Mengejar Cinta MAS Ojol

Beberapa Minggu kemudian, Arya kembali ke perusahaan. Ia tidak tahu menahu tentang rahasia yg disimpan rapat oleh pak Suhendar. Arya hanya menjalankan tugas dari papanya, Ajisaka Mahawira.

Berbeda dengan Arga yg memang mengetahui kenyataan itu. Arga memang sayang dengan Sheila, bukan karena masalah harta warisan kedepannya. Sheila menjadi adik kesayangan Arga, lantaran sering mendapatkan perlakuan tidak baik dari papanya.

Namun semenjak masalah itu terungkap, dan Ajisaka ingin menutupinya. Membuat Arga yakin, jika papanya adalah orang yg serakah. Dengan mengorbankan semua anggota keluarganya.

Arga kemudian pergi keluar negeri untuk menghindari pertikaian, dan dipercayakan kepada pak Suhendar. Karena semua dokumen dan berbagai surat berharga disimpan oleh pak Suhendar, dan akan diserahkan kepada yg berhak nantinya.

Hanya untuk saat ini, Sheila belum dikasih tahu kenyataannya, sehingga ia enggan untuk berada di pucuk kepemimpinan menggantikan Ajisaka, ayah tiri Sheila.

" Bagaimana om, selama saya tinggal beberapa minggu. Apakah ada perubahan?" Tanya Arya kepada pak Suhendar.

" Semua berjalan normal, bahkan produktivitas semakin meningkat.." Sahut pak Suhendar, bersandar di bangku kebesarannya.

" Lalu untuk Sheila bagaimana?, apakah ia mengatakan sesuatu..?"

" Tidak, dia tidak mengatakan apapun kepada om" Sahut pak Suhendar, dan memang merahasiakan pertemuannya dengan Sheila. Karena jika Sheila bersedia, maka pak Suhendar akan membuka semuanya.

" Apakah om juga tahu, jika Sheila berhubungan dengan Iwan, kepala produksi?" Tanya Arya kepada pak Suhendar.

" Saya tidak paham akan hal itu". saya tahu, kalau Sheila hidup satu rumah dengan Iwan. Bahkan mereka sudah layaknya suami istri saat ini. Tapi sayangnya Iwan terlalu playboy. Entah kedepannya, tp hanya Iwan lah yg dipercaya Sheila saat ini. Ucap pak Suhendar. Walau hanya dalam hati.

Arya mengangguk anggukkan kepala. Karena semua hanya mengikuti perkataan papanya, tidak tahu menahu tentang kehidupan Sheila yg sebenarnya. Dan kenyataan tentang perusahaan Ajisakaplas.

Keduanya pun bercengkerama mengenai perusahaan saat ini. Karena saat ini adalah situasi yg genting, terlebih untuk kepemimpinan di perusahaan Ajisakaplas.

Arya sendiri masih mengelola hotel dan restoran milik mertuanya. Karena disana hanya istrinya yg merupakan anak tunggal dari mertua Arya.

Arya meminta pak Suhendar untuk sementara memimpin perusahaan Ajisakaplas. Selain Arya juga tidak kompeten, ia masih memiliki tanggung jawab yg lain.

Dan Arya juga memberitahu, jika beberapa waktu lalu, Iwan mengancam dirinya. Terkait keberadaan Sheila bersama Iwan.

Sebenarnya pak Suhendar sudah tahu akan hal itu. Sebab, dari keluarga Iwan tentu ingin. Alaa dendam kepada Ajisaka Mahawira. Apalagi setelah kematian kakaknya Iwan. Yang bernama Deswita.

Dan pak Suhendar yakin, jika Sheila sudah memberitahu, jika Sheila bukan keluarga resmi Ajisaka. Dan berharap, Iwan bisa berubah dari sikap playboy nya itu dan berjuang bersama Sheila kedepannya.

Pak Suhendar tidak bisa mengawasi Iwan secara langsung, sebab untuk saat ini belum terikat resmi dengan Sheila. Dan hanya beberapa kali ia menyelidiki tentang Iwan yg sebenarnya.

...****************...

Sheila seringkali diminta pak Suhendar untuk berdiskusi tentang perusahaan Ajisakaplas. Membuat Sheila semakin pusing. Sebab, ia ingin terbebas dari permasalahan perusahaan, dan keluarga Ajisaka. Namun pak Suhendar justru kembali mengingatkan tentang masa lalunya.

Hingga malam ini Sheila mengajak Riska menuju ke klub malam untuk menghilangkan stress yg dialami. Seperti saat sebelumnya sebelum bersama Iwan dahulu.

Walau pernah juga berdiskusi dengan Iwan, namun tidak banyak membantu. Sebab Iwan memberikan pilihan yg sulit bagi Sheila. Karena yg pertama adalah menerima tawaran dari pak Suhendar, atau ia harus pergi bersama Iwan ke kampung halamannya, sementara Iwan tetap disini. Karena masih ada misi khusus dari Iwan untuk Ajisaka.

" Shell, udah Shell, lu udah banyak minum malam ini.." Ucap Riska perlahan, karena saat ini Sheila sudah mabuk.

Suara dentuman musik yg menggema, sebenarnya membuat Riska sangat pusing. Riska hanya ingin menemani Sheila untuk melupakan sejenak masalah yg dihadapi Sheila.

" Gw benci yg namanya Ajisaka Ris, gw benci" teriak Sheila disudut ruangan. Hal itu membuat perhatian dari beberapa pengunjung di klub tersebut.

Sheila ngoceh tidak karuan, sebab permasalahan ini sudah sangat menguras pikirannya. Riska samapi kewalahan dibuatnya. Sementara ditempat ini tidak ada orang yg dikenal.

" gw minta bantuan siapa ini ya, buset, Sheila berat begini. Ah iya Iwan kali ya. Siapa tahu dia ngojek di daerah sini." ucap Riska dalam hati. Ia menyadari, tubuhnya lebih kecil daripada Sheila. Sehingga untuk menopang Sheila sungguh ia tidaklah kuat, apalagi dalam kondisi mabuk saat ini.

Ponsel Riska pun kemudian bisa terhubung dengan Iwan, beruntung Iwan bersedia membantu dan segera menuju ketempat Riska berada. Apalagi setelah mendengar Sheila mabuk berat saat ini.

Hingga tak menunggu lama, Iwan pun datang menemui Riska. Iwan tidak mengatakan, kenapa Sheila sampai seperti saat ini. Karena ia tahu permasalahan sebenarnya.

Iwan sebenarnya sudah mewanti-wanti Sheila, agar untuk pulang bersamanya. Hanya saja saat sore tadi meminta ijin ingin bermain ditempat Riska. Beruntung, Iwan menyalakan GPS yg terhubung dengan Sheila. Sehingga mudah melacak keberadaan Sheila.

Iwan membuntuti Sheila kemanapun ia pergi. Dan ketika Riska menelepon, sebenarnya berada diluar klub tersebut.

" Mau dibawa kemana?, apartemen Lo..?" ucap Iwan ketika sudah berada di mobil. Iwan menggendong Sheila untuk bisa keluar dari klub tersebut.

" Kalau ke kontrakan Sheila bagaimana?" tanya Riska. Namun dalam pikiran Iwan akan sangat mencurigakan, apalagi di tempat Sheila tinggal terlalu ramai di jam jam seperti ini. Walau masih pukul sepuluh malam.

Berbeda dengan kontrakan Iwan. Namun akan membuat Riska tahu keberadaan Iwan nantinya.

" Kontrakan Sheila ramai jam segini. Nanti jadi omongan.." Sahut Iwan.

" Ya udah ke apartemen gw kalau begitu.."

Iwan kemudian melajukan kendaraannya menuju apartemen Riska. Riska berada dibelakang bersama Sheila yg tertidur pulas, akibat mabuk yang dialaminya.

Hingga tak lama kemudian, Iwan bersama Riska sudah sampai di basemen apartemen milik Riska. Dan Iwan kembali menggendong Sheila, membawanya ke tempat Riska.

Iwan menaruh Sheila di ruang tamu, dan menidurkan Sheila di sofa. Sebab Iwan khawatir nanti akan muntah jika berada di kamar.

" Disini aja ya, khawatir muntah. Kalau yg lain muntah mah gapapa.." ucap Iwan, sambil tersenyum kepada Riska.

" CK, elu mah pikirannya mesum mulu Wan. Coba kalau gw pingin bagaimana.." Ucap Riska, karena merasa tidak enak, jika nanti Sheila bangun dan mengetahuinya. Sementara Iwan hanya tertawa.

" Eh Wan, motor elu..?"

" Gw naik ojol kesana tadi. Cepet kan.." sahut Iwan. Dan sebenarnya memang membuntuti Sheila kemanapun jika bepergian. Sebab khawatir, jika Sheila akan nekat nantinya.

Riska berganti pakaian yg sangat minim, karena merasa gerah katanya. Membuat gairah Iwan sedikit memuncak. Namun dengan keberadaan Sheila disini, membuatnya tak nyaman.

...****************...