NovelToon NovelToon
Dari Benci Jadi Suami

Dari Benci Jadi Suami

Status: tamat
Genre:Tamat / Berbaikan / Ibu Pengganti / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Diam-Diam Cinta / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:11.8k
Nilai: 5
Nama Author: nichi.raitaa

Tolong bantu support dan jangan lompat bab saat membaca ya, terima kasih 💗

Delilah Atmaja—seorang perempuan—yang sama sekali tak berkeinginan menikah, terpaksa menuruti kemauan sang ayah. Justru bertemu kembali dengan Ananda Dirgantara—musuh semasa SMA—dan justru berakhir di pelaminan. Tak berhenti sampai di sana, Rakanda Dirgantara—mantan cinta pertama Delilah—menjadi sang kakak ipar. Hadir juga hari dimana Raka menerima bantuan dari si jelita, Delilah. Membuat keruh hubungan rumah tangga Nanda dan Delilah yang telah menjadi seorang istri.

Dapatkah mereka akan melewati drama pernikahan dan pergulatan hati masing-masing? Akankah mereka berdamai dengan keadaan dan menemukan akhir yang bahagia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nichi.raitaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 20

Beberapa hari telah berlalu. Nanda sudah kembali ke rutinitas, sedangkan Delilah tentu memiliki kesibukan baru setelah Wisnu kembali dari liburan. Dia membantu sang kakek merawat taman dan mempersiapkan kepindahan mereka ke apartemen yang telah disediakan. Sudah beberapa kali Nanda dan Deli menyambangi bakal tempat tinggal mereka untuk mengisi perlengkapan. Tinggal menunggu esok hari, si jelita memilih bermesraan bersama Wisnu sebelum pergi.

“Kakek, apa Anda benar tidak masalah sendiri di rumah megah ini?” Delilah sibuk mencabut rumput liar di sebelah Wisnu.

“Tentu, kalian terlalu berisik. Aku tidak ingin sakit telinga.” Wisnu mencebikkan bibir pada sang cucu menantu.

Netra si jelita mengerjap berulang kali. Dia tak pernah merasa bertengkar dengan ramai ketika Wisnu berada di rumah. Bahkan, beberapa hari terakhir mereka cukup tenang.

“Kenapa kau menatap begitu, Delilah?” Suara Wisnu memutus lamunan Delilah, “sudah waktunya bagi kalian hidup mandiri. Sebuah keluarga tidak hanya terbentuk karena cinta dan bahagia. Kalian juga pasti membutuhkan ruang untuk menyelesaikan masalah tanpa harus ada aku didalamnya, bukan?” Wisnu kini menatap sambil menaik turunkan alis.

Ah, benar juga, ucap Delilah dalam hati.

Si jelita tersenyum menanggapi kalimat panjang si kakek. Terdengar sangat santai dan bijak dalam setiap kalimat yang keluar dari bibir seorang Wisnu Dirgantara. Tak salah jika semua keputusan beliau tidak terbantah. Lalu bagaimana jika si kakek mengetahui jika pernikahan mereka hanya di atas sebuah kertas? Si jelita menyanggupi amanat yang diberikan oleh sang ayah ketika hampir tak memiliki hari esok. Akan tetapi, belakangan Dion—ayah Delilah—nampak membaik. Dia bersiap melangkah keluar dari status berpasangan ketika memastikan sang ayah telah benar sembuh.

Masih tak cukup mempercayai orang lain untuk berbagi hidup. Si jelita belum juga melonggarkan pertahanan pada suami yang telah menemani. Tak ada yang bilang jika menyatukan dua kepala adalah pekerjaan yang sangat berat. Apalagi untuk dua manusia yang selalu berbeda pendapat.

***

Matthew sedang mengunjungi IGD, menatap si dokter muda yang terlihat salah tingkah. Entah kenapa, dia selalu melakukan hal yang mengusik kenyamanan hidup dokter senior lain. Padahal, tidak bertingkah pun mereka terkadang sudah cukup merepotkan.

Berapa hari yang lalu, Matthew menggeser pintu ruangan Nanda karena tak lekas mendapat jawaban dari sambungan telepon. Akan tetapi, bukan Nanda yang dia temui di dalam ruangan. Justru seorang gadis muda mengenakan jas dokter panjang tertunduk seolah mencari sesuatu. Manik mereka saling menatap dalam diam. Matthew sampai mundur dan membaca lagi papan nama yang tertempel di pintu. Memastikan jika dia tak salah ruangan.

