Cerita ini series kedua dari Skandal Mr. Mafia.
jika ada kesamaan di awal bab 1-18 mohon di maklumi karena cerita yang membedakan dari series ini dan yang satunya di mulai dari bab 19.
Selamat membaca.
Nathania tercengang mendengar suara desahan dari dalam kamar Tunangannya. Niat hatinya untuk pulang secara mendadak, tanpa memberi kabar Saka memang sudah jauh-jauh hari ia rencanakan untuk memberi Kejutan ulang tahun kekasihnya.
Namun siapa sangka Malam itu menjadi malam kelam yang membuatnya begitu Trauma akan cinta.
Nia berjalan cepat menuju sebuah pintu kamar yang menjadi saksi bisu pergulatan sengit antara dua insan yang tengah saling memberikan kepuasan satu sama lain. Nia menutup bibirnya rapat-rapat sembari menahan tangis saat melihat Saka begitu bersemangat menyetubuhi seorang wanita di bawah kungkungan nya.
Akankah Nathan ia Collins Haditama, menemukan cinta sejatinya setelah mendapatkan pengkhianatan dari Aldo Askha?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon queenindri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penolakan
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Satu minggu kemudian, Meskipun hampir setiap hari Revaldo Mahendra terus berusaha menemuinya, Agaknya Nathania tak berminat untuk menemuinya.
Ia bertekad jika Valdo tak segera merubah niatnya untuk menikahi nya secara kontrak, maka ia tidak akan mau menerima pertanggungjawaban dari pria itu. Sebenernya jika Nia mau, ia tinggal bilang saja pada Valdo jika ia menginginkan pernikahan yang sesungguhnya. hanya saja sikap Nia yang keras kepala membuatnya tidak mau melakukannya.
Tok Tok Tok
Terdengar suara pintu yang di ketuk dari luar, hingga membuat Nia harus sejenak mengesampingkan pekerjaan nya untuk mempersilahkan tamunya masuk.
"Masuk!" Perintahnya sembari meletakkan pena di atas meja.
Saat pintu itu terbuka, Mata Nia membulat dengan sempurna saat melihat siapa yang masuk ke dalam Ruang kerjanya.
"KAU.. " Gumam Nia, lalu bangkit dari kursinya.
"Maaf Bu, Beliau CEO dari Rumah sakit *****Permesta*****." Ucap Perawat yang mengantarkan Valdo masuk ke dalam Ruangan Nia.
Deg
Seketika Itu pula kaki Nia lemah dan langsung terduduk kembali pada kursinya.
Setelah Perawatan itu undur diri, Valdo memutuskan untuk berjalan mendekati Nia.
"STOP, Tetap di sana! "Nia mengacungkan tangannya ke depan, berharap Valdo tak semakin nekat mendekati dirinya.
"Aku hanya datang untuk mengunjungimu Nia! bagaimana kabarmu?" Tanya Valdo dengan ramah, bahkan tidak terlihat kekesalan sama sekali di wajah pria itu saat ini. meskipun Nia terus menolaknya dan berbicara kasar padanya.
"Tidak usah sok akrab padaku, Tuan Revaldo Mahendra! Kita tidak seakrab itu." Ketua Nia, lalu memalingkan mukanya ke arah lain.
"Cih, Sombongnya sekali." Cibir Valdo sembari geleng-geleng kepala.
"Sudahlah, jangan membuang-buang waktu lagi, Sekarang katakan padaku! Apa yang ingin kau bicarakan hingga terus berusaha untuk menemui ku?"
"Tujuanku masih tetap sama, Aku hanya ingin bertanggung jawab atas perbuatanku! Apakah sudah ada tanda-tanda jika Valdo junior sudah tumbuh di dalam sana?" Pria itu melirik ke arah perut Nia yang masih terlihat datar.
Sementara Nia langsung menutupi perutnya agar Valdo tak sembarangan menatap ke arah tubuhnya. "Jaga matamu itu, Jangan bertingkah sembarangan di ruang kerjaku!" Omel Nia, lalu ia bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati Valdo.
Beberapa saat kemudian, akhirnya kini keduanya saling berhadapan namun tak ada satupun dari mereka yang angkat suara. "Baiklah, Katakan padaku! Sebenarnya apa niatmu datang kemari?
"Oh, baiklah, sambutan luar biasa yang di terima oleh rekan bisnis mu saat ini. Apa kau tidak berniat untuk Mempersilahkan aku duduk Nona manis?"
"ASTAGA" Batin Nathania memaki keras sikap Renaldo yang menurutnya sangat tidak tau malu dam sulit untuk di ajak bicara baik-baik.
Nathania yang tidak ingin berurusan lebih lama dengannya, kini menghela nafas nya dengan kasar. bahkan, tangan perempuan itu sudah terkepal dengan sempurna. "Cepat, katakan apa maksud kedatangan kalian? Katanya tanpa mempersilahkan Valdo untuk duduk.
