Ima seorang gadis desa yang datang dari kampung ingin mengubah kehidupan keluarganya. Ia bekerja di sebuah mini market sebagi seorang kasir. Disanalah berkenalan dengan seorang pria yang membuatnya jatuh cinta.
Gayung bersambut cinta Ima berbalas. Laki - laki itu ternyata juga menyukai Ima. Hubungan mereka makin hari makin dekat,hingga laki - laki itu melamar Ami menjadi pendamping hidupnya.
Awal menikah hidup Ima berubah,rasanya begitu bahagia karna mendapatkan suami yang begitu perhatian. Tapi bencana itu datang saat ia sudah mempunyai seorang anak,sikap suaminya mulai dingin. Ada apa gerangan yang terjadi? apalagi Ima pernah memergoki suaminya menelpon seorang perempuan dengan kata - kata yang tidak sepantasnya . Apakah suaminya sudah bermain api di belakangnya? Bagaimana kelanjutan rumah tangga Ima dengan suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ima susanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab20
Untung acara sudah hampir selesai,Bimo membawa istrinya keluar dari ruangan itu menuju kamar mereka setelah sebelumnya meminta ijin pada kedua orang tuanya.
"Yang kamu percaya sama aku kan?" Bimo menggenggam kedua tangan istrinya berusaha meyakinkan istrinya.
"Entahlah,mas. Aku juga bingung,untuk saat ini masih berusaha berpikir positif tentang dirimu." jawab Ima menatap lekat mata suaminya.
"Kamu harus percaya sama, mas. Mas janji akan menjadi suami yang baik dan setia." ujar Bimo.
Bimo memeluk gadis didepanya yang sudah sah menjadi istrinya. Ia mengulum bibir ranum yang sudah menjadi candunya.
Awalnya Ima tidak merespon karna masih merasa kesal tapi bukan Bimo namanya. Ia mengigit bibir istrinya sehingga Ima terpaksa membuka bibirnya dan langsung di jelajah dan di porak porandakan oleh Bimo sehingga Ima ikut terlena.
Ima dibuat kehabisan nafas oleh kelakuan suaminya. Bimo yang sudah dibakar gairah menyusuri leher Ima dan meninggalkan jejak kepemilikan. Tangannya sudah bergerak nakal di balik baju Ima.
Gunung kembar berasa seperti quisy mencari benda favorit baru bagi Bimo. Karna merasa terganggu Bimo membuka pakaian istrinya dan terpampang pemandangan yang membuat yuniornya meronta - ronta minta di keluarkan dari sarangnya.
Lenguhan yang keluar dari mulut Ima menambah semangat Bimo untuk menjelajah tubuh Ima tanpa terkecuali.
"Mas.....Augh...." lengguh Ima.
"Sayang,mas masukin ya?" Bimo meminta ijin Ima walau sebenarnya tidak minta ijin pun itu sudah jadi haknya dia.
"Pelan - pelan, mas." ujar Ima.
Bimo tersenyum kemenangan mendapat lampu hijau dari Nia. Bimo mulai mengarahkan senjatanya pada lubang surga Ima.
"Ihh....augh...sakit Mas." teriak Ima saat senjata Bimo mulai menerobos miliknya. Tangannya mencengkeram seprei.
"Tahan sebentar ya,yang. Nanti juga kamu ga akan merasakan sakit lagi." bujuk Bimo kembali mencoba menembusnya.
"Gila susah banget,jadi begini rasanya mendapatkan perawan." Bathin Bimo yang terus berusah menggerakkan senjatanya yang sudah setengah jalan. Ia melihat Ima meneteskan air mata menahan perih.
Bimo melakukan dengan sangat pelan,ia akan berhenti sejenak bila ia mendengar istrinya berteriak kesakitan.
Peluh segede jagung membanjiri tubuh polos keduanya. Saat senjatanya berhasil membobol pertahanan Ima,ia berhenti sejenak untuk mengambil nafas baru setelah itu ia mulai mengoyangkan senjatanya maju mundur.
"Akh...berhasil " wajah Bimo berbinar telah berhasil menembus pertahanan istrinya.
"Mas,sakit..." ujar Ima lirih.
Bimo langsung mengulum bibir Ima untuk mengalihkan rasa sakit yang tengah ia rasakan. Dan benar saja Ima sudah tidak lagi mengeluh sakit.
Rintihan yang tadi terdengar berganti dengan
desahan nikmat yang membuat Bimo semakin bersemangat memacu kudanya.
Desahan dan lenguhan terdengar sahut bersahutan didalam kamar yang kedap suara. Desiran darah mengalir deras serta keringat yang semakin banyak menetes dari tubuh keduanya.
"Mas..." teriak Ima saat gelombang nikmat itu hampir tiba. Begitu juga dengan Bimo,ia menambah kecepatan pacunya hingga mereka sama - sama mencapai klimaks.
Ima melenguh dan mengerang saat ia sudah mencapai puncak Begitu juga dengan Bimo. Senyum tersinggung di bibir mereka.
Perlahan Bimo mencabut senjatanya dan terdengar lenguhan dari bibir Ima. Bimo lantas menjatuhkan tubuhnya disamping istrinya.
"Terimakasih sayang." ucap Bimo dengan tersenyum bahagia. Ternyata berhubungan dengan perawan itu lebih nikmat di banding dengan perempuan - perempuan yang selama ini menghangatkan ranjangnya.
"Capek." ucap Ima sambil membersihkan miliknya dengan tisu untuk membersihkan sisa - sisa madu mereka. Ada bercak merah pada tisu yang ia pegang yang ia tau itu adalah darah.
"Ya udah kamu istirahat, besok kita lanjutkan lagi." kekeh Bimo sambil menutup tubuh mereka dengan selimut.
Mata Ima seketika melotot memandang suaminya dan menggeleng - gelengkan kepalanya.