“Benar, ruangan Nanda. Sedang apa kau disini, Nona?” Matthew masih menatap papan nama lalu berjalan masuk ke dalam, “dimana Nanda?”

“M-maafkan saya, Dok. Dokter Nanda sepertinya sudah pulang,” Melinda menjawab sambil menunduk.

“Melinda, ah, kau gadis yang menabrak Nanda, ‘kan?” Matthew membaca name tag si dokter muda.

Dia mengangguk sekilas. Lalu sedikit gelisah meremas tangan, seolah tertangkap basah oleh Matthew. Masih beruntung bukan Nanda langsung yang memergokinya.

“Lalu sedang apa kau disini, jika pemilik ruangannya saja tidak ada?” Matthew berbisik tepat di sebelah telinga Melinda.

Tanpa aba-aba, manik Melinda menatap balik sang dokter. Sedikit terkejut Matthew spontan memundurkan tubuh yang tadi condong. Dia tak menyangka Melinda akan berani menatap langsung. Kemudian, dia terpaksa mendengar pengakuan dosa si dokter muda. Selanjutnya mencoba membuka lagi laci tempat dia menyimpan surat untuk Nanda. Keberuntungan sedang berpihak pada si dokter muda, karena surat kecil tadi masih berada di sana belum terbuka.

“Jadi kau pengirim bingkisan buah kemarin? Lalu … ini yang sedang kau cari?” Matthew mengangkat amplop putih kecil dari laci dan Melinda mengangguk antusias. “Beruntung sekali, aku yang membagikan parcel dan dia juga belum membaca suratmu.”

“Terima kasih, Dok.” Melinda menerima amplop yang diberikan Matthew, tetapi ditarik oleh si pria lagi.

“Eits, baca dulu. Untukku.” Matthew menyeringai, tak semudah itu lepas dari sang dokter usil.

“I-isinya hanya pantun kok, Dok.”

“Oke, baca.” Matthew duduk di sofa dan mempersilakan Melinda membaca isi surat.

Manik Melinda berlarian, dia gemetar. Ternyata tak ada yang bisa selamat dari semua dokter senior. Sama saja tak beruntung, tidak dibaca oleh Nanda malah sekarang hendak terdengar oleh sahabatnya. Si dokter muda menggigit bibir sebelum membuka kertas dan mulai membaca.

“Sambal balado enak dimakan. Cuci piring di bawah jembatan. Entah jodoh atau pun bukan. Mari awali dengan persahabatan.” Suara Melinda takut-takut.

Netra Matthew tak berkedip, dia sangat ingin tertawa. Namun, tidak lucu jika si dokter muda mulai menggoda sahabat yang baru saja melangsungkan pernikahan. Dia menggaruk tengkuk yang tak terasa gatal.

“Melinda, kau mencoba menggoda Nanda?” Matthew mengernyitkan kening.

Lamunan Matthew yang melanglang buana terpaksa berhenti ketika menangkap sosok wanita setengah baya membopong sang suami memasuki IGD dengan kondisi setengah terseret. Kondisi pasien masih sadar, tetapi terlihat sangat lemah. Sigap Matthew ikut memapah pasien, ketimbang si wanita ikut ambruk tertimpa.

“Dok, kepala saya sakit sekali. Sampai mual juga rasanya.” Suara si bapak sangat lemah, nyaris tak terdengar.

Matthew justru fokus di pembuluh darah yang nampak menonjol di dahi pasien. “Oke, ke bed resus saja.” Dia berkata pada Heru—seorang perawat—yang ikut membantunya memapah pasien.

Tak lama setelah sampai di sisi bed, pasien langsung menyemburkan muntahan dan ambruk seketika. Beberapa perawat lain ikut membantu karena Matthew harus segera mengecek kondisi pasien. Beberapa kali tepukan di tubuh sama sekali tak direspon. Matthew segera membuka netra pasien yang harusnya sejajar kini satu mata berpindah ke samping.

“Strabismus Exotropia.” Matthew menggumam lirih, “ini stroke! Heru cepat pasang monitor dan oksigen.” Segera seruan Matthew membuat IGD tenang mendadak gaduh.

“Dok, tensi 250/115!” jerit Ruby—perawat yang lain—mendapat tensi pasien.

“Siapkan nicardipin dan asam traneksamat.” Kembali Matthew menitahkan. “Heru, ambil NGT jangan sampai muntahan masuk jalan napas. Sekalian pasang kateter urin.” Kalimat susulan terus diberikan secara cepat.

