NOVEL LUAR BIASA
🏆 Juara Harapan Baru Novel Pria YAAW 10🏆
Perjalanan seorang pemuda bernama Lei Tian, ia adalah pewaris Klan Lei di Ibukota Provinsi Sinchuan. Ketika masih bayi ia dibawa pergi ke sebuah Desa yang sangat jauh dari Ibukota, setelah ia tumbuh menjadi anak-anak ia mengalami penghinaan dan penindasan. Hingga Ia dewasa dan menemukan sebuah rahasia besar di dalam tubuhnya, barulah ia mulai mendapatkan titik terang tentang jati dirinya.
Pada saat usia delapan belas Tahun barulah ia menuju Ibukota untuk berpetualang sekaligus untuk mencari tahu tentang asal usulnya.
Namun setelah ia mengetahui tentang keluarganya, berbagai peristiwa pembunuhan dan pengkhianatan mulai terkuak.
Hingga suatu hari ia membawa Klan Lei sebagai Klan yang disegani di Dunia Biru dan mencatatkan namanya sebagai Legenda Abadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr. Lim's, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lei Tian Kecil Yang Malang
Setiap kali bermain ia sering di hina oleh teman-temannya, Lei Tian selalu diejek oleh teman-temannya hanya karena ia tidak memiliki seorang ayah. Hari ini pun, ia ingin kembali bermain tetapi ia takut dihina oleh teman bermainnya.
"Apakah kau tidak bermain hari ini?" tanya ibunya dengan ekspresi heran.
"Tidak bu, hari ini Tian'er hanya ingin di rumah dan membantu ibu saja" jawab Lei Tian.
"Apakah teman-teman mu masih mengejek mu?" tanya Lin Mei kepada putranya.
"Tidak bu, mereka sudah tidak mengejekku lagi" jawab Tian kecil berbohong.
Lei Tian tidak ingin ibunya mengetahui kejadian yang sebenarnya, ia tidak mau ibunya sakit hanya gara-gara terlalu mengkhawatirkannya.
Di sisi lain, Lin Mei dapat melihat ekspresi yang terdapat di wajah putranya. Ia tentu mengetahui jika putranya menyembunyikan sesuatu darinya.
"Tian'er setelah kau besar nanti apa cita-citamu?" tanya ibunya.
"Aku ingin menjadi kuat, agar aku bisa melindungi ibu dengan kekuatan ku" jawab Lei Tian dengan tangan mengepal.
Mendengar perkataan anaknya yang penuh semangat, air mata Lin Mei jatuh membasahi pipinya. Tiba-tiba ia teringat kepada suaminya yang hingga kini belum jelas kabar keberadaannya.
"Bu, kenapa menangis? Apakah ucapanku salah, jika begitu tolong maafkan Tian'er" ucap Lei Tian dengan ekspresi khawatir.
"Tidak apa-apa, ibu hanya teringat dengan ayahmu. Semangat dan cita-citanya mirip denganmu, namun sayangnya nasib baik tidak memihak kepadanya" jawab Lin Mei sambil menyeka air matanya.
Lei Tian semakin penasaran dengan sosok ayahnya, meskipun ia tidak pernah melihatnya namun ia percaya jika ayahnya adalah sosok pria sejati seperti yang ibunya ceritakan.
"Bu, aku akan ke sungai untuk mengambil air sekaligus ingin menangkap ikan" ucap Lei Tian mengalihkan perhatian ibunya.
"Ya sudah silahkan" jawab ibunya dengan singkat.
"Baik Bu" jawab Lei Tian dengan sopan sebelum pergi.
Aktivitas sehari-hari Lei Tian adalah mengambil air untuk mandi dan minum. Lei Tian mengambil air tersebut dari sebuah mata air yang berada di dekat sungai, sejak berusia tujuh tahun ia sudah bekerja keras membantu ibunya serta Bibi Jian.
Setiap pagi dan sore hari Lei Tian pergi ke seberang sungai untuk mengambil air, di sela-sela waktu tersebut ia juga mencari hewan buruan untuk tambahan makan di rumah. Lei Tian bekerja keras memang demi ibunya yang kini sudah sakit-sakitan, ia tidak mau membuat ibunya semakin sakit dengan mengerjakan pekerjaan berat.
Kendati demikian, Lei Tian tetap mendapatkan haknya dalam belajar ilmu pengetahuan. Ia diajarkan membaca dan menulis oleh ibunya dengan telaten, bahkan pada usianya yang baru 15 tahun Lei Tian sudah bisa membuat seni kaligrafi indah. Bakatnya secara alami diturunkan dari ayahnya, selain ahli beladiri ayahnya juga merupakan seorang seniman.
