikalah yang bermasalah meskipun dia juga mengakui beberapa kesalahannya.

Asap rokok terus bergantian keluar, berhembus dari mulut kami. Reno masih terus mengeluarkan semua unek-uneknya, dia merasa Vika menjadi begitu sulit di ajak bertemu, membesarkan masalah-masalah kecil dan terkesan mendorongnya mendekat pada ujung pintu keluar dari hubungan mereka. Vika seakan menanti Reno untuk berkata.”ayo sudahi hubungan ini”

seperti itulah aku menggaris bawahi inti dari curhatannya. Ku buang nafas panjang, mencoba lebih memahami keluh kesah Reno.

“apa tujuanmu pada Vika?”tanyaku sambil membersihkan latu yang masih melekat pada ujung rokok, menggunakan jari telunjuk.

Sedang Reno membuang putung rokok setelah hisapan terakhir, lalu bersiap menyalakan batang rokok baru berikutnya.

”maksudnya??”

“tujuan hubunganmu. Have fun? Sekedar memenuhi kebutuhan, seperti trend saat ini?”tanyaku memasang wajah serius. Menekan Reno dengan tatapanku, karena bagaimanapun itu Vika adalah teman berhargaku.

“jika hanya sebatas itu, aku tidak akan sampai mengajakmu bertemu mas.”empat jari kanannya mengusap jidat, wajahnya menunjukan rasa cemas. Aku cukup lega mendengar jawaban Reno, setidaknya dia memiliki tujuan yang jelas.

Lalu dia kembali bicara panjang. Sudah beberapa kali orang tua Vika memberi isyarat Reno tentang pernikahan, hal itu juga yang membuatnya beralih pada pekerjaan baru yang memiliki peluang gaji lebih besar. Dia tidak menyangka jika kesibukannya yang bertambah malah membuat hubungan nya menjadi berantakan. Reno menumpahkan semua beban yang menumpuk di kepalanya. Wajahnya penuh harap agar hubungan itu bisa kembali normal.

“aku akan mencari waktu yang tepat untuk bicara dengannya.”jawabku mengiyakan permintaan Reno, lalu memesan dua mie kuah lengkap dengan telur.

“saranku. Jangan dulu kau memberi tekanan padanya. Kau pasti lebih tau seperti apa mood Vika.”

Reno mengangguk, pandangannya tertuju pada wallpaper HPnya, dengan foto wajah vika.

***

Hari ini aku mulai mengirim barang ke toko Laras. Tidak cukup hanya dengan sekali jalan, awalnya aku di temani oleh Laksa, tapi untuk barang terakhir ganti Vika yang ku ajak untuk menemani, karena sekaligus mendata kembali semua barang yang di kirim. Aku membiarkan Laksa menunggu toko.

Beberapa kali aku memancing Vika tentang masalahnya dengan Reno, sulit. Dia benar-benar tidak ingin melibatkan ku.

“ini yang terakhir mas?”ucap Laras mendata semua barang, dia sangat antusias seperti biasanya.

”yaapp.”jawabku meletakkan kardus terakhir. Giliran Vika yang mulai mendata, sebelum nanti di cocokkan dengan data punya Laras.

“nasi padang, mau Vik?”

Dia mengangguk. Meski kedua matanya masih tetap fokus pada pekerjaan. Segera aku bergegas pergi, karena staminaku sudah habis terkuras, lapar!! Laras menghentikan ku, dia memaksa untuk ikut.

Sesampainya di warung makan, lagi-lagi Laras memaksaku untuk diam menunggu di depan, setelah aku kalah berdebat tentang siapa yang membayar.

Belum juga hilang rasa kesal yang tiba-tiba muncul karena melihat canon fotocopy tempat dimana aku melihat Ain dan lelaki itu.

Seperti dejavu, pemandangan sama kembali terjadi, lagi-lagi Ain kembali datang, dengan orang yang sama pula. Dia mengenakan seragam pondok, baju warna hijau tua bermotif batik dengan kerudung putih.

Deg deg deg....

Kali ini dia melihatku. Aku membuang senyum malas ke arahnya. Tetap saja, sekuat apapun aku membulatkan tekad untuk menyederhanakan keadaan, jika pemandangan itu terpampang tepat di depan mata kepalaku sendiri, hatiku pasti bereaksi. Dada ku terasa terhimpit. Sesak!!

Ain berjalan menuju ke arahku.”mas.. sedang apa?”dia menyapa dengan sebuah isyarat pada tangannya, seperti biasa dia menempelkan pipi kirinya pada punggung tanganku. Hatiku tidak terbujuk untuk merasa lega, rasa cemburuku lebih besar. Aku menatap lelaki yang bersama Ain, dia berdiri mematung di samping motornya, setia menunggu Ain kembali dengan ekspresi datar. Entah kenapa hal itu membuatku semakin kesal.

Belum sempat aku menjawab pertanyaan Ain, Laras sudah kembali dengan tiga bungkus nasi lengkap dengan minumannya.”ehh.. ada mbak Ain, adikku sehat mbak?”sapanya pada Ain. Aku meminta nasi bungkus yang sedang ia tenteng, kemudian menaruhnya pada leher motor. mereka berdua saling menyapa, aku hanya mengamati. Ain melirik ke arahku dan tatapan kami beradu. Aku membaca tatapan marah darinya.

”biarlah..!! aku tidak mau terlalu sensitif menanggapi hal-hal seperti ini lagi.”batinku menguatkan diri, mungkin tatapanku juga sama dengan yang Ain lakukan saat ini.”siapa dia? Apa kau tidak sadar jika aku sangat cemburu.”hal itulah yang ingin ku teriakkan padanya.

“aku pergi dulu!!”pamit Ain padaku, ketus. Dia menuju lelaki yang masih mematung di tempat yang sama.”cepat pulang!”jawabku juga ketus. Tetap saja aku merasa tidak rela.

Hati memang selalu menyebalkan!

“ya!!”jawab Ain semakin ketus.

Saat langkahnya sampai pada lelaki itu. Seperti dengan sengaja, Ain menggandeng tangan lelaki itu untuk segera mengajak masuk ke dalam toko, tanpa menoleh ke arahku. Seketika darahku mendidih, dadaku sebelah kiri terpompa dengan cepat di ikuti rasa nyeri. Menahan mulutku agar tidak mengucapkan kalimat yang akan memperburuk keadaan. Entah terlihat seperti apa ekspresi wajahku saat ini!

Tidak tahan melihat Ain dan lelaki itu bergandengan tangan, segera aku pergi dari tempat itu dengan tenangku yang hampir sepenuhnya hilang. Aku benar-benar menghiraukan kehadiran Laras, sepanjang jalan kami sama sekali tidak melakukan perbincangan, bahkan sesampainya kami di toko Laras seperti tidak berani mengajakku bicara. Entah apa yang terpikirkan olehnya.

1
Riyana Dhani@89
/Good//Heart//Heart//Heart/
mr sabife
wahh alur ceritanya
mr sabife
luar biasa ceritnya
mr sabife
bagus dan menarik
mr sabife
bgusssss bnget
mr sabife
Luar biasa
queen.chaa
semangat terus othorr 🙌🏻
Charles Burns
menisan 45menit biar setengah babak
Dale Jackson
muach♥️♥️
Dale Jackson
sedang nganggur le
Mary Pollard
kelihatannya
Wayne Jefferson
gilani mas
Wayne Jefferson
siap ndoro
Alexander Foster
mubadzir woii
Alexander Foster
mas koprohh ihhh
Jonathan Barnes
kepo kek dora
Andrew Martinez
emoh itu apa?
Andrew Martinez
aku gpp kok kak
Andrew Martinez
kroco noob
Jonathon Delgado
hemmbbbb
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!