Luna Olivia, seorang mahasiswi semester akhir yang memiliki sifat bar-bar harus menerima kala dirinya dijodohkan karena balas budi Ayahnya.
Bara Adi Wijaya, seorang Ceo Casanova yang tidak ingin mempunyai komitmen dengan wanita, tetapi malah dijodohkan dengan orang tua nya.
***
Bagaimana jadinya jika seorang Ceo Casanova di jodohkan dengan gadis tengil yang bar bar?
Apakah mereka bisa bersatu dan saling menerima ?
Atau malah sebalik nya, mereka tidak akan bisa bersatu karena perbedaan yang ada ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ekadewi01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33.Meeting Ditemani Istri
Matahari mulai terbit membangunkan insan yang sedang terlelap untuk memulai aktivitasnya.
Luna melihat suaminya masih tertidur pulas di sampingnya. Sesaat, Luna mengagumi ketampanan Bara.
Gadis itu mengakui kalau memang Bara sangat tampan dengan alis tebal, hidung mancung dengan rahang yang tegas.
Sorot mata tajam yang dulu menatapnya dengan tatapan permusuhan, kini berubah menjadi tatapan penuh cinta.
Luna bangkit memindahkan tangan suaminya lalu masuk ke kamar mandi. Selesai shalat Luna turun kebawah membuat sarapan, pagi ini dia ingin membuat sarapan langsung untuk suaminya.
"Bi, biar aku aja yang buat sarapan!" ujar Luna mengambil alih tugas bibi.
"Biar bibi bantu, Non!"
"Nggak usah bi, biar aku aja yang buat sarapan. Bibi bisa kerjain pekerjaan yang lain nya!" titah Luna yang di patuhi oleh bibi.
Luna membuat nasi goreng seafood, menggoreng ayam dan telur saja untuk sarapan pagi ini. 20 menit memasak, semua masakan Luna sudah tersaji di meja makan.
"Bi, aku kamar dulu, ya! bibi sarapan dulu aja itu aku bikin banyak. "
"Baik, Non."
Luna menaiki tangga kembali lagi ke kamarnya, saat masuk ke dalam kamar ternyata Bara masih tertidur pulas.
"By, bangun udah siang!" Luna mengelus rahang tegas suaminya.
"Eeughh." Bara mulai membuka matanya.
Yang pertama kali dia lihat yaitu wajah cantik istrinya. Bara tersenyum lalu menarik sang istri hingga terjatuh diatas tubuhnya, kemudian mengecup bibir ranum istrinya sekilas.
"Morning kiss, Honey," ujar Bara dengan suara serak khas bangun tidur.
"Pagi, By. Ayok bangun mandi!" Luna berusaha bangkit dari atas tubuh atletis suaminya.
"Biar seperti ini sebentar!" Pinta Bara mendekap tubuh sang istri yang berada diatas tubuhnya.
Luna membiarkan saja suaminya melakukan apapun yang dia mau sebelum berangkat kekantor.
Bara menciumi setiap inci wajah Luna tanpa ada yang terlewat, mendekap erat tubuh yang sudah menjadi candunya untuk di peluk.
"Ayok, sekarang siap-siap ke kantor! tadi aku udah buat sarapan."
"Honey, kamu masak?" Luna mengangguk.
"Besok-besok nggak usah masak ya, biar bibi aja! Aku nggak mau kamu kelelahan." Ucap Bara membuat Luna tersenyum.
Sungguh perhatian Bara membuat Luna sedikit tersentuh hatinya.
"Perhatian banget si, By."
"Iya dong, aku juga maunya kamu fokus kuliah aja biar cafe kamu nanti di urus sama orang yang profesional di bidangnya, jadi kamu nggak terlalu capek juga," saran Bara.
"Kalo itu nanti aku pikir-pikir dulu deh. Ya udah, ayok bangun mandi!"
Bara bangkit lalu masuk kedalam kamar mandi, sementara Luna menyiapkan pakaian untuk suaminya ke kantor.
Sepuluh menit kemudian, Bara keluar hanya menggunakan handuk yang melilit sebatas pinggang.
Luna sempat terpana melihat suaminya bertelanjang dada. Dada bidang yang lebar, perut six pack seperti roti sobek membuatnya terpesona.