Sementara ibunya adalah orang yang sangat jenius, kepintarannya dalam ilmu perdagangan sangat dibanggakan oleh Klan Lin pada saat itu, namun sayang ayahnya yang bernama Lin Bao tidak pernah peduli dengan perasaan putrinya tersebut. Patriark Lin Bao hanya menganggap putrinya sebagai aset keluarga yang akan ditukar dengan demi kepentingan keluarga.
Hari ini Lei Tian pergi ke sungai seperti biasanya, membawa dua buah ember kayu untuk diisi air dan ia bawa pulang. Untuk memenuhi kebutuhan ia harus tiga kali bolak-balik, meskipun mulanya sangat melelahkan namun demi baktinya kepada ibunya ia dengan suka hati menjalankan pekerjaan yang sudah menjadi rutinitasnya.
Lebih baik dirinya yang lelah daripada ibunya yang harus melakukan hal tersebut, namun seiring berjalannya waktu pertumbuhan fisik Lei Tian berkembang dengan sangat baik.
Atas kelebihannya tersebut, tidak jarang ia gunakan untuk membantu warga lainnya yang membutuhkan. Tidak heran jika ia sering mendapat makanan atau hasil pertanian dari warga yang sering ia bantu.
Lei Tian tentu saja senang meski ibunya sering melarangnya, menurut ibunya jika membantu orang lain haruslah tulus tanpa mengharapkan imbalan.
Kendati demikian Lei Tian masih saja melakukan hal tersebut untuk mencari pekerjaan sampingan. Setiap pagi dan setelah sore hari ia melakukan pekerjaannya, membawa air dan melayani warga yang membutuhkan jasanya.
Setiap hari ia bisa dia puluh hingga dua puluh kali bolak-balik ke sungai. Hanya hari tertentu saja ia menyisihkan waktunya untuk bermain, itupun hanya dijadikan bahan olokan teman-temannya yang berusia sebaya dengannya.
Lei Tian bisa dikatakan remaja yang ulet, di masa kecilnya sudah ia gunakan untuk bekerja keras demi membantu ibunya. Warga Desa Gunung Batu banyak yang menaruh simpati kepadanya, namun tidak sedikit juga yang mencibir.
Pada saat ini Lei Tian sudah mendekati sungai hendak mengambil air di tempat biasa. Namun saat ia menyeberangi sungai, terdengar teriakan dari seorang wanita yang sudah familiar.
"Tolong.. Tolong.. Ada yang mengintip. Tolong.." teriak seorang anak perempuan yang bernama Zhao Yusi.
Lei Tian menoleh ke kiri dan ke kanan mencoba mencari tahu apa yang baru saja terjadi, ia menjadi bingung dengan suara beberapa orang yang mulai menghampirinya.
Tidak lama kemudian banyak anak laki-laki yang berdatangan untuk mendekati Lei Tian, mereka sudah menargetkan Lei Tian yang kini tengah berdiri dengan ekspresi keheranan.
Sambil merapikan pakaiannya, Zhao Yusi melangkah mendekat dan menunjuk ke arah Lei Tian sambil berkata.
"Dia telah mengintip ku mandi" ucap Zhao Yusi dengan ekspresi tampak sedih.
Pada saat ini Zhao Yusi sedang berpura-pura menjadi korban dari sikap nakal Lei Tian, sebelumnya ia dan beberapa orang temannya telah sepakat mengatur siasat untuk mengerjai Lei Tian.
"Apa?"
"Dasar mesum"
Umpat beberapa orang anak laki-laki tersebut sambil menghampiri Lei Tian yang masih terdiam. Dalam sekejap anak laki-laki tersebut mengelilingi tubuh Lei Tian yang kini berada di pinggir sungai.
Tiba-tiba sebuah tendangan meluncur ke perut Lei Tian dengan keras.
"Bugh"
Berikutnya pukulan demi pukulan mendarat di tubuh Lei Tian.
"Bugh"
"Bugh"
Tubuh Lei Tian terhempas ke tanah, meskipun ia memiliki fisik yang kuat namun ia terlihat kepayahan saat menghadapi serangan brutal yang mengarah ke tubuhnya.
Beberapa orang yang menyerangnya sudah memasuki dunia kultivasi, meskipun baru Pemula Tingkat Awal namun tetap saja mereka memiliki kekuatan yang berbeda dengan orang biasa.
"Dasar cabul! Berani-beraninya kau mengintip Zhao Yusi"
Ucap seorang anak laki-laki yang sudah terbiasa menghina Lei Tian sebelumnya.
"Bugh"
"Bugh"
Dua pukulan keras yang dialiri tenaga dalam kembali dilayangkan ke tubuh Lei Tian yang baru saja bangkit berdiri.
Menerima dua pukulan tersebut, tubuh Lei Tian kembali terhempas ke tanah. Tubuhnya tersungkur dengan kondisi yang sangat mengenaskan.