Suami Untuk Alea

Suami Untuk Alea

Keputusan Mutlak

Dengan wajah kesal dan emosi yang siap meledak,

Alea menatap ketiga kakaknya yang duduk santai dan tanpa rasa bersalah.

Sejak orangtua mereka meninggal 2 tahun lalu, Barry, Benni dan Bara berubah menjadi kakak-kakak yang menyebalkan. Mereka bukan saja galak namun juga super protektif membuat Alea merasa terkukung dan kehilangan mimpi indah masa remajanya.

Jangankan pacar, ketiganya membatasi pergaulan Alea, menyeleksi setiap orang yang berusaha dekat dengannya terutama kaum adam.

Dari sekian banyak teman satu angkatan hanya Prita, Eva, Rangga dan Tio yang berhasil lolos ke babak final untuk menjadi teman satu circle Alea, dan Prita adalah sahabat yang paling dipercaya.

Di luar dugaan Prita malah membuat heboh sekolah karena hamil menjelang kenaikan kelas 12. Apa daya, aturan ketiga kakaknya malah semakin diperketat malah sampai pada keputusan yang membuat Alea tekejut-kejut.

“Apa kalian bertiga sudah gila menyuruhku cepat-cepat menikah ?” seru Alea dengan nada sebal.

“Jaga ucapanmu Lea !” tegur Bara, kakak ketiganya.

“Lalu apa namanya menyuruh adik perempuan satu-satunya menikah muda dengan om-om ?”

Benni tertawa mendengar omelan adiknya.

“Yudha belum om-om, dia seumur sama kakak,” ujar Benni.

“Iya dan lebih tua 10 tahun dariku. Jangan bilang kalau pernikahan ini ada hubungannya dengan bisnis kakak dan aku adalah pelunas hutang atau semacamnya.”

Alea menelisik Barry, Benni dan Bara dengan mata menyipit tapi ketiganya malah tertawa dengan tatapan meledek, membuat Alea jadi curiga dan bertambah kesal.

“Hutang apa ? Jangan ngaco kamu ! Yudha adalah pria mandiri yang bertanggungjawab dan nggak pernah macam-macam. Sejak papanya meninggal, dia yang membiayai adik dan mamanya.”

“Dan dia mau begitu saja menikah denganku yang sudah pasti akan menambah beban hidupnya ? Kami tidak saling mengenal, apa kakak nggak ada yang merasa aneh kenapa dia mau begitu saja menikahiku ?”

“Kakak sudah bertemu dan bicara dengan Yudha beberapa waktu lalu. Yudha yang menawarkan diri menikahimu saat kakak dan Benni mengungkapkan rasa khawatir kami tentangmu,” tutur Barry, kakak Alea yang tertua dengan nada bijak.

“Dan kakak nggak merasa aneh karena semudah itu dia mau menjadikanku istrinya padahal kami tidak saling mengenal ?” Alea mengulang pertanyaannya.

“Yudha sudah tahu siapa kamu,” sahut Benni.

“Hanya berdasarkan cerita kakak, kan ?”

“Dia sering datang kemari saat kami masih SMP dan SMA, kamu aja yang nggak ingat padanya.”

“Hanya sering datang tapi aku nggak ingat pernah ngobrol dengannya.”

“Cukup Alea ! Malam ini kami mengajakmu bicara bukan untuk berdiskusi tapi menyampaikan keputusan kami soal pernikahamu dengan Yudha !” tegas Bara dengan suara tegas.

Kakak ketiganya ini memang paling galak, jutek dan tidak banyak bicara sejak masih remaja.

Alea menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan kasar.

“Aku tidak akan melakukan kebodohan seperti Prita. Aku pasti bisa menjaga kehormatanku dengan baik untuk suamiku kelak jadi tidak perlu buru-buru menyuruhku menikah !” tutur Alea dengan suara melunak.

“Bagaimana kamu bisa menjamin niatmu bisa terpenuhi dengan baik ? Kamu lupa saat terakhir pergi dengan Prita, kamu diantar pulang oleh laki-laki asing dalam keadaan tidak sadar ?” tanya Bara dengan tatapan tajam dan suara tegas.

“Dan sesudah itu tiba-tiba Prita dinyatakan hamil,” timpal Benni.

“Jadi maksud kakak aku sudah tidak perawan ?” geram Alea sambil menatap Bara tanpa gentar.

“Mana kami tahu dan yang penting Yudha tidak mempermasalahkannya,” sahut Barry.

“Kakak sampai membahas masalah begituan sama dia ?” mata Alea langsung melotot apalagi melihat Barry mengangguk.

“Malu-maluin banget sih !” gerutu Alea.

“Kenapa memalukan ? Toh dia juga akan menjadi suamimu,” sahut Bara dengan senyuman sinis.

Alea kembali menghela nafas karena susah membantah ucapan ketiga kakaknya karena semuanya memang benar.