Dengan cepat dia mengalihkan pikirannya dan merubah raut wajah nya menjadi biasa saja. Bara mendekati sang istri yang sedang menyisir rambut nya.
"Makasih, Honey. Aku bahagia banget sekarang. Mau apa-apa ada yang layani, ada yang perhatiin," ungkap Bara dengan tulus.
"Sama-sama, By. Memang itu sudah tugas seorang istri."
Bara memakai baju di hadapan Luna tetapi, wanita itu biasa saja seakan sudah biasa.
"Honey, tolong pakein dasi!"
Luna bangkit dari duduk nya karena memang sudah selesai, lalu mengambil alih dasi dari tangan suaminya kemudian memakaikan di kerah kemeja sang suami.
Tangan lentik itu dengan lihai memakaikan dasi, sementara Bara tidak berkedip menatap wajah cantik istrinya.
Cup
Satu kecupan mendarat di bibir mungil Luna saat wanita itu sudah selesai memakaikan dasi.
"Makasih Honey and I love you."
"Hem." hanya itu jawaban Luna.
Tetapi, Bara tidak mempersalahkannya. Dia akan terus berusaha agar sang istri bisa mencintai dan membalas ungkapan cintanya.
Bara merangkul pinggang Luna membawanya turun ke bawah menuju ke meja makan.
Bara menarik kursi untuk istrinya duduk. "Makasih, By." Ucap Luna setelah duduk di kursi.
"Everything for you." Inilah Bara yang sesungguh nya jika bersama wanita yang dia cintai. Perhatian dan sangat lembut, dia akan selalu meratukan pasangannya.
Luna mengambilkan nasi goreng ke piring Bara lalu memberikan nasi goreng tersebut kepada suaminya.
Bara menyuap nasi goreng perlahan dan baru satu kali suapan dia sudah dibuat ketagihan dengan rasa nasi goreng yang sangat enak.
"Nasi goreng terenak yang pernah aku makan," puji nya dengan jujur.
"Seriously?"
"Hem, sangat enak. Pantes sih cafe kamu semakin maju, karena memang rasa dan kualitasnya nggak bisa di ragukan."
"Uuhh, makasih suami aku." Guyon Luna cengengesan.
Bara sangat gemas dengan tingkah sang istri yang begitu lucu dimata nya.
Selesai sarapan mereka berdua berangkat ke kantor, mulai sekarang Bara meminta agar Luna selalu berangkat bersamanya.
"Mulai sekarang, kemanapun kamu pergi harus aku yang menemani!"
"Posesif ya, Pak,"ledek Luna.
"Biarin, biar orang tau kamu itu istri Bara Adi Wijaya."
"Iya ya, tuan Bara yang terhormat."
***
Sebelum berangkat ke kantor, Devan menjemput Ajeng terlebih dahulu untuk menemaninya mengantar cake ke kantor Donny.
Mau tidak mau Devan membawa mobil, karena biasanya dia lebih memilih memakai sepeda motor.
Tiiinnn
Devan membunyikan klakson mobilnya saat sudah sampai di depan gerbang mansion Ajeng.
Ajeng yang mendengar suara klakson mobil bergegas keluar dan langsung masuk kedalam mobil Devan.
"Gas, berangkat!" titah Ajeng sesudah memakai seat belt.
Devan melajukan mobil nya menuju ke cafe mengambil cake tiramisu yang akan di antar. Setelah sampai cafe, karyawan laki-laki membantu memasukan cake tiramisu itu kedalam mobil.
"Mana alamat nya, Jeng?" Ajeng memberikan alamat yang sudah di kirim Luna semalam.
"Nggak begitu jauh," gumamnya.
Lima belas menit kemudian mereka berdua sudah tiba di kantor Donny. Devan di bantu security menurunkan cake tersebut dan membawanya kedalam lobby.
Donny datang menghampiri mereka berdua. "Kalian yang anter cake?" Donny bertanya.
"Benar, tuan," jawab Devan singkat.
"Kok, kalian seperti mau berangkat ke kantor?" tanyanya lagi melihat penampilan mereka.
"Iya, kita memang mau berangkat ke kantor setelah anter pesanan tuan. Kita berdua sahabatnya Luna yang membantu mengelola cafe Luna." Ajeng lah yang menjawab.