Tidak ada jawaban Dari Revaldo, Pria itu justru membuka Jasnya dan mengeluarkan beberapa lembar kertas yang di penuhi oleh barisan tinta yang di ketik rapi. Sementara itu, Alis Nia nampak mengerut tak mengerti dengan apa yang sedang di lakukan Revaldo saat ini.
Yang bisa ia lakukan adalah menunggu apa yang ingin di katakan pra itu setelah ini. Namun bukannya jawaban, Revaldo malah melipir ke arah Sofa yang ada di sudut ruangannya dan langsung duduk tanpa permisi.
"Aku sudah menyiapkan ini jauh-jauh hari, aku berharap jika kau akan menyetujui perjanjian yang sudah aku buat batu ini. bacalah!" Ucap Valdo sembari mengulurkan beberapa lembar kerta yang ia pegang tadi ke pada Nia.
Nia geram, Ternyata dugaannya tadi benar. Lagi-lagi pria itu menawarkan sebuah kesepakatan dengannya. Kesepakatan yang menurut nya merugikan dirinya dan hanya menguntungkan bagi pihak Revaldo Mahendra, sehingga membuatnya tidak berminat untuk membacanya.
"Lupakan saja!" Ketus Nia seraya berbalik dan berjalan kembali ke meja kerjanya.
"Tunggu dulu Nia! Ini berbeda dari yang kemarin," Ucap Valdo dengan menggebu, namun agaknya Nia tetap tidak perduli.
Kini wanita itu sudah duduk di atas kursinya, lalu ia kembali pura-pura untuk melanjutkan kerjanya. Karena Merasa tidak di dengarkan, Valdo akhirnya bangkit dari kursinya. lalu pria itu meletakkan kertas itu ke atas meja dengan cukup kasar.
Kali ini ia bertempat untuk tidak mau mengalah, mengingat waktu mereka sudah sangat terbuang banyak. jika sampai Nathania hamil saat ini, maka kemungkinan keluarga Collins akan cepat menyadarinya, mengingat Tuan Aiden Collins adalah mantan dokter spesialis kandungan handal pada jamannya.
"Oh, jadi mulai bermain kasar rupanya." Cibir Nia dengan alis yang mengerut.
Valdo tersenyum kecut melihat reaksi Nathania yang menurutnya sangat berlebihan. "Kau yang memaksaku melakukan ini ,Nia."
"Cih, Alasan. Aku tau sebenarnya Kau memang tidak berniat untuk bertanggungjawab padaku, Tuan Revaldo Mahendra. Jadi tidak usah terlalu Khawatir! Bukannya saat itu akulah yang memaksamu melakukannya? jadi anggap saja itu hanya kecelakaan dan lupakan!"
"What?" Valdo menatap tak percaya dengan apa yang di katakan Nathania padanya. Bukannya seorang wanita yang seharusnya menuntut tanggung jawab ada seorang pria jika ia sudah di lecehkan? tapi kenapa Berbeda dengan Nathania, justru ia menawarkan diri untuk bertanggung jawab penuh atas perbuatan mereka dan siap untuk menemui orang tua Nia.
Tapi apa ini? Wanita itu malah memintanya untuk melupakan kejadian malam itu, di mana ia tidak sengaja merenggut kegadisannya. sebenernya apa yang ada di dalam pikiran Wanita ini, Valdo benar-benar tidak mengerti.
"Apa kau sudah gila? Jika kau hamil lalu apa yang akan kau lakukan, hah? Apa kau akan menggugurkan anak kita?"
"YA" Jawab Nia dengan lantang, bahakan ia sampai bangkit dari kursinya untuk menatap Valdo dari jarak yang cukup dekat.
"Kau dengar itu tuan Revaldo? Aku tidak sudi memiliki Anak dari pria seperti dirimu, yang hobby bermain wanita. Kau pikir aku tidak tau trek record mu di dunia malam hah? aku tau semuanya, jadi jangan bermimpi bisa menikah dengan ku dan aku akan menggugurkan bayi ini jika sampai ia berani tumbuh di rahimku!
Bisa ia lihat sorot mata penuh kebencian dari kedua Metra pria itu padanya, namun ia tidak perduli. Iya sudah cukup kecewa pada pria itu karena menawarkan pernikahan kontrak tempo hari.
Dan kali ini ia benar-benar sudah tidak tahan lagi untuk membuat pria itu berhenti menekannya untuk menikah.
Valdo tersenyum kecut seraya melangkah mundur dari hadapan Nia. Sungguh harga dirinya sudah di injak-injak oleh Nathania saat wanita itu mengatakan jika Ia tidak sudi memiliki anak dari pria seperti dirinya.