NovelToon NovelToon
Soulmate

Soulmate

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Karir / Persahabatan / Romansa / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: sJuliasih

Perjalanan kisah romansa dua remaja, Freya dan Tara yang penuh lika-liku. Tak hanya berasal dari latar belakang yang berbeda, mereka juga harus menelan kenyataan pahit saat harus berpisah sebelum sempat mengutarakan perasaan satu sama lain. Pun mereka sempat saling melupakan saat di sibukkan dengan ambisi dan cita-cita mereka masing-masing.

Hanya satu yang akhirnya menjadi ujung takdir mereka. Bertemu kembali atau berpisah selamanya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sJuliasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8

Pagi-pagi sekali Freya sudah berangkat ke sekolah. Ia ingin mengembalikan dasi Tara. Ia tau lelaki itu sudah berada di sekolah karena harus menyiapkan rapat penting dengan petinggi yayasan.

Suasana sekolah yang masih sepi membuat Freya lega. Setidaknya ia bisa menemui Tara tanpa ada satu pun yang melihat. Bisa panjang urusannya jika tertangkap basah oleh para siswi lain yang mengidolakan Tara. Mungkin ia akan menjadi bulan-bulanan mereka.

Dengan perlahan Freya melangkahkan kakinya menuju ke ruang osis. Setiba di depan ruangan itu, Freya pun sedikit menjijit menengadahkan kepalanya ke jendela yang letaknya lumayan tinggi. Guna memastikan jika hanya ada Tara di tempat itu.

"Kenapa ada Kenzo sih! dia kan bukan anggota osis." gumamnya pelan.

Samar-samar terdengar bahwa Kenzo ingin ke kafetaria. Harus ke sekolah lebih pagi dari biasanya membuat lelaki itu tak sempat untuk hanya sekedar sarapan.

Sebenarnya Kenzo adalah anggota dari tim basket Tara. Namun karna Tara kekurangan personil akibat salah satu anggota osisnya tak bisa hadir, maka ia pun meminta bantuan kepada Kenzo.

"Yakin lo nggak nitip apa-apa?" kembali Kenzo mengulang pertanyaannya.

"Mm.."

"Yaudah gue cabut ya." tukas Kenzo lagi.

Tara hanya mengangguk tanpa menoleh ke arah Kenzo sedikit pun. Pandangannya hanya tertuju pada layar laptop di hadapannya.

Freya yang masih berada di depan ruang osis, buru-buru bersembunyi di balik tangga yang bersebelahan dengar ruangan itu agar tak terlihat oleh Kenzo. Setelah memastikan Kenzo sudah berlalu jauh, Freya pun keluar dari persembunyiannya dan segera menemui Tara.

Entah memang sebuah kebetulan atau hati Tara yang memang merasakan kehadiran Freya, tiba-tiba saja lelaki itu keluar dari ruangannya.

"Freya?!" Tara tak menyangka pagi-pagi sekali bisa melihat keindahan di depan matanya. Ia tertegun sesaat menatap wajah Freya. Gadis dengan rambut tergerai indah dan di lengkapi jepitan rambut bunga matahari di sisi kirinya, membuat jantung Tara seketika berpacu sangat cepat.

"Tara, ini dasi lo." tanpa basa-basi Freya langsung menyerahkan benda itu ke hadapan Tara.

"Kenapa nggak nanti aja Frey? kan bisa lo kasih waktu kita belajar kelompok di rumah lo."

Freya menghela nafas pelan lalu berkata kepada Tara "Memangnya lo mau di ledekin sama sahabat gue?"

"Tapi gue nggak masalah kok Frey." tukas Tara menatap lekat wajah Freya.

"Udah lah Tar, ini ambil dasi lo. Gue mau ke kelas." ujar Freya dengan nada malas.

Tara pun segera mengambil dasi miliknya dari tangan Freya tanpa banyak berkomentar lagi.

"Nanti pulang sekolah, lo bareng gue aja ya." tukas Tara sebelum Freya berlalu dari hadapannya.

Dengan raut wajah datar Freya membalas tatapan netra Tara. "Sorry Tar, Risa udah ngajak gue bareng." sahutnya lalu pergi meninggalkan Tara.

Sedang lelaki itu tak bergeming dari tempatnya. Ia terus menatap punggung Freya. Bagi Tara, menatap punggung Freya saja sudah membuatnya merasa bahagia.

Tara lalu kembali masuk ke ruangan osis setelah memastikan Freya tak lagi terlihat di netranya. Pandangan Tara kini fokus tertuju pada layar laptopnya. Ia ingin mengoreksi proposal yang kemarin di buat oleh salah satu anggotanya.