"Oh begitu, terimakasih, ya," ujar Donny.
"Sama-sama tuan, kalo begitu kita pamit dulu."
Setelah berpamitan mereka berdua melanjutkan perjalanan menuju ke kantor.
"Ganteng juga ya tuan Donny, sebelas dua belas sama Bara kek orang Turki kata gue mah," celetuk Ajeng.
"Naksir lu, Nem?"
"Boleh lah kalo doi jomblo."
"Pepet aja udah kalo naksir mah!" saran Devan.
"Ya kali maen pepet aja, kenalan juga belom," sahut Ajeng.
"Minta kenalin sama Bara," sambung Devan.
***
Bara mengantar Luna sampai ke meja kerjanya, membuat para karyawan yang berada di sana meleleh.
"Ya ampun By, sampe ke meja kerja aku kamu nganter nya, astaga!"
Bara menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Biar kamu semangat kerjanya," jawabnya asal.
"Ya udah, sana keruangan kamu!"
"Siap." Bara mengecup kening Luna dengan lembut lalu berjalan menaiki lift.
"Ah, so sweet banget sih bikin iri tau nggak," celetuk Dini.
"Suruh suami mu Din, romantis seperti Pak Bara," sahut mas Bayu.
"Kaku dia mah Bay, mana bisa diajak romantis gitu."
Luna hanya tertawa saja melihat ke randoman teman-teman satu divisinya. Yang lain hanya tersenyum melihat keromantisan bos mereka, hanya Sherly yang tidak menyukai Luna.
Dia semakin iri melihat istri bosnya bahagia, entah mengapa dia sangat tidak menyukai Luna.
Mereka semua memulai pekerjaan mereka dengan semangat.
***
Kenan masuk keruangan Bara dan duduk di hadapan pria itu.
"Yang lagi falling in love mah beda auranya," Goda Kenan mendudukkan pantatnya di kursi depan Bara.
"Yups, hari-hari gue semakin berwarna dari sebelumnya," ungkap Bara apa adanya.
"Oh iya, gue mau kasih tau loe kalo gue mau ke Bandung, ada kerjaan yang harus gue urus di kantor cabang. Hari ini ada meeting sama klien, tapi di kantor klien nya langsung dan lo di temani Felly kesana karena gue nggak bisa nemenin lo."
Bara mengangguk paham.b"Hati-hati lo, kalo ada apa-apa hubungi gue!"
"Sip, gue berangkat dulu!" setelah Kenan berpamitan dia langsung keluar dari ruangan Bara.
"Felly, loe temani Bara meeting sama klien jam 10 nanti!" titah Kenan.
"Baik," jawab Felly singkat.
'Yes, gue ada waktu buat berduaan sama Bara' batin nya.
Felly masuk ke ruangan Bara membawa berkas yang harus di revisi. "Ini pak, berkas yang harus di revisi."
"Ya, letakan saja di meja nanti saya cek!" jawabnya tanpa menoleh sama sekali.
Bara sudah berjanji dia tidak akan tergoda oleh wanita manapun kecuali istrinya.
"Baik Pak, saya permisi."
Setelah mengatakan itu Felly keluar kembali ke meja kerjanya.
***
Tidak terasa waktu begitu cepat berlalu, jam sudah menunjukan pukul 10.
Tok..tok..tok
Felly mengetuk pintu ruangan Bara, setelah dipersilahkan masuk baru wanita sexy itu masuk.
"Pak, sudah waktunya berangkat meeting!" ujar Felly memberitahu.
"Baiklah." Bara bangkit lalu berjalan lebih dulu di ikuti Felly dari belakang.
Saat sudah masuk kedalam lift, Felly dibuat heran kenapa Bara malah memencet angka 6 bukannya turun ke lantai dasar.
"Pak, kita mau kemana kok ke lantai 6?"
"Keruangan istri saya," jawabnya cuek.
Felly melupakan hal itu, kalau Luna berada di divisi keuangan yang ada di lantai 6. Felly mendengus sebal, semakin lama Bara semakin dekat dengan istrinya. Tidak ada celah untuk dirinya mendekati atasan nya itu.
Tiingg
Pintu lift terbuka, Bara langsung menghampiri meja keja istrinya.