“Dok, respiratory rate turun, SpO2 turun,” Melinda ikut mendekat berusaha membantu.

“Kau bisa menyiapkan NRM?” Matthew memberi perintah tambahan dan beralih menaikkan volume liter per menit di bagian regulator oksigen.

Kemudian dia bergegas mengecek refleks patologis dan kelumpuhan. Kedua lutut pasien ditekuk dan dengan satu tangan ditahan oleh Matthew, lalu dilepaskan bersamaan. Si dokter melihat kaki kanan pasien terhempas jatuh.

“Hhhh … otak kiri,” gumam lirih Matthew, sekilas melihat Melinda telah kembali.

“SpO2 85%, Dok.” Melinda melapor.

“Ok, pasang NRM. Tolong seseorang hubungi radiologi, segera siapkan CT-scan.”

Matthew, Melinda dan Heru mengelilingi pasien bergerak cepat sesuai tugas masing-masing. Dokter Matthew memasang selang NGT di hidung, Melinda memasang IV line ditangan dan Heru memasang kateter. Setelah pasien stabil segera dilakukan CT-scan. Tak lama kemudian hasil sudah didapatkan, sesuai dugaan. Pasien mengalami serangan stroke pada otak sisi kiri. Istri pasien dipanggil dan mendapat penjelasan dari dokter Matthew secara jelas dan rinci.

“Kira-kira apa yang menyebabkan suami saya mengalami stroke, Dok?” tanya Rita—istri pasien Fajar—yang masih terbaring tak sadarkan diri.

“Em, ada kisah cinta antara air dan garam, Bu. Jika kita mengkonsumsi banyak makanan asin misal keripik singkong satu bungkus saja. Darah yang berupa cairan akan penuh dengan garam sehingga air tidak mau keluar dari pembuluh darah. Kita tidak akan kencing, sehingga tekanan darah meningkat.” Penjelasan oleh dokter Matthew membuat Rita sedikit syok.

“Astaga, tadi bapak makan telur asin panggang empat butir, Dok,” terang Rita.

Yassalam, batinan Matthew mencelos.

***

Delilah berdiri didepan pintu berwarna keemasan. Menarik dan menghembuskan napas berulang sebelum mengetuk pintu. Harus menunggu beberapa saat sebelum pintu terbuka dari dalam.

“Halo,” sapa Delilah dengan senyum merekah di wajah.

***

Jangan lupa terus dukung author dengan tekan like dan tinggalkan jejak komentar ya, see you 💗

1
Ripah Ajha
sungguh keren kata2mu Thor, aku jadi terhura eh terharu maksutnya🥰
nichi.raitaa: aw, terima kasih ya kakak juga sudah baca sampai akhir ... aku meleyot nihh 🫣🫠😘
total 1 replies
Krismargianti Andrean
lanjut thor nunggu nih ampe tambah es teh jumbo 5kali
nichi.raitaa: waduh kak ... apa nggak kembung 🤧 btw timamaciw sdh mampir, nih aku kasih 2 hati akuh 💗💗🫦
total 1 replies
Zee✨
hay kak nicki, aku mampir hehe semangattttt💪💪
nichi.raitaa: nyehehhee okidoki kak 💗 aku telhalu loh😵‍💫🫠
Zee✨: sama², nanti ye mau ngepel dulu😂😂
total 3 replies
Zee✨
dih kepedean amat bang😏
Zee✨: pantesan aku cari² nggak kelihatan, taunya di sana toh🤭
nichi.raitaa: 🤧😶‍🌫️ aku ampe ngumpet dibalik awan kakk
total 2 replies
Ripah Ajha
like Thor, tetep semangat update ya🥰
nichi.raitaa: terima kasih supportnya kak, wait ya 💗😘
total 1 replies
Ripah Ajha
gitu tu, kalok oasangan suami istri blom prnah mp, bawaannya emosi teros🤣
nichi.raitaa: aw ... si kk tau ajah 🤧🫣
total 1 replies
Ripah Ajha
keren karyamu thor
nichi.raitaa: terima kasih sdh membaca kak, semoga betah ya 💗
total 1 replies
·Laius Wytte🔮·
Kisahnya bikin baper, jadi terlarut sama ceritanya.
nichi.raitaa: terima kasih sudah membaca, Kak 💗 teruskan lagi yuk kakk 🥰
total 1 replies
Sandy
Seru banget, gak bisa berhenti baca😍
nichi.raitaa: terima kasih, sudah membaca kak 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!