Sebenarnya Freya juga enggan mengajak Tara untuk bergabung bersama ketiga sahabatnya. Freya tau betul jika ada Tara, sudah di pastikan proses belajar mereka tidak akan berjalan dengan baik. Terlebih Hana dan Risa akan lebih memilih fokus dengan keberadaan Tara.

Andai ia dan ketiga sahabatnya tak membahas perihal kelompok belajar di lapangan basket, mungkin Tara yang kebetulan lewat tak akan mendengarnya.

Kembali Freya menghela nafas secara kasar. Kini ia di lema. Ingin mendekat sekaligus ingin menjaga jarak dengan Tara. Hatinya menginginkan Tara, sedangkan ia sadar betul jika ia tak boleh terlarut akan perasaannya sendiri.

Freya terus melangkah pelan seraya mengingat bagaimana pertama kalinya bertemu dengan Tara. Tepat setahun yang lalu, di awal masa ospek, hari dimana ia merasa sangat bersyukur karna adanya Tara di dunia ini.

Waktu itu, fisiknya yang sedang tidak fit ia paksa untuk mengikuti serangkaian masa ospek. Hingga akhirnya ia pun kelelahan dan tak sadarkan diri di tengah lapangan basket.

Saat itu, orang-orang hanya menatapnya lalu memilih mengabaikannya. Menganggap apa yang terjadi hanya lah sandiwara Freya saja agar gadis itu tak mengikuti kegiatan ospek.

Berbeda dengan sikap Tara yang juga menyaksikan kejadian itu. Dengan tergesa ia berlari ke tengah lapangan, lalu segera membawa Freya ke ruang uks. Walau tak mengenal Freya sama sekali, namun tak mengurungkan niat Tara untuk menolongnya.

Bahkan dengan sukarela Tara menunggu gadis itu siuman dari pingsannya. "Lain kali kalo lo lagi nggak fit, jangan paksain diri lo." tukasnya datar namun dari tatapan mata Tara waktu itu, Freya tau bahwa Tara tulus membantunya.

'Andai gue berasal dari keluarga berada sama kayak lo Tar, mungkin gue perlu menjaga jarak sama lo.' batin Freya.

"Frey..." Andre tiba-tiba menepuk pundaknya. Jelas ia tersentak kaget. Karna sejak tadi ia sibuk menyelam ke dalam ingatan masa lalunya.

"Mau buat gue sakit jantung lo?" sekak Freya sambil memegang dadanya yang berdebar kencang.

Andre terkekeh puas. "Sorry Frey. Lagian ngapain juga lo ngelamun. Mana masih pagi juga." tukasnya seraya mengambil posisi di samping Freya.

Freya tak merespon.

"Mikirin Tara kan lo?" bisa-bisanya tebakan Andre benar.

"Makin curiga gue sama lo Ndre." Freya menoleh ke arah Andre.

Kedua alis Andre mengerut secara bersamaan. "Kenapa curiga sama gue?" tanyanya.

"Paranormal atau dukun lo? Tau banget lo isi hati gue."

"Berarti bener dong dugaan gue kalo lo lagi mikirin Tara."

Freya yang menyadari ruangan kelasnya hanya tinggal beberapa langkah lagi seketika menyuruh Andre untuk tutup mulut. Akan bahaya jika ada yang mendengar pembicaraan mereka.

"Tapi Frey, lo harus hati-hati. Bokapnya Tara itu killer, tatapannya aja, beh... bikin jantung nggak aman." bisiknya takut ada yang mendengar.

"Gigit nggak tuh?" Freya menimpali dengan candaan.

"Wah.... gila lo Frey. Calon mertua lo, lo katain begitu. Gue bilangin Tara lo." suara Andre akhirnya tak terkontrol, hingga beberapa siswi yang berpapasan dengan mereka memasang raut wajah bingung.

"Cuma bercanda gue." Freya memelankan nada suaranya seraya melayangkan tatapan tajam pada Andre. Berharap sahabatnya itu mau menutup mulut.

"Kasih tau Tara ah." ujar Andre dengan girang lalu melangkah cepat menuju ke kelas.

"Andre! Awas lo ya!" teriak Freya dan langsung menyusul langkah lelaki itu.

***

Sementara di parkiran sekolah, sebuah mobil sedan hitam baru saja tiba. Kepala sekolah dan beberapa staf guru sudah berjejer rapi hendak menyambut seseorang yang akan keluar dari mobil mewah itu.