"Honey!" panggil Bara.
"By, ngapain kesini?" tanya Luna kaget suaminya sudah ada tepat di belakangnya.
"Siapa disini kepala divisinya?" tanya Bara Lantang.
"Saya, Pak." Dini berdiri memberi hormat kepada atasan nya.
"Saya izin membawa Luna menemani saya meeting menggantikan Kenan," interupsi Bara.
"Baik pak, silahkan!" jawab Dini.
"Honey, temenin aku meeting sama klien, ya,"pinta Bara.
"Okay." Luna mematikan komputer lalu mengambil tasnya.
"Ayok, By!"
Bara merangkul pinggang ramping Luna berjalan menaiki lift di ikuti Felly di belakang nya. Selama berada di dalam lift, Bara tidak melepaskan rangkulan tangannya dari pinggang ramping Luna.
Feli terlihat cemburu menyaksikan adegan romantis di hadapan nya itu, tangan nya mengepal dengan kuat. Dia yang sudah 2 tahun memendam perasaannya kepada Bara, berharap pria tampan itu membalas perasaannya.
Tetapi, kini semua harus kandas saat Luna hadir. Sebelum Luna datang, walaupun Bara tidak menjadikannya kekasih, namun dia masih tetap senang karena bisa menjadi partner ranjang Bara.
Bara membukakan pintu mobil untuk istrinya dan tidak lupa tangan nya mengahalau kepala istrinya agar tidak terbentur.
"Makasih, By."
Bara duduk di belakang bersama dengan istrinya, sementara Felly duduk di kursi depan samping supir.
"By, kok tumben sih mau meeting malah ajak aku?"
"Nggak papa, lagian nggak ada Kenan juga. Sesekali temenin suaminya meeting."
Mereka tiba di kantor yang menjulang tinggi, Bara turun lebih dulu lalu membukakan pintu untuk istrinya.
'Sial, gue jadi obat nyamuk' batin Felly menahan emosi.
Mereka semua langsung di antar oleh resepsionis menuju ruang meeting.
"Selamat datang, tuan Bara." sapa pria paruh baya pemilik perusahaan ini.
"Selamat pagi, tuan Alex," jawab Bara.
"Lho, kamu bukan nya Luna?" Tuan Alex bertanya karena memang mengenal Luna.
"Betul, tuan. Tuan mengenal, saya?" tanya Luna yang memang tidak mengenal pria paruh baya di hadapannya.
"Saya Alexander, papanya Arnold."
"Maaf ya tuan, saya tidak tahu soalnya belum pernah liat tuan. Kalau om nya Arnold saya tau, yang tinggal di komplek perumahan yang sama dengan saya," jawab Luna karena memang kenyataannya seperti itu.
"Tidak apa-apa, saya maklum kok. Nggak usah formal gitu! saya tau kamu karena Arnold yang cerita mengenai cafe kamu. Dan ya, saya jadi sering mengunjungi cafe kamu atas rekomendasi Arnold. Selain itu, semua makanan di sana juga cocok di lidah saya."
"Terimakasih, Om," balas Luna.
Felly yang melihat Luna sok akrab dengan klien mereka hari ini menjadi jengkel sendiri. Kenapa wanita itu selalu lebih unggul.
Bara dan tuan Alex memulai meeting pagi ini. Felly mengeluarkan dokumen penting mengenai kerja sama antar perusahaan.
Luna hanya bisa menyimak saja sembari belajar. Dia kagum dengan suaminya saat sedang persentasi, Bara terlihat sangat berkharisma dan berwibawa.
Ketampanannya terlihat berkali lipat saat menggunakan kaca mata bacanya. Pantas saja di luaran sana banyak sekali wanita yang ingin mendekati suaminya.
Selain tampan dan kaya raya, Bara juga sangat cerdas dan memang patut di akui kecerdasannya dalam memimpin perusahaan.
lagian ngpa tu pedang ga di bikin mati suri bisr tau rasa
semngat
smga bara insyaf g celap celup smbarangan....
mau ngsih kjutan trnyta....pdhl kmrn aku udh esmosi bgt loh,sbl sm s jes2...haduuhhh....
Hbd buat luna....wish u all the best.....
... bangke..... apa yg kamu mau.... Luna..
udah jd bos cafe lagi