Dengan alasan mengajak Alea ke pesta ulangtahun ketujuhbelas teman sekolah mereka, Prita malah membawanya ke sebuah club. Alea yang tidak tahu menahu akhirnya mengikuti rencana Prita yang ternyata ingin mempertemukan Alea dengan Dion, kakak kelas dari sekolah lain yang sudah setahun lamanya ditaksir Alea.

Perasaannya bersambut karena Dion sepertinya sedikit tertarik pada Alea dan tidak keberatan untuk mencoba saling mengenal.

“Kakak nggak cari tahu siapa cowok yang membawaku pulang malam itu ?” Alea menatap kakaknya satu persatu dan hanya Benni yang menggelengkan kepala.

“Aneh karena kakak tidak tahu namanya. Biasanya kalian paling pintar menginterogasi orang.”

“Tidak usah dibahas lagi karena sudah lewat, sekarang yang penting soal pernikahanmu dengan Yudha,” ujar Bara.

“Malam ini kami bukan ingin berdiskusi tapi memberitahumu soal keputusan kami bertiga yang menerima niat baik Yudha menjagamu sebagai istrinya. Pernikahanmu akan diadakan 3 bulan lagi, tepatnya seminggu setelah ulangtahunmu yang ke-17,” timpal Barry.

“Tidak bisakah ditunda sampai aku lulus SMA ?” pinta Alea dengan wajah memelas dan tatapan memohon.

“Tidak bisa !” tegas Benni.

“Iya, tidak bisa Alea karena sebentar lagi kakak akan bertambah sibuk karena kakak iparmu akan melahirkan, Benni mulai bertugas ke Kalimantan setelah pernikahanmu dan Bara baru saja dipromosikan hingga akan sering tugas keluar kota. Kami bertiga percaya kalau Yudha adalah pilihan yang tepat apalagi dia sendiri yang bernisiatif menawarkan diri untuk menjagamu.”

“Aku bisa pindah ke rumah Kak Barry sekalian menemani kak Lia mengurus bayi.” Alea menurunkan intonasi bicaranya dan memasang wajah manis, berusaha melunakkan hati ketiga kakaknya.

“Bukan solusi,” tolak Barry sambil menggeleng. “Kakak tidak mau menambah beban istri kakak karena harus mengurus bayi dan mengawasimu sekaligus.”

“Aku bukan…”

“Tidak usah menbantah dan mencari alasan lagi Alea ! Kamu menikah atau berhenti sekolah dan menyelesaikan SMA di rumah. Jangan pernah bermimpi meneruskan kuliah kalau kamu masih menolak keputusan kami !” tegas Bara, kakaknya yang paling galak dan jutek.

“Memangnya kalau kami menikah, dia akan mengijinkanku tetap kuliah ?”

“Yudha sudah berjanji akan membiarkanmu mengejar cita-cita dan tidak akan menuntut anak sampai kamu selesai kuliah,” ujar Benni.

Alea langsung bergedik saat mendengar Benni menyebut kata anak. Membayangkan ia akan berstatus istri saja membuat perasaan Alea kacau balau.

“Mau cari alasan apa lagi ?” tanya Barry.

Alea menggeleng sambil menghela nafas berat berkali-kali.

“Namanya Yudha, jangan memanggilnya dengan sebutan dia lagi. Panggil dia Kak Yudha atau Mas Yudha, terserah mana yang nyaman untukmu,” ujar Benni.

“Kalau kamu ingin mengenalnya sebelum menikah, kami bertiga mengijinkanmu berlibur di rumah keluarganya sambil menemani Yudha yang sedang mempersiapkan memindahkan usahanya ke Jakarta,” ujar Barry.

“Dimana ?”

“Semarang,” sahut Benni.

Alea tidak menjawab, kepalanya tertunduk dan menghindari tatapan ketiga kakaknya yang menunggu jawaban.

“Terserah kakak saja,” sahut Alea dengan pasrah namun terlihat menahan kesal.

“Kalau begitu semuanya sudah beres. Kakak pulang dulu. Jangan macam-macam dan jaga dirimu dengan baik ! Jangan mempermalukan kami bertiga,” tegas Barry sambil beranjak bangun.

Alea bergeming di sofa sementara Benni dan Bara ikut beranjak mengantar kakak tertua mereka keluar rumah.

Seandainya papa dan mama masih ada, aku masih bisa menikmati masa remaja dengan normal dan tidak perlu menikah dini begini.

Terpopuler

Comments

Putri Chaniago

Putri Chaniago

apa Yudha yg nganterin Alea plg dlm keadaan pingsan makanya mo nerima Alea yg d bilang udah g Virgin

2024-06-11

3

Karlina S. Wiratmadja

Karlina S. Wiratmadja

baru mampir thor

2024-06-27

1

Fera Susanti

Fera Susanti

aku baru hadir..

2024-06-20

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!