Berselang beberapa menit, tampak seorang pria berusia 50-an, mengenakan setelan jas berwarna abu tua keluar dari kendaraan roda empat itu setelah asisten pribadinya membuka pintu mobil.

Ia merapikan jas mahalnya seraya menatap ke arah gedung sekolah yang menjulang beberapa lantai. Wajahnya yang tegas dan perawakannya yang tinggi membuat pria itu terlihat sangat gagah.

"Selamat datang pak Baskara. Terimakasih sudah mau meluangkan waktu di tengah jadwal anda yang sangat padat." Pak Daris, selaku kepala sekolah langsung menjabat tangan pria tersebut.

"Tidak masalah pak." pria itu tersenyum, walau terlihat sedikit kaku.

"Mari pak, silahkan. Rapat akan segera kita mulai." ujar Pak Daris yang tak ingin membuang waktu pria kaya itu.

Pria bernama Baskara Dananjaya Mahendra hanya mengangguk. Lalu melangkah bersisian bersama kepala sekolah menuju ke ruang komite dimana rapat antar petinggi yayasan akan di adakan.

Semua yang turut andil dalam rapat seketika bangkit dari duduk mereka ketika sang donatur mulai memasuki ruangan itu.

Setelah aksi saling sapa yang hanya sekedar formalitas, mereka kembali duduk di tempatnya masing-masing. Tak terkecuali Tara, yang juga berada di sana, selaku ketua osis dan sebagai penyampai proposal.

Hampir 2 jam rapat antara petinggi yayasan dan Baskara, sang donatur pun usai. Para staf guru dan seluruh pengurus rapat di bubarkan. Menyisakan Baskara dan kepala sekolah di ruangan itu.

"Maaf pak, saya ingin berbicara empat mata dengan salah satu siswi penerima beasiswa. Apakah di perbolehkan?" Baskara memulai percakapan.

"Tentu boleh pak. Bapak ingin berbicara dengan siapa?" sahut pak Daris.

"Freya!" jawab Baskara tegas.

"Oh gadis itu. Sebentar ya pak, akan saya suruh kepala komite memanggilnya." sambung pak Daris yang tak mungkin menolak keinginan satu-satu donatur di Mars High School.

Baskara mengangguk angkuh.

Tak lama berselang, terdengar suara pak Wira menggema di seluruh sekolah.

"Freya Davina, kelas XI Ipa¹ di harapkan ke ruang kepala sekolah sekarang!" tukasnya melalui mikrofon.

Freya yang saat itu hendak mengembalikan buku ke perpustakaan langsung mengurungkan niatnya. Sembari membawa beberapa buku di tangannya, ia mengubah haluan dan berjalan cukup cepat menuju ruangan kepala sekolah.

Di dalam benak gadis itu, ia sama sekali tak bertanya-tanya alasan mengapa di panggil ke ruang kepala sekolah. Ia sudah tau betul jika perihal beasiswa lah alasan kepala sekolah ingin menemuinya.

"Permisi pak...." Freya mengetuk pintu ruangan kepala sekolah dengan sopan.

"Masuk." pak Daris mempersilahkan.

"Kenapa bapak menyuruh saya ke sini?" tanya Freya berbasa-basi.

Tak menjawab pertanyaan Freya, pak Daris malah menarik diri dari ruangan itu. Membiarkan Freya bersama Baskara. Kepergian kepala sekolah jelas membuat Freya bingung dan merasa tak nyaman. Terlebih ia harus berbagi ruangan dengan seorang pria yang tak di kenalnya.

"Duduk!" pinta pria tersebut dengan nada datar.

Freya mengangguk sungkan. "Baik om."

"Apa selama ini mendapat beasiswa belum cukup bagi kamu?" tanya Baskara tanpa memberikan kesempatan kepada Freya untuk mengatur nafasnya.

"Maksud om apa ya? Saya nggak ngerti." Freya menunduk tak berani membalas tatapan mata Baskara yang sekilas seperti mengeluarkan percikan api. Bagaimana tidak, dari sorot matanya, pria itu seolah sedang tersulut amarah.

"Apa kurang beasiswa yang saya berikan selama 2 tahun ini hingga kamu berani mendekati anak saya?" kembali Baskara melontarkan pertanyaan yang tak hanya menyudutkan Freya, namun juga membuat gadis itu menyimpan tanda tanya besar di benaknya.

"Anak om?!" Freya mengernyitkan dahinya dan memberanikan diri menatap Baskara.

"Iya, anak saya. Tara. Kenapa kamu mendekati Tara?!"

***

1
korokoro
kaget banget Tara, jangan nakal main cubit pipi aja/Scowl/
Julia H: namanya juga modus kak🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!