NovelToon NovelToon
Kamu Berhak Terluka

Kamu Berhak Terluka

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen Angst / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga / Bullying dan Balas Dendam / Enemy to Lovers
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Bibilena

Gilsa tak percaya ada orang yang tulus menjalin hubungan dengannya, dan Altheo terlalu sederhana untuk mengerti kerunyaman hidup Gilsa. Meski berjalan di takdir yang sama, Gilsa dan Altheo tak bisa mengerti perasaan satu sama lain.

Sebuah benang merah menarik mereka dalam hubungan yang manis. Disaat semuanya terlanjur indah, tiba-tiba takdir bergerak kearah berlawanan, menghancurkan hubungan mereka, menguak suatu fakta di balik penderitaan keduanya.

Seandainya Gilsa tak pernah mengenal Altheo, akankah semuanya menjadi lebih baik?

Sebuah kisah klise cinta remaja SMA yang dipenuhi alur dramatis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bibilena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Flashback

"Hari ini aku tak akan pergi denganmu." Perkataan Prima sontak membuat Gilsa bangkit dari tidurnya. Dia menatap kecewa gadis itu. Kelas saat ini baru saja bubar dan Gilsa sudah mengkhayal kegiatan mereka nanti setelah pulang sekolah. Memang boleh membatalkan sepihak seperti itu?

"Kenapa? Kau mau pergi dengan siapa?"

Prima merapihkan buku-bukunya, membawa tas ke atas meja lalu memasukan satu persatu dari buku itu ke sana.

"Kak Kevin mengajakku membeli buku hari ini, dia ingin membeli hadiah untuk adiknya," jawab Prima. Gilsa semakin cemberut di tempat. Akhir-akhir ini dia sering mendengar temannya bertemu pria itu di sekolah, dan sekarang mereka akan bertemu juga di luar sekolah? Apa tidak berlebihan?

"Aku tak paham deh, Kak Kevin baik banget tapi Kak Morgan kok bentukannya begitu ya?" Gilsa mengeluh alih-alih membahas kekesalannya soal Prima yang memilih Kevin. Lagipula itu tepat sekali, berbeda dari Kevin, apa yang Morgan lakukan padanya sangat tak sopan. Kadang pemuda itu merangkul Gilsa tanpa permisi, memaksa mengantarnya pulang dengan menariknya masuk ke dalam mobil, atau mengirimkan foto ke Lovestagram sambil mentag dirinya. Namun satu hal yang paling Gilsa tak suka adalah keberanian pemuda itu untuk menyentuhnya. Mereka sangat sering bertengkar sampai tampak seperti teman yang selalu bertengkar alih-alih orang asing yang tak nyaman pada satu sama lain.

"Memangnya Kak Morgan seperti apa?"

"Apa ya disebutnya?" Gilsa menegakan tubuh lalu menangkup pipinya. "Pokoknya terlihat seperti orang mesum tapi tidak mesum."

Prima tertawa mendengarnya. "Jadi dia tuh apa?"

"Ah itulah, aku sebal hanya dengan melihatnya."

Gilsa melihat Prima sudah siap pergi sekarang, dia bahkan sudah memakai tasnya. Sontak Gilsa menahan tangan itu saat akan pamit.

"Sebentar." Gilsa berdiri. Dia menarik kacamata Prima sampai terlepas, kemudian merapihkan poni gadis itu.

"Kau lebih cantik seperti ini," katanya.

Kevin pria yang baik, Gilsa sudah banyak mendengar perbuatan manis yang pemuda itu lakukan untuk temannya. Dengan hal itu saja Gilsa yakin Kevin menyukai Prima, dan dia menganggap tak ada salahnya mereka berdua berpacaran.

Tak mungkin ada hal buruk dari mencoba sesuatu yang baru.

"Tapi aku tak akan bisa melihat."

"Kau hanya tak bisa membaca, kau tidak buta. Sudah seperti ini saja."

Prima pergi dengan menuruti saran temannya itu.

•••

Di toko buku mereka memilih hadiah di rak romansa muda. Adik Kevin masih siswi smp sehingga pasti lebih cocok dengan cerita teen-lit semacam ini. Gilsa yang awam pun saat Prima rekomendasikan novel seperti itu langsung menyukainya.

"Kamu rasa dia akan suka sama buku ini?" tanya Prima pada buku yang dia pilih. Gadis itu baru menyarankan satu tapi Kevin langsung menyetujui. Saat ini mereka sedang berjalan ke arah kasir.

"Iya, aku langsung beli aja."

Prima mengangguk. Tiba-tiba rangkulan melingkupi bahunya dengan lembut.

"Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat, jadi habis ini kita ke sana ya?"

Prima tak menjawabnya dan sepertinya Kevin juga tak memerlukan jawaban.

•••

Gilsa berada di ruang Ayahnya saat ini, dengan pria itu yang mengoceh sambil memarahinya.

"Mengerti? Orang seperti kamu kalau tidak dibantu tak akan bisa berhasil."

Gilsa merenggut. Harusnya mereka jarang bertemu karena jadwal satu sama lain yang berbentrokan. Namun karena satu hal Ayahnya sampai rela mengosongkan waktu hanya untuk memarahinya.

Masalahnya sederhana, Gilsa tak mau terus-terusan ke ruang guru untuk mengambil modul pelajaran. Sudah banyak orang yang menanyainya dengan curiga karena selalu membawa map ketika kembali ke kelas. Apa Ayahnya tak memikirkan reputasi mereka saat ini?

"Aku menyuapi bajingan-bajingan itu bukan untuk bersantai. Kau dengar?"

Biasanya Ayahnya akan seperti ini jika ada yang mengadu, entah itu siapa. Memang apa salahnya dengan bersikap jujur? Gilsa pintar sedari sekolah dasar bahkan tanpa perlu diberi modul ringkasan materi untuk belajar. Hanya karena dia tidak naik kelas kemarin Ayahnya menjadi seperti ini.

"Aku tidak bisa menghadapi orang lain sambil memperkenalkan namamu."

"Ayah." Gilsa memanggil meski agak takut. "Aku tertinggal karena mengalami kecelakaan, bukan bodoh sehingga tidak naik kelas."

"Memang gen wanita itu sulit dihilangkan. Inilah alasan kenapa aku tidak bisa percaya padamu sepenuhnya. Kau mencari-cari alasan untuk membenarkan tindakan tercelamu, kau pikir itu tindakan bagus?"

Gilsa diam. Memang, siapa yang bisa mengalahkan tempramen ini selain ibunya?

"Kalau kau tidak membuat adikmu mati aku tidak akan sekeras ini mendidikmu."

Sial, hal itu lagi.

"Persetan soal adik! Dia bahkan belum lahir ke dunia ini mengapa apa Ayah yakin dia lebih baik dariku?!"

Ayahnya menatap dengan tajam.

"Karena dia laki-laki dan aku bukan?!"

"Tutup mulutmu." Gilsa mendecak dan memalingkan wajah.

"Kau seharusnya merasa bersalah sudah membuat adikmu mati dan ibumu koma di rumah sakit. Tidak bisakah kau hidup dengan baik untuk mereka? Aku tidak akan membuangmu karena kau darah dagingku, tapi tahu dirilah, Gilsa ...."

Saat itu bunyi kencang datang dari ponsel di tangan Gilsa. Ini saat yang tak tepat, meskipun itu Prima sekalipun. Ayahnya bahkan belum berhenti mengoceh lagi.

"... apa kau mendengarku?"

Gilsa seketika berdiri.

Saat itu panggilan mati dan sebuah pesan datang dalam bentuk notifikasi di layar kunci.

Gilsa, kumohon tolong aku.

Gadis itu tak memedulikan Ayahnya lagi, segera keluar ruangan sambil mendial kembali nomor yang menghubunginya.

"Hal..." Perkataan Gilsa terhenti. Bukan suara Prima yang dia dengar di seberang telepon begitu panggilan terangkat. Melainkan tawa kencang dari beberapa orang yang saling melempar candaan, dan suara itu didominasi oleh suara laki-laki.

Gilsa mendengar beberapa perkataan mereka, dan tanpa menyiapkan apa-apa gadis itu berlari ke luar rumah. Kunci motor di sakunya dia ambil dan dia segera menyalakan motornya itu untuk pergi dalam kecepatan di atas rata-rata.

"Nanti, lain kali kamu ajak Gilsa ya kemari."

Itu suara Morgan.

1
Rasmi
🥲
Rasmi
😭😭😭😭
Rasmi
gilsa gk naik kelas????? 🧐 kok isoo
Rasmi
kencan??? 😌
Rasmi
Critanya mnarik bngt.. ada kisah pertemanan, masalah kluarga jga prcintaan ...ditnggu smpe end thorr 😌☺
Rasmi
nooooo 😭
Rasmi
altheo??
Rasmi
😲
Rasmi
susss😌
Rasmi
typo y yang trakhir thor mau ikutan kaget jdi gk jadi 😭🤣
Bibilena: Ah iya maaf aku baru tahu 😭😭
total 1 replies
Rasmi
jahat bngt bjingan😭
Rasmi
pengalaman bangettt 😵‍💫
Rasmi
bner banget knpa y orng kaya tuh suka caper 😕
Rasmi
wah, seru juga,kyaknya cweknya badass dehh
Gió mùa hạ
Tak terduga.
Bibilena: 😮 terima kasih (?)
total 1 replies
BX_blue
Jalan cerita seru banget!
Bibilena: Terimakasih atas dukungannya^